Malam ini adalah malam Jum'at, Rere merasa sedikit bosan ada di kosnya. Seharian ia sudah lelah sosialisasi acara seminar kampu yang diadakan UKMnya. Tiba-tiba dia punya ide untuk sedikit refresh jalan-jalan ke malioboro. Terlalu biasa, tapi ntah malam itu dia hanya ingin melepas penat, dan Nur juga baru saja kembali. Dia tak sabar untuk mengajak Nur meninggalkan Kosnya.
"Nur ayok ke malioboro... penat banget disini. Lama gak jalan-jalan dan crita-crita sama kamu..." Rere mengajak Nur.
"umm... boleh deh... ayok... tapi tunggu bentar ya, aku cuci muka dulu." Nur kemudian bergegas ke Kamar Mandi.
Rere sudah siap dan menunggu Nur sambil duduk di dipan depan kosnya. Ia mengantung-nganntungkan kakinya. Dan saat Nur keluar dari kamar Rere langsung terjun dari dipan.
"Let's go..." Rere bersemengat sekali malam itu. Semua tugas kuliah dan kepanitiannya sudah selesai dikerjakan. Dan merekapun berjalan menuju Jalan Margobawero. Tapi anehnya hari itu Rere terus saja diam padahal tadinya dia mengajak Nur karena alasan dia pegen cerita banyak sama Nur. Tapi Nur hafal betul sama teman satu kosnya itu. Dia bukan orang yang suka dengan cerita sebenarnya. Jika tidak karena benar-benar butuh meluapkan semua rasanya. Nur hanya diam memandangi sahabatnya itu diam memainkan langkah kakinya dan tangannya seperti mengingat sesuatu.
Sejak tadi sore Rere begitu terganggu pikirannya, rasanya di stasiun saat menjemput Nur tadi Rere melihat sosok yang begitu familiar baginya. Namun saat dia memutuskan untuk memastikan lagi orang yang sepertinya familiar itu, orang itu sudah berjalan membelakanginya. Dia mencoba menepis bayangan itu dan melupaknnya naun tetap saja ia terganggu. Tanpa disadari sekarang ida sudah tenggelam di keramaian jalan Malioboro dan Nur hanya mengawasinya saja dari tadi.
"Nur lelah, mampir ke situ yuk.. ngopi..." katanya tiba-tiba, nur yang dari tadi mengamati saja kaget dengan tingkat sahabatnya itu tadi. Tapi dia ikut aja.
"Boleh..." lama banget nggak ngopi disitu. Kali ini Nur bersemangat karena setidaknya dia bisa menikamati sesuatu selagi mengantarkan sahabatnya diam merenungi pikirannya sendiri.
Merekapun kemudian masuk kedalam kafe, mereka menuju kasir dan memesan minuman. Seperti biasanya Rere memesan Capucino kesukannya dan pisang cokolat. Nur memesan coklat hangat dan sekotak kentang goreng. Setelah membayar mereka mencari tempat duduk di pojok tepi jalan agar lebih mudah memndangi orang-orang yang lalu lalang dijalanan Malioboro. Begitulah kebiasaan mereka. Setelah beberapa lama menunggu juga dalam diamnya di tengah keramaian waiters yang menyebutkan pesanan para pelanggan malam itu, tiba-tiba saja Rere mendengar pesanannya di sebut.
"Capucino ice pakek Coklat..!!!" teriak waiters, dengan menekankan pada kata maniss yang menunjukkan penekanan dari pesanan tersebut.
"Mas...!!" Rere angkat tangan sambil teriak memanggil masnya. Namun yang memanggil masnya ternyata bukan hanya dia.
"Masnya dulu mbak Re..." Rere hanya ber "oh" pendek dan kemudian menoleh arah suara yang juga sama-sama memanggil waiters tersebut, namun sayangnya beRsamaan Rere menoleh kerah tersebut rombongan anak muda masuk dan memotong pandangannya, Rere pun mengurungkan niatnya juga untuk melihat orang tersebut.
Tak lama kemudian Capucino ice Rere tiba-tiba ada dimeja, Rere menoleh ke arah Waiters yang mengantar Icenya.
"Pesanan Masnya tadi kog sama kayak sampeyan ya mbak Re..?" Tanya Waiters yang memang kenal dengan Rere karena Rere sering menghabiskan waktu disana dan waiters tersebut juga salah satu mahasiswa di Universitas Gajah Mada tempat Rere Kuliah sekarang.
"Ya kebetulan aja kali Do" jawab Rere pada Rido nama waiters tersebut.
"Iya juga sih,.. kog ya kebetulannya banget ya.. haha" Rido tertawa heran...
YOU ARE READING
Bukit Penjuru
Teen Fictionjika mereka berdiri tepat di centernya maka mereka akan bisa melihat ke segala penjuru dengan lepas tanpa ada penghalang apapun, dari atas bukit tersebut akan terlihat puncak gunung merapi yang gagah dengah awan panas yang senantiasa menghiasi puunc...