Mima sangat menyukai pelajaran Seni Rupa dan Kerajinan Tangan. Bu Ani, gurunya, pandai membuat anak-anak menjadi semangat berkreasi. Tidak hanya menggambar dan melukis, Bu Ani juga mengenalkan anak-anak pada kerajinan tangan yang menarik. Misalnya menganyam ketupat dari janur, merajut, bahkan memanfaatkan botol dan koran bekas menjadi bentuk kerajinan yang cantik dan bermanfaat.
Kali ini Bu Ani memberikan tugas melukis di kanvas dengan cat minyak. Mima sangat bersemangat ketika pertama kali mendapatkan tugas tersebut. Tetapi di sisi lain, Ia takut jika karyanya tidak bagus, tidak seperti karya-karya Mima sebelumnya. Memang Mima sering mendapat nilai A di setiap tugas yang diberikan oleh Bu Ani. Paling rendah hanya nilai B+.
Selama seminggu Mima masih bingung bagaimana memulai melukis. Di akhir pekan, Mima akhirnya meminta bantuan Mbak Sekar, kakak semata wayangnya yang saat ini berkuliah di jurusan seni rupa tahun pertama. Mbak Sekar sering membawa tugas-tugas kuliahnya ke rumah. Pernah Mima melihat Mbak Sekar begitu sibuk dengan kanvas dan cat minyak. Di lain waktu, Mbak Sekar membawa segunung kertas sketsa besar yang digambari hanya dengan pensil saja.
"Mbak.. bantuin Mima dong! Mima baru kali ini menggunakan cat minyak. Sulit sekali." rengek Mima.
"Oke, Mbak bantu ya. Tapi tidak semuanya. Namanya juga belajar, butuh proses. Tidak semua langsung jadi bisa begitu saja." Mbak Sekar tersenyum sabar.
Tadinya Mima hanya meminta saran Mbak Sekar saja. Bagaimana cara membuat sketsa di kanvas dan cara mencampurkan warna-warna dengan cat minyak. Tapi lama-kelamaan Mima malah lebih banyak menodong Mbak Sekar untuk membantu keseluruhan tugasnya. Mima tidak percaya diri ketika melihat Mbak Sekar begitu terampil mengayunkan kuas di atas kanvas. Jadilah lukisan Mima tersebut sekitar 80 persen-nya adalah hasil karya Mbak Sekar.
Mima puas melihat lukisannya yang sudah selesai. Lukisan dengan tema matahari terbenam di pantai tersebut memang indah. Ia yakin bahwa Bu Ani, gurunya di mata pelajaran Seni Rupa dan Kerajinan Tangan, akan memberikan nilai A.
"Terima kasih Mbak Sekar, sudah membantu Mima." sahut Mima riang.
Sore harinya Mima bermain ke rumah Elvi, teman sekelasnya. Sekaligus Ia juga ingin melihat lukisan hasil karya Elvi. Ternyata Elvi masih berkutat dengan kanvas dan kuasnya. Lukisannya masih setengah jadi, belum semua terwarnai. Lukisan Elvi bertema taman kota dengan bunga-bunga serta bangku taman.
Lukisan Elvi terlihat jauh lebih sederhana daripada lukisan milikku, gumam Mima dalam hati.
"Ini pertama kalinya, Ma, aku aku melukis dengan cat minyak dan kanvas. Jangankan mengoleskan cat tersebut ke kanvas, ide untuk menggambar saja aku buntu." sahut Elvi.
"Memang kamu dapat ide lukisan ini dari mana, Vi?"
"Itulah menariknya. Ibu menyarankan aku untuk membuka mata seluas-luasnya untuk mencari ide. Jadilah akhir pekan ini aku jalan-jalan ke mana-mana."
Mima jadi penasaran dengan cerita Elvi. Melihat kerutan di dahi Mima, Elvi tersenyum melanjutkan, "Ketika ke pasar ibu sekalian mengajakku. Ketika ayah ke bengkel aku juga diminta turut serta. Tujuannya agar aku menemukan tema untuk lukisanku. Padahal biasanya aku malas sekali pergi kalau diajak."
"Lalu, gambar taman kota ini diambil dari hasil jalan-jalan itu?" tanya Mima lagi.
"Nah, ternyata aku menemukan ide setelah aku mengantar adikku latihan sepak bola di gelanggang olahraga. Di sebelah gelanggang olahraga tersebut ada taman kota yang cantik. Selama ini aku malah tidak memperhatikannya. Akhirnya aku malah menunggui adikku sampai selesai latihan sepak bola sambil membuat sketsa lukisanku ini." Elvi menjelaskan.
Mima terdiam mendengar cerita Elvi. Ia berkaca pada dirinya, yang tidak bersusah payah seperti Elvi. Lukisannya sudah selesai, tapi Ia banyak dibantu oleh Mbak Sekar.
"Aku tidak menyangka hanya dengan tugas melukis ini aku malah mendapatkan akhir pekan yang menyenangkan. Banyak melihat hal-hal baru yang sebelumnya tidak pernah aku perhatikan sama sekali. Mencari ide itu ternyata menarik sekali ya!" lanjut Elvi sambil nyengir.
Mima terperangah. Elvi benar, tugas kali ini Mima malah merasa panik dan tidak percaya diri. Akhirnya Mima hanya fokus untuk mendapatkan nilai yang bagus, bukan pada tugasnya. Tentulah jika Ia mendapat nilai A nanti, Ia tidak akan merasa puas.
"Vi, aku pulang dulu ya!" Mima berkemas. Elvi hanya bengong melihat Mima buru-buru.
Masih ada waktu beberapa hari sebelum tugas melukis dikumpulkan. Mima berjanji, Ia akan mengulang lagi tugas melukis ini, kali ini tentu tanpa bantuan Mbak Sekar. Mima sadar, jika suatu tugas diselesaikan dengan usaha sendiri maka hasilnya akan lebih indah daripada sekedar nilai yang didapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Anak
Short StoryKumpulan cerita dari dunia anak yang ceria, berupa cerita pendek, dongeng, cerita misteri, fabel, dan lain-lain.