Tiba-tiba bumi Jogja bergetar dengan dashsyatnya sampai bolam di rumah Tata jatuh dan menimbulkan bunyi ledakan yang tidak kecil lagi,. Sontak ayah Tata bangun dan menyadari bahwa Gunung Merapi sedang erupsi. Ayah Tata kemudian membangunkan orang seisi Rumah yakni Kakak Tata Andika, Tata da Ibu Tata. Mereka berlari keluar dan ternyata diluar juga mulai banyak orang-orang berlarian keluar dari rumah. Reyhan yang kebetulan rumahnya paling dekat dengan Tata juga telah keluar dengan mata yang masih ngantuk. Ketika melihat Tata Reyhan langsung reflek menghampiri Tata.
"Ta, Gunung Merapi Seperti akan meletus.." ujarnya setengah berteriak karena suara kecilnya hamper saja terkalahkan oleh keributan yang ada. Tata yang merasa dirinya tadi baru saja dimarahi oleh teman-temannya setengah kaget dengan perlakuan Reyhan yang seperti tidak ada masalah. Sejenak dia terpaku namun kemudian dia bersikap biasa. Dia berfikir mungkin saja reyhan lupa, karena mereka memang lebih seriNg ketemu jadi akrabnya mereka juga terjadi di luar kelompok. Sehingga mungkin jika mereka tidak bertemu dengan teman-temannya "seven Performer" mereka juga kan menjadi teman baik karena mereka rumahnya berdekatan dan orang tua Tata dan Kakek dan neneknya Reyhan juga sudah seperti saudara. selama ini mereka berdua memang sering main bersama tanpa teman yang selainnya karena rumah mereka yang berdekatan. Kebetulan juga Reyhan adalah orang yang paling tenaNg dan tidak emosi, dia selalu menengahi pertengkaran teman-temannya. Semua teman-teman meyukai sikapnya yang demikian.
"Iya mas Rey, sepertinya begitu." Jawabnya juga masih dengan wajah khawatir dengan keadaan yang ada.
"Goncagannya sangat keras Ta, tadi aja gelas dirumahku pecah, aku takut Ta"
"Iya mas, tadi aja bolam di rumahku jatuh dan pecah. Cuma bisa berdo'a sama allah mas. Semoga semua baik-baik saja ya mas." Ujar tata dengan polosnya dan medhok khasnya. Memang diantara teman-temannya Tata adalah satu-satunya yang dibiasakan untuk berbicara cara jawa. Sedangkan yang lain karena mereka rata-rata orang kaya keluarganya cenderung membiasakan Bahasa Indonesia. Tata lah yang menyesuaikannya.
Reyhan terdiam sejenak, Tata yang menyadri itu mulai merasa takud kalo-kalo Reyhan tiba-tiba ingat kalo mereka sedang berantem. Tata pun merunduk dan mereka berdua menjadi hening tapi tidak dengan kondisi di sekitar mereka yang masih saja gaduh banyak mereka yang saling mencari sanak saudara yang belum keluar takud terjadi apa-apa karena ada beberapa rumah yang roboh.
"Tata,." Ujar Reyhan memecah keheningan.
"hemmm" Tata hanya menjawabnya dengan deheman karena dia benar-benar takut.
"maaf ya soal tadi, aku gak bisa berbuat apa-apa. Spertinya teman-teman memang marah tadi jadi kupikir aku harus membiarkan mereka dulu baru nanti aku akan berbicara ketika semua sudah reda marahnya"
Tata menjawab Reyhan dengan muka melas dan sedihnya. Dia tidak mampu menjawab apapun.
"Tapi pasti semua akan baik-baik saja. Tata tenag saja"
"iya mas, maafin Tata ya mas, Tata tau Tata salah. Tata tidak bermaksud begitu tadi" Tata semakin merunduk.
"ya udah gak papa, tapi jangan bicara sama aku dulu pas ada teman-teman ya. Biarkan semua tenang dulu"
Tata mengengguk kan kepalanya.
"Ya udah aku harus pergi dulu bergabung sama bapak dan ibu." Reyhan berlalu sambil mengkoyak-koyak kepala Tata.
"He'em,..!! makasih ya mas" kali ini jawaban Tata sudah terlihat mantap tidak dengan rasa takud lagi. Reyhan pun berlalu.
Tata kembali ke kerumunan keluarganya. Bergabung sama kakak dan kedua orang tuanya. Jam menujukkan jam 03.00, dan semua sudah mulai mereda semua kegaduhan dan keributannya. 20 menit berlalu dari gempa dashsyat tadi. Warga memutuskan untuk kembali masuk kedalam rumah masing-masing untuk mengecek keadaan rumah dan memeriksa harta benda mereka.
YOU ARE READING
Bukit Penjuru
Teen Fictionjika mereka berdiri tepat di centernya maka mereka akan bisa melihat ke segala penjuru dengan lepas tanpa ada penghalang apapun, dari atas bukit tersebut akan terlihat puncak gunung merapi yang gagah dengah awan panas yang senantiasa menghiasi puunc...