Malam menari, Hari berganti.
Bulan berlalu, Tahun membisu.
Berat, tak kusangka.
Di pilihan ini aku merangkak.
Di jalan penuh batu yang mengoyak di setiap malamku.Mengapa aku tak mencoba pilihan lain?
Kini dalam derita aku mendapat seribu cara.
Agar kita bahagia, bersama suka dan duka.
Namun terlambat, engkau telah di jemput hati yang lain.
Aku menanti malaikat yang akan membawa diriku keluar dari sini.
Aku akan menetap di Neraka ini, di Neraka kekosongan, di langit rindu, dan di sungai air mata.Dalam peluk malam, di kuburan kenangan.
Aku bersandar pada nisan roman.
Mencinta, dalam duka.
Bahagia, dalam air mata penuh luka.
Menukar pilu dengan sendu.
Menarilah sendiriku.Untukmu, semoga selalu bahagia.
Yogyakarta, 2015
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terlupakan
PoetryDalam sajak, aku menyelinapkan doaku. Dalam sajak, aku memelukmu. Ketika mulut kaku membisu Ketika hati tulus diduga palsu Di tubuh puisi aku merindu Di tubuh puisi aku mengenangmu