Si rambut pirang dan pianonya

1.8K 206 31
                                    

Hai,aku kembali lagi bawa Taegi.
Aku harap masih ada yang mau baca ya,hehe...
FYI ff ini terinspirasi dari sebuah film taiwan,tp aku lupa judulnya apa.*maaf
Jadi,selamat membaca...😊




















Aku benci rumah sakit.

Dan sekarang aku harus menerima kenyataan kalau sahabat baikku si park sialan Jimin tengah memaksaku pergi ke tempat yang paling kubenci.

"Tante Park akan membunuhku bila aku tidak berhasil membawamu kesini." dengusnya "Demi tuhan,Tae.Apa yang salah dengan rumah sakit? Kau membutuhkannya.Sialan."

Ya dia memang cerewet.Cerewet adalah trademark dari Park Jimin. Aku membenci mulut cerewetnya. tapi dia adalah sahabat baikku,itulah mengapa aku tidak bisa membencinya meski terkadang aku tergoda untuk menyumbat mulutnya dengan kaos kaki yang paling bau sedunia.

"Mau kesini atau tidak pada akhirnya aku juga pasti akan mati. Parcayalah ini hanya buang-buang waktu saja." kataku membenahi lengan kemejaku yang kusut karena ditarik olehnya.

Dia terdiam dan membeku mendengar ucapanku.Matanya yang tadi dipenuhi kilat emosi berubah menjadi sendu saat dia menatapku.

"Kau akan baik-baik saja,oke! Berhentilah bicara omong kosong." tegasnya.

Kenapa? Apa aku salah? Aku hanya mengatakan kebenaran.Aku tidak penah takut pada kenyataan yang ada.Bahwa aku mengidap tumor otak dan waktuku tak banyak di dunia ini.Mungkin dia harus berhenti untuk khawatir,karena aku sendiri tidak perduli.

Semua prosedur kedokteran hanya akan membuatku bosan,toh aku akan mati,lebih baik aku menghabiskan sisa waktuku untuk melakukan hal yang menyenangkan.

"Dengar,tae!" Jimin menghela nafas lelah. "Jangan menyerah,kumohon! Bila kau tidak ingin melakukannya untuk dirimu maka lakukanlah untuk kami,untukku untuk kedua orang tuamu." pintanya tulus.

Aku mengangkat bahu.Tidak ingin berlama-lama terlibat pembicaraan melankolis menye-menye ini lebih lama lagi.

"Baiklah,aku akan mengisi form dan mendaftar dulu.Kau tunggu disini saja,Oke!." katanya medudukkanku pada sebuah kursi di ruang tunggu. "Bila kau merasa kesakitan atau tidak nyaman,segera hubungi aku."

Ck,dia sangat mirip nenek-nenek cerewet sekarang.

"Ya..ya...ya..." dengusku. Namun tidak dapat kupungkiri juga hatiku menghangat karena perhatian sahabatku.

Sepeninggal Jimin aku merasa bosan,mungkin dengan berjalan-jalan sebentar tidak akan masalah.

Aku mulai melangkahkan kakiku menyusuri lorong rumah sakit.Seperti yang kutahu aku berada di blok khusus untuk penderita kangker.Mereka membangun sebuah divisi khusus untuk penanganan kangker,begitulah yang kuketahui dari Jimin.Sebuah taman yang luas terbentang di tengah-tengah area.Tempat ini lebih mirip seperti taman rekreasi,ada setidaknya sepuluh wahana bermain anak-anak,kolam pasir yang besar,bangku-bangku taman yang nyaman,lapangan kecil dengan rumput sintetis yang dikelilingi oleh jaring-jaring nylon disekelilingnya.
Sepertinya tempat yang cukup nyaman untuk para survivor kangker yang di dominasi oleh anak-anak meski aku juga dapat melihat beberapa orang dewasa dengan baju rumah sakit sedang bercengkrama di bangku taman.

Aku sendiri tidak akan pernah bermimpi untuk tinggal disini. Meski terkadang rasa sakitku membutuhkan penangan yang cepat aku akan menolak mentah-mentah usul untuk tinggal disini. Karena pasti akan membosankan.

Ketika aku berjalan cukup jauh di sudut area bermain aku mendengar suara piano mengalun.

Aku bisa mendengar kesedihan di tiap nada yang mengalun lembut. Seseorang pasti memainkannya dengan penuh perasaan.Aku bisa merasakan perasaan cinta,bahagia dan keputusasaan bersamaan di tiap nadanya.

Suaranya makin jelas saat aku mendekati sebuah ruangan,dari pintu yang terbuka aku bisa melihat seorang laki-laki dengan rambut pirang tengah menggerakkan jemari kurus nan pucatnya di atas tuts piano dengan lincahnya.Dia sangat menikmmati permaainannya.Juga seorang anak kecil yang duduk disebuah kursi roda.Mendengarkan dengan seksama apa yang dimainkan oleh si rambut pirang.

Dan ketika permainan tangannya berakhir,sang anak bertepuk tangan heboh,seolah-olah tengah menonton konser yang megah.
Tak dapat kupungkiri aku juga tersihir oleh nada-nada yang dimainkannya.

Tanpa kusadari aku hanya berdiri mematung disana,kakiku menolak untuk beranjak pergi,aku menunggu si pirang itu memainkan seauatu lagi,mungkin dia akan memaikan sesuatu lagi,ya setidaknya itulah harapanku.

Aku masih terpaku hingga,si rambut pirang itu menoleh ke arahku.

Demi Tuhan saat itu juga kakiku mendadak lemas,entahlah aku sendiri tidak tahu.

Dia tersenyum lebar,memperlihatkan deretan gigi-gigi kecil dan gusi pink pucat,tipikal gummy smile yang lucu.Wajahnya pucat dan matanya berbinar lucu.

"Hai...." sapanya dengan suara bass rendah.

Saat itu pula aku merasa duniaku berputar cepat dan aku tersedot kedalamnya.










Next or End??
Let me know!




Aku tegaskan ya,ini bukan sambungan atau sequel dari serial already gone yang sebelumnya.
Aku bangga karena bisa dapat feel waktu nulis ff ini.hehe....
Untuk part main pianonya,bayangin aja kalau yang dimainkan adalah raindrop,aku suka sama instrument itu.yang pernah nonton film secret tahun 2009 pasti tau lagunya....wkkk jadul amat.
Yasudah,jan lupa tinggalkan jejak ya.terimaksih....
xoxo
anunya_suga yang woles meski ga nonton wings tour.

Already Gone (taegi) ~ OnGoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang