"krikk..krikk..krikk.." Bunyi jangkrik terdengar jelas.
Suasana dipinggir sungai begitu tenang. Semilir angin berhembus lembut. "Yoshino, sudah ku putuskan tekatku, aku ingin mengendarai sepeda sendiri." UjarAi.
Yoshino dan Ai adalah sepasang sahabat. Mereka selalu bermain bersama, lahan pinggir sungai ini adalah tempat biasa mereka berkumpul.
"o.. apa kau yakin?" Tanya Yoshino perlahan. "Yup!" Jawab Ai spontan. Lalu Ai menjelaskan alangkah menyenangkan mengayuh sepeda menembus angin seperti burung yang terbang. Yoshino pun mengiyakan keinginan itu dan bertekat untuk menabung demi sebuah sepeda untuk Ai.
~~~"Namaku Yoshino. Takigawa Yoshino. Kamu?"
"Namaku . . . , ayo menjadi teman sampai kapan pun."
"Aaaah..." Yoshino menggeram, ia terbangun. "Sudah lama sejak aku bermimpi tentang hal itu...."
"Mimpi tentang pertama kali aku bertemu gadis itu."
Pagi ini dia terlambat bangun-- lagi. Segera ia berlari untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah. Di perjalanan ke sekolah ia menyadari akhir-akhir ini ia sangat sering bermimpi seorang anak perempuan yang dulu dikenalinya seolah ingin bertemu kembali.
~~~
"Selamat pagi anak-anak! "
Suara Nina, guru pengganti yang ceria memberi sapaan saat masuk ke kelas. Ia bertugas menggantikan wali kelas yang sedang berkeperluan di luar kota.
"Hari ini kita kedatangan siswi baru." Seru Nina, lalu mempersilahkan Aika masuk dan memperkenalkan diri. Dari pintu depan kelas terlihat gadis yag misterius masuk dengan gaya angkuh, muka dingin dan potongan rambut panjang poni bersegi.
"Selamat pagi, nama saya Fuwa Aika. Pindahan dari Amerika. Mohon bantuannya."
Aika memperkenalkan diri dengan singkat dan formal.
Aika adalah anak seorang direktur perusahaan tekstil ternama yang memiliki beberapa cabang di luar negeri. Darah prancis yang mengaliri tubuhnya membuat ia seperti boneka matanya hazel, rambutnya cokelat, tubuhnya tinggi dan langsing, kulitnya pun putih mulus walaupun tampak pucat.
Setelah memperkenalkan diri, Aika di persilahkan duduk di sebelah Yoshino oleh Nina. Suasana kelas yang tadinya riuh rendah khas kedatangan siswi baru, segera senyap saat Aika melangkah lebih jauh ke dalam kelas, menuju tempat duduknya, di samping Yoshino di posisi paling belakang sudut kelas, sisi jendela. Sosok Takigawa Yoshino yang tinggi tegap, mata dan rambut coklat tua turunan dari ayahnya yang merupakan pemilik perusahaan kelapa sawit berkebangsaan Amerika terlihat serasi bersama Aika yang sekarang menjadi partnernya.
Seperti biasa pelajaran pun dimulai, anak-anak mulai tenang dan mengikuti pembelajaran dengan fokus.
~~~
"Kriiiiing.....!!!" Bel sekolah berbunyi pelajaran di hari ini telah usai. Yoshino berbegas membereskan buku dan alat tulis.
"Baik lah anak-anak pembelajaran untuk hari ini usai." Ujar Nina. "Bagi siswa-siswi yang pulang berjalan kaki harap berhati-hati, hari ini salju mulai menebal, perhatikan jalanan agar tidak tergelincir." Tambah Nina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nobody Said it Was Easy
Short StoryYoshino kehilangan sahabat sejatinya, yang ntah kemana. SMA kelas XI IPA 2 disinilah Yoshino kembali bertemu dengan sahabatnya. "Aika, Aika, dimana aku pernah mendengar nama itu?" Tanya Yoshino bingung. Sejak pulang sekolah kemarin ia tampak penasar...