Monster di Hutan Belukar

1.4K 27 2
                                    



Rino sangat senang setiap kali berlibur ke rumah kakek dan nenek. Banyak hal-hal baru yang jarang sekali Ia temui di kotanya. Ia juga bisa bermain dengan Aji, sepupunya. Makanya Rino sangat gembira, saat Ibu dan Ayah memberi kabar bahwa Ia akan menghabiskan liburan semesteran di sana.

"Ji, kita bermain di dekat sungai, yuk!" ajak Rino. Ia bosan bermain di lapangan rumput dan di sawah setiap hari. Rino ingin mencari sesuatu yang baru.

"Yuk! kita bisa main air di sungai itu." Aji mengangguk.

Tak lama mereka pun asyik bermain air sambil mencari-cari ikan di sungai yang jernih.

"Eh, Ji, omong-omong di seberang sungai itu ada hutan belukar ya?" Rino menunjuk ke arah pepohonan rimbun di sebeang sungai.

"Iya No, kata Kakek hutan itu masih jarang dijamah orang."

"Kita ke sana yuk, Ji! Sepertinya menarik."

"Ah.. Jangan deh, No. Nanti kalau ada hantu atau monster bagaimana?" Aji bergidik.

"Ih penakut kamu! Mana ada hantu atau monster. Itu kan cuma dalam cerita saja." Serta-merta Rino menarik Aji untuk mengikuti langkahnya.

Memang benar ternyata. Di hutan itu banyak hal menarik yang jarang Rino temukan. Ada tumbuh-tumbuhan serta pepohonan yang unik. Mungkin itu mawar hutan atau itu edelweis, Rino menebak-nebak bunga cantik yang berada di antara semak. Ada sarang hewan liar juga. Mungkin itu sarang tupai, pikir Rino. Saat Rino asyik mengamati sekitarnya, tiba-tiba Aji menjerit.

"Mo.. Monster!" teriak Aji sambil menunjuk ke arah dekat pohon pinus.

Rino menoleh ke arah yang ditunjuk Aji. Ia melihat sesosok yang bungkuk, dengan rambut lebat gondrong, dan... di wajahnya memantul kilauan dari matanya yang besar.

"Lariiii!!!" Rino dan Aji segera mengambil langkah seribu, menjauhi sosok tersebut.

"Heiii, jangan lari ke sana!" sosok tersebut meneriaki Rino dan Aji sambil mengejar mereka.

Kedua anak tersebut semakin panik. Mereka terus berlari tidak tentu arah. Sosok itu masih mengejarnya sambil berteriak. Rino tidak mendengar lagi apa yang makhluk tersebut katakan. Ia sibuk dengan pikirannya untuk menyelamatkan diri. Kaki Rino tersandung-sandung belukar pohon. Beberapa kali Rino dan Aji hampir terjerembab.

"Aduuhh!" Aji tersandung salah satu akar pohon besar yang melintang. Ia jatuh di atas kubangan sungai lumpur.

"Ajiii! Ayo cepat keluar dari situ!" dengan panik Rino mengulurkan tangannya ke arah Aji.

"Tolooonnnngg!" Aji berteriak ketakutan. Ia tidak bisa melepaskan diri dari lumpur tersebut. Lumpur itu seakan menghisapnya.

Sosok makhluk tadi akhirnya sampai di ujung kubangan. Rino bergidik ngeri.

"Jangan banyak bergerak! Itu lumpur penghisap. semakin kamu bergerak, kamu akan semakin terhisap!" sosok tersebut malah berkata pada Aji,

Aji pun menuruti apa kata sosok tersebut. Sosok asing itu lalu membantu Aji keluar dari kubangan lumpur dengan menggunakan batang kayu yang besar. Aji selamat, meskipun hampir tiga perempat badannya penuh dengan lumpur.

"Kamu baik-baik saja, Nak?" sosok asing itu bertanya.

Aji masih terengah-engah. Ia mengangguk.

Rino memperhatikan sosok tersebut dengan seksama. Sebenarnya dari dekat Ia tidak tampak begitu menyeramkan. Rambutnya memang gondrong dan acak-acakan, dan mata besarnya itu..

"Nak, kamu tidak apa-apa?" kali ini sosok itu bertanya pada Rino, membuyarkan pikiran Rino.

"Eh iya, Pak.. Om.. Eh.. Mas." Rino menjawab kaku.

"Panggil saja saya Pak Badrus." Ia tersenyum, "Mari saya antar pulang, rumahmu di desa seberang?"

"Iya Pak Badrus."

Di perjalanan mereka mengobrol, "Saya ini peneliti. Saya tinggal di rumah penduduk di dekat sungai. Sudah sebulan saya bekerja di hutan ini. Saya meneliti jamur spesies langka yang hanya ada di hutan-hutan tertentu." Pak Badrus menjelaskan.

"Kami mengira bahwa sosok Bapak adalah monster yang menyeramkan." Kata Aji.

"Haha.. Saya memang agak menyeramkan. Postur tubuh saya agak bungkuk. Mungkin karena saya terlalu banyak menunduk-nunduk. Saya juga memelihara rambut gondrong serta kumis dan cambang yang lebat." Pak Badrus tertawa lagi.

"Lalu itu..?" Rino menunjuk ke arah mata Pak Badrus.

"Oh ini? Ini sebetulnya lensa pembesar yang ditempelkan ke kacamata saya. Ini sangat membantu saat saya meneliti jamur dan tumbuhan lainnya yang ukurannya sangat kecil." Pak Badrus mencopot lensa tersebut dari kaca matanya.

Ternyata mata besar berkilat yang dilihat oleh Rino adalah lensa itu yang terpantul oleh cahaya.

"Hati-hati bermain di hutan ya, Nak! lumpur penghisap itu berbahaya."

Rino mengangguk. Ia merasa lega, ternyata sosok yang menyeramkan itu malah menolongnya. Sepertinya Pak Badrus orang yang sangat ramah. Mungkin lain kali Rino bisa ikut Pak Badrus meneliti spesies jamur langka tersebut.

Kumpulan Cerpen AnakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang