part 2 - Reuni-Dinda

11.5K 483 3
                                    

Jujur, aku masih kepikiran tentang pesan yang dikirim Arsyaf untuk Syifa. Ini bukan hal yang biasa, karena selama ini Syifa tidak pernah dekat dengan yang namanya laki-laki. Dan ini baru pertama yang aku tahu, Syifa dekat dengan laki laki dan dia Arsyaf.

Tapi kenapa? Kenapa harus Arsyaf, padahal laki laki di muka bumi ini banyak bukan Arsyaf doang tapi kenapa malah Arsyaf laki laki itu.

Kenapa harus dengan sahabatku? apa dia sengaja menghancurkan hatiku untuk kesekian kalinya. Udah cukup! Ini hati Ar, bukan baja atau mainan yang kamu mainkan seenaknya.

Tok tok!

"De..." suara bunda menyadarkan ku, seperti orang yang sangat kacau, aku langsung berdiri untuk membuka pintu.

"Iya, ada apa Bun?" Tanyaku kepada bunda yang berdiri di depan kamarku. Mata bunda menatapku jengah. Mungkin dia merasa ada yang aneh dengan putrinya ini.

"Kamu kenapa? Kacau banget kelihatannya? Cerita sama bunda," tanya bunda beruntun yang membuatku bingung harus bagaimana. Kemudian aku tersenyum dan menggeleng.

"Aku gak apa Bun, cuma kemarin pulang malem, jadi agak kecapekan aja," ucapku bohong kepada Bunda. Gak mungkin juga aku bilang sama Bunda yang sebenarnya.

Ya walaupun bunda sering mendengar ceritaku. Tapi bukan sekarang, nanti di saat waktu yang tepat.

"Oh yaudah. Oh iya di bawah ada temen temen kamu, katanya mau ngajak kamu pergi," ucap Bunda membuatku menepuk jidatku, bagaimana bisa aku lupa kalau sekarang kan jadwal reunian, duh mana belum mandi lagi.

"Ya ampun Bun ade lupa. Yaudah bilangin temen temen tunggu sebentar," ucapku langsung menutup pintu dan berlari mempersiapkan diri.

***

Setelah selesai mandi, aku langsung menuju ke tempat di mana teman temanku berada.

"Lama banget!" Omel Hanna yang ku jawab cengiran tak bersalah.

"Tau nih!" Sambung Syifa

"Yaudah dari pada ngomel mulu, mending  berangkat," ucapku kepada teman temanku yang super rempong ini.

Aku pergi ke tempat reuni yang sudah sering kali kita kunjungi. Ini reuni yang kesekian kalinya, karena hampir setiap dua bulan sekali kita ngumpul di kafe ini. Ya walaupun gak semuanya dateng, karena pasti setiap orang punya urusan masing masing.

Sesampainya di kafe tempat biasa, aku dan temanku langsung masuk ke dalam tanpa harus mencari keberadaan temanku yang lain, karena kafe ini sudah di booking sama pemiliknya dan pemiliknya adalah temanku sendiri namanya Hendra.

"Assalamualaikum." sapaku kepada teman temanku yang di balas sekedarnya saja, karena temanku ada yang non muslim.

"Di meja mana nih kita berempat," tanyaku kepada teman temanku yang sedang sibuk mengedarkan pandangan. Tidak! Lebih tepatnya Syifa yang mengedarkan pandangan. Mungkin dia mencari Arsyaf, ya mungkin.

"Nyari siapa sih?" Tanyaku kepada Syifa. Mendengar pertanyaanku, mimik muka Syifa berubah menjadi datar tak terbaca.

"Hah, gak nyari siapa siapa kok," jawab Syifa yang ku yakin dia berbohong. Tanpa dia jawab, aku tau lebih dulu. Kita kenal bukan satu tahun, dua tahun Fa, tapi kita kenal bertahun tahun. Dan aku sudah paham benar dengan sikapmu.

"Nah tuh kosong! Ayo kesana," ucap Gita seraya menarik tanganku untuk mengikutinya. Tunggu.

"Hai hai," ucap Gita ke meja sebelah membuatku melongo. Asal kalian tahu di meja sebelah itu ada temen cowo dan yang parahnya lagi ada si Arsyaf.

"Eh, Hai Gita, Hanna, Syifa." sapaan teman teman yang ada di sebrang bangku membuatku melotot kearah mereka dan itu membuat mereka tertawa.

"Berasa hantu gua, gak di sapa!" Sindirku kepada mereka yang membuat mereka tertawa. Jahil emang rajanya jahil.

Oh iya, aku belum absen teman yang duduk di sebelah mejaku dan ketiga temanku.

Disana ada Arsyaf dia sedang megang gitar​ dan ya memang Arsyaf dulu suka main gitar dan dulu juga waktu kelas sering nyanyi nyanyi gak jelas kalau tidak ada guru.

Di sebelah Arsyaf ada Iqbal ganteng sih tapi gitu tukang kentut. Kalo lagi di kelas ada bau bau aneh, pasti semua mata tertuju pada Iqbal.

Disebelah Iqbal ada Hans, dia juga bisa main gitar, tapi mungkin lagi malas. Dia itu orangnya setia, saking setianya diselingkuhin mulu sama ceweknya, tapi anehnya dia gak marah dan malah gak mau diputusin ama ceweknya.

Dan disebelah Hans ada Marcel yang terkenal playboynya dan tukang ngutang padahal duit banyak.

Oh iya jadi di kafe ini setiap meja ada 4 bangku dan karena meja kita dekat para cowok somplak, jadi aku kenalinnya mereka dulu, tapi sebenarnya masih banyak teman yang lain.

****

"Din sini mejanya digabung aja biar nyanyi bareng." tawar Hans kepadaku, memang diantara kita berempat aku yang lebih dekat dengan Hans maksudnya sebagai teman.

"Boleh," ucapku kepada Hans dan dibalas anggukan oleh teman-temanku. Dan aku langsung gabung dengan mereka.

Dan sialnya, Aku duduk di samping Arsyaf. Dia menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah apa itu aku gak ngerti menyebalkan memang.

"Nyanyi apa nih yang enak?" tanya Hans kepada kita semua. Aku berusaha untuk berfikir

"Shape of you aja udeh," jawab Arsyaf yang ada disampingku, sambil meminta persetujuan kita semua.

"Gak! Gimana lagunya Armada yang baru aja, asal kau bahagia,"ucapku tidak setuju dengan jawaban Arsyaf. Dia menatapku sebal dan aku hanya tersenyum manis.

"Gua setuju sama lo Din, yaudah mainin gitarnya Ar," Ucap Iqbal membelaku dan bisa ku lihat wajah kesal Arsyaf padaku. Biarin aja, sebel aku sama dia dan asal kalian tau lagu ini itu buat sindir dia. Jahat emang sorry Syifa.

****
Jeng jeng nungguin ya? Kalo gak sih gpp hehe
Jangan lupa vote dan comment ya
See you

1 || Kau Yang Aku Semogakan (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang