Dua

29.6K 1.8K 8
                                    

"Gue balik ke kelas lah." Radinka sudah menyelesaikan makanannya sementara Evan belum. Evan lama karena daritadi sibuk bicara dan memainkan ponselnya.

"Iyah. Sana-sana. Kalau ada semut jangan diinjek. Kasian." Usir Evan cuek.

"Ha-ha-ha. Lucu lu ha-ha-ha. Jayus anjir." Ejek Radinka.

Radinka pun melenggang pergi tanpa memperdulikan Evan yang sibuk berkomat-kamit. Radinka memutuskan untuk kembali ke kelas.

Untuk menuju kelasnya di lantai 2, ia harus melewati koridor kelas 10 yang biasanya terdapat banyak anak yang berinteraksi di depan kelas. Entah itu bergosip, memperhatikan doi yang gak peka, bercanda, sampai ada yang bermain petak umpet atau hanya kejar-kejaran.

Entah apa serunya. Radinka belum pernah mencoba hal itu. Selama di sekolah ini, ia hanya melakukan kegiatan bersenang-senang di dalam kelas atau dilapangan. Tidak pernah di koridor.

Saat Radinka lewat, tidak ada satupun adik kelas yang menyapanya seperti saat teman-teman yang lain disapa dengan hangat. Semua menganggap Radinka adalah anak yang harus dijauhi. Mereka seperti itu karena termakan gosip yang entah dari mana. Seperti contohnya, gosip tentang Radinka yang menyogok masuk sekolah ini, Radinka yang setiap tahun mendapat bocoran soal semester, Radinka seperti ini, Radinka seperti itu. Pokoknya semua gosip miring tentangnya sudah beredar luas disekolah ini.

Radinka sendiri memilih menutup mata dan telinga daripada mengklarifikasi semua gosip miring itu.

"Radinka."

Radinka reflek menghentikan langkahnya dan menoleh saat ada yang memanggil namanya.

"Mau apa lo manggil gue?" Tanya Radinka ketus. Bagaimana ia tidak ketus kalau yang memanggilnya adalah musuh bebuyutannya.

"Gue denger dari wakil gue. 3 hari pas gue sakit lo ngelakuin banyak banget pelanggaran. Sebagai hu-"

Radinka langsung memotong ucapan Bara "Tunggu tunggu. Heh. Jangan tuduh sembarangan ya. Ada bukti apa wakil lo?" Bara langsung tersenyum sinis dan mengeluarkan ponselnya serta note book nya.

"Catetan wakil gue udah gue salin ke daftar pelanggaran. Dan nama lo banyak banget disini." Bara menunjuk nama Radinka yang banyak di catatannya itu.

"Lo tau gak sih? Cuma lo yang selalu masuk buku pelanggaran." Radinka melihat namanya di satu lembar penuh. Dia memikirkan apa saja yang ia lakukan sampai masuk dalam selembar daftar pelanggaran.

"Senin gak bawa topi, ini buktinya. Telat 15 menit pas hari selasa ini buktinya. Gak pakai seragam lengkap, ini buktinya. Bolos, ini buktinya. Banyak banget bukti lo bolos. Mau ngelak apa lagi lo?" Bara tersenyum sinis saat Radinka hanya melongo tidak mampu berkata-kata. Semua foto itu membuat Radinka diam. Pasalnya ia tidak menyadari kapan foto itu diambil.

"Y-Ya..Ihh. Cepu banget sih wakil lo. Nih yahh gue bilangin yaa. Lo sama gue ada di jaman SMA. Jaman-jaman yang perlu dinikmatin. Biar gak bosenin. Kalau kayak lo gini nih, gak ada yang dikenang pas hari tua." Bara memutar matanya.

"Gak usah nyeramahin gue. Ceramahin diri lo sendiri dan tanya sama diri lo sendiri. Mau jadi apa lo gede nanti kalau kelakuan lo kayak gini. Lebih baik bersakit-sakit dahulu senang kemudian daripada sebaliknya. Inget itu." Radinka tertampar ucapan Bara. Ia merasa terhina. Baru kali ucapan seseorang masuk kedalam hatinya. Menggores sedikit hatinya.

I'M BR(OK)EN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang