Anzel

2.6K 124 1
                                    

     Ruangan itu mulai ramai dengan tim forensik dari kepolisian yang mencari bukti-bukti.

Beberapa mengambil gambar dan mencari sidik jari.

Terlihat darah masih meluber ke lantai dan sebagian dinding. Aku duduk menghadap ke mayat yang terduduk lemas di pojok ruangan.

Dengan ujung ibu jari yang ku tempelkan di keningnya.

Terasa dingin dan pucat permukaan kulit putihnya yang sebagian lagi telah tertutup darah segar.

Terlihat di lehernya sebuah lubang menganga yang sepertinya memutus rongga pernafasannya.

"Bagaimana menurutmu?" Tanya inspektur memecah konsentrasiku.

"Ini murni kasus bunuh diri" jawabku sambil menoleh ke arahnya.

"Apa kau menemukan bukti-bukti lain?" Inspektur kembali bertanya.

"Hanya sebilah belati dan secarik kertas yang berlumur darah" jawabku dengan mulai berdiri.

"Akhir-akhir ini kasus bunuh diri semakin marak terjadi" inspektur mulai berkata-kata.

"Pasti ada akar dari semua ini" jawabku dengan mengambil secarik kertas yang berlumuran darah mayat itu.

"Tenang saja nona Anzel, kami akan terus mencari bukti-bukti" kata inspektur dengan memperhatikan apa yang aku lakukan.

"Aku minta data foto untuk sample ini, aku akan mempelajarinya" pintaku dengan menyerahkan secarik kertas itu.

Aku membereskan peralatanku yang biasa aku gunakan untuk bekerja dan mulai meninggalkan ruangan itu.

Ruangan itu berada di lantai 5 sebuah apartemen yang ada di pinggiran kota.

Aku menuju ke luar gedung. Disana sudah menunggu sopirku untuk mengantarkanku ke rumah.

Aku langsung memasuki pintu mobil dan segera menutupnya.

"Kemana non?" Kata mang Ali sopir yang selalu mengantarku kemana-mana.

"Kita pulang aja" jawabku ringan.

Aku mulai membuka lagi foto-foto bukti yang aku ambil di TKP. Sesuatu menarik perhatianku.

Benar, tidak salah lagi.

Kasus itu memang berhubungan.

Kasus bunuh diri itu dan kasus-kasus sebelumnya.

Aku kembali menoleh ke gedung apartmen itu dan mulai menghitung kemungkinan-kemungkinannya.

"Mang stop" kataku kembali.

"Iya neng? Ada apa?" Jawab mang Ali.

"Putar balik" jawabku singkat.

"Buat apa neng?" Mang Ali kembali bertanya.

"Sudahlah jalan saja" pintaku sebal.

"Kemana?" Mang Ali lagi-lagi bertanya.

"Pemakaman umum kaliurang, gak pakek tanya lagi" jawabku.

Mang Ali hanya mengerutkan dahi.

Sesuatu menungguku disana.

Semoga aku tidak terlambat.

DEATH STORY (KISAH KEMATIAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang