Pagi ini, Yoshino memasuki sekolah dengan langkah yang berat. Terus-terusan bermimpi tentang anak perempuan yang ingin bertemu kembali dengannya, membuat harinya kacau. Terlebih dalam dua minggu terakhir, ia harus berlari ke sekolah dan harus berhati-hati agar tidak tergelincir salju.
"Aduh, aku terlambat lagi." Yoshino mengeluh pada diri sendiri. Ia mendapati Nina sudah memulai pembelajaran.
"Selamat pagi, Bu."
Yoshino mulai masuk kelas dan nina pun mempersilahkannya untuk duduk. Di sudut kelas ia melihat seorang gadis menertawakannya geli, walau tampak seperti tidak berekspresi.
"Jadi, untuk semester ini, selain belajar seperti biasa, kita akan praktikum juga."
Nina membuka buku agendanya. "Akan ada tiga praktikum, dan semuanya akan dilakukan berpasangan. Ibu akan mengumumkan pembagian pasangannya sekarang!"
Kelas menjadi riuh, kali ini terasa menegangkan. Semua menjadi bersemangat dan berharap bisa dipasangkan dengan orang yang mereka inginkan. Sudah tentu, Aika menjadi nomor urut pertama bagi anak laki-laki. Walaupun ia tampak dingin, penampilan yang sempurna membuatnya tidak luntur untuk menjadi idola.
Yoshino sendiri tak ambil pusing dengan pembagian ini. Ia mau berpasangan dengan siapa saja.
"Anak-anak! Mohon perhatiannya. Jadi pasangan untuk praktikum semester ini Ibu tentukan berdasarkan pasangan tempat duduk. Dengan demikian dapat membantu kalian untuk kerjasama dengan baik." Nina menjelaskan.
Aika tak berpendapat, ia hanya tersenyum kecil kepada Yoshino.
~~~
Jam makan siang ini Yoshino habiskan dikantin, ia makan bersama anak laki-laki seangkatannya. "Yoshino, kenalkan aku pada siswi baru di kelas mu dong." Goda teman-temannya. Yoshino hanya tertawa kecil, kali ini matanya sedang menelusuri seisi kantin. Ia sedang mencari keberadaan Aika.
"Itu lho si Aika, aku berbicara dengannya pagi ini." Sekumpulan gadis bercerita sambil menyantap makan siangnya. "Aku merasa diantara kami ada pembatas. Sepertinya dia menghindari kita."
"Ternyata berbicara dengan gadis prancis yang cantik itu cukup sulit..." Tambah gadis yang lain. "Dia terlihat berbeda ketika bersama Yoshino." Kumpulan gadis berkomentar "...mungkin dalam hatinya ia merendahkan kita."
Terdengar jelas oleh Yoshino, gadis-gadis berkumpul di meja kantin seberang mejanya. Tiba-tiba ia memikirkan percakapan tersebut, dan menyadari ia tidak menemukan sosok Aika di penjuru kantin
"Jika diperhatikan semenjak dia pindah kesini, aku menghabiskan banyak waktu dengannya." Yoshino berbicara kepada dirinya sendiri. Lalu ia meninggalkan tempat makan siang dan berlari ke kelas.
~~~
"Iu moriya... gan? gan..ka?" terlihat Aika sedang berusaha menulis sesuatu. "Susah sekali menulis huruf jepang!"
"Iwashita adalah gadis berambut kuncir...Dia anggota tim tennis... Dia aktif dan ceria, kami sering ngobrol. Dia mungkin tertarik jika membicarakan olahraga." Yoshino memperhatikan Aika yang sibuk bercerita sambil menulis.
"Suzu... juga Suzuya yang berambut cokelat, dia anggota klub berkebun... Dia santai dan manis, seperti coffe latte."
Yoshino hanya memperhatikannya dari pintu belakang kelas.
"Oke cukup untuk sesi ini" Aika menyudahkan menulis, lalu ia tampak senang memandang buku peachnya. Kali ini mata Yoshino melebar, ia mulai berjalan kearah Aika.
Aika terkejut menoleh ke arah Yoshino.
"Oh!" Seru Aika. "Aaa.. Kau membuat aku takut!" Yoshino terkejut saat Aika panik.
"Apa... Apa yang kaulakukan disini?" Tanya Aika, memeluk bukunya. "Sudah berapa lama kau disana?"
"Maaf... Aku tidak tahu. Aku hanya.." Jawab Yoshino. Aika memotong pernyataannya.
"Kau melihatnya...? Kau mendengarnya?"
Sementara itu Yoshino hanya mengiyakannya.
"Kamu boleh menertawakan ku sepuasnya! Apa yang harus aku lakukan?... Tidak ada cara lain, aku belum akrab dengan siapapun." Aika bercerita dengan wajah yang masih malu dan panik.
"Aku tidak tahu harus bagaimana mendekati atau berteman dengan mereka... Aku tidak tahu!"
"Kau tahu? Orang tua ku overprotective. Meskipun disekolah pelayanku selalu mengawasiku, dia selalu mengecek kemanapun aku pergi. Dia memeriksa dengan siapa aku bergaul. Kau tidak tahu, betapa sulitnya aku bergaul."
"Begitulah, aku ingin mempunyai teman seperti gadis yang normal."
"Oh tidak, apa ini? Aku mengatakan hal ini kepada orang lain!"
Aika mulai menyadari ia melakukan hal yang konyol, bercerita tentang nasib malangnya. Ia mulai panik lagi. "Cerita yang menyedihkan" sambung Yoshino. "Kita dibesarkan dalam lingkungan yang sama, jadi aku tahu perasaan itu."
"Aku juga membuat buku catatan seperti itu saat pertama mencoba untuk bergaul. Sejak masih kecil, aku takut untuk berteman."
"Iwashita orang yang seru ya? Ketika membicarakan olahraga, dia akan bersemangat.
Suzuya adalah siswi yang baik, kau bisa bertanya padanya jika tidak mengerti. Aku yakin kau bisa berteman dengan Moriya. Dia mudah di ajak bicara." Yoshino menyemangati Aika.
"Dari pengalaman ku, aku tahu banyak tentang kelas ini. Karena aku banyak membuat catatan. Aku akan senang bila bisa membantumu membuat catatan" tambah Yoshino.
Sekarang Aika merasa lebih baik, mereka pun tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nobody Said it Was Easy
Short StoryYoshino kehilangan sahabat sejatinya, yang ntah kemana. SMA kelas XI IPA 2 disinilah Yoshino kembali bertemu dengan sahabatnya. "Aika, Aika, dimana aku pernah mendengar nama itu?" Tanya Yoshino bingung. Sejak pulang sekolah kemarin ia tampak penasar...