Nostalgia

36 3 1
                                    

"Eh Kak... Yuk kita keluar.... Kita lanjutin di taman belakang sekolah aja!" ajak Dhira sambil mengedipkan sebelah matanya yang indah itu seakan memberikan kode pada Dikta.
"Umm... Of course. Come on let's go! Bye Jov... Bye Rin..."
"Oh yeah... Bye!" jawab Joviel santai.

"Kak... Lo tau kan maksud gue tadi?"

 "Iya tau..."

 "Ih... Lo kalo jawab selalu singkat gak berubah tau' Hm... Kayaknya Kak.Jovie cocok deh sama Sherine. Iya gak kak?"

 "Hm..." 

"Ih... Dasar lo... Tetep beku tau gak dirimu itu, haha_-"

 "Ya ya ya... BTW Dhir... Lo yang waktu itu ngisi suara di radio pagi SMP di Surabaya waktu itu kan? Anivy?" 

"Iya kak... Lo partener gue kan... Marcekta? Inget insiden pentas teater waktu itu?" 

"Ya ya ya... Itu gue inget banget kita main teater yang disitu bikin gue baper plus plus dan kesel banget iya kan?"

 "Iya... Lo jadi ketua pelaksanaannya"

"Ya elah... Sebel gue ikut rapat waktu itu, gara - gara Barra lagi di Bandung huft... Dan gara - gara gue beri saran cerita apa yang bisa di tampilin dan pda akhirnya di tunjuk jadi ketua pelaksanaan dah sama Bu.Dista"

"Tapi sumpah lo main dramanya keren banget tau gak? Jadi Putri aurora cie..."

"Apaan sih lo kak? Sebel tau gak gue, lo jadi pangeran philiph tuh... Hidup lo jadi lebih penuh dengan drama, haha..."

"Iya gila' banget tuh teater... Bikin hidup gue jadi lebih berwarna dengan drama itu sebelum - sebelumnya sih enggak"

"Dan setelah insiden sebelum turnamen basket lo jadi berubah drastis juga' kak"

"Hhh... Gue jaga imagenya terlalu ya? haha... Gue lebih suka' gitu Dhir..."

"Hm... Lo juga gak berubah jadi seperti biasanya waktu main short film sama gue waktu itu. Gue kira setelah lo main short film itu lo bakalan balik jadi lo yang sesungguhnya atau lo jadi dramatis lagi, hehe..."

"Sorry Dhir... Tadi gue nabrak lo waktu mau ke ruang kepala sekolah"

"Iya kak, enggak apa kok kak... it's okay" 

"Gue sebenernya pengen banget nyanyi'in sebuah lagu buat Lo... mengingat kita bisa ketemu lagi...."

Jabat tanganku, mungkin untuk yang terakhir kali

Kita berbincang tentang memori di masa itu

Peluk tubuhku usapkan juga air mataku

Kita terharu seakan tidak bertemu lagi

Bersenang-senanglah

Kar'na hari ini yang 'kan kita rindukan

Di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan

Bersenang-senanglah

Kar'na waktu ini yang 'kan kita banggakan di hari tua

"inikan... la... lagu... terakhir kalinya yang gue sama Kak.Dikta nyanyi'in sebelum Kak.Dikta ke Bandung.." batin Dhira memperhatikan Dikta yang bernyanyi untuknya di iringi gitar acoustic yang Dikta taruh di pangkuannya.

Reff:

Sampai jumpa kawanku

S'moga kita selalu

Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan

Sampai jumpa kawanku

S'moga kita selalu

Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan

Bersenang-senanglah

Kar'na hari ini yang 'kan kita rindukan

Di hari nanti...

Reff

Mungkin diriku masih ingin bersama kalian

Mungkin jiwaku masih haus sanjungan kalian

"I... ini.. bener - bener sama seperti kisah kita kah? dengan suasana sekitar sama seperti se-tahun yang lalu... liriknya pun sesuai dengan kita Kak... gue masih inget kejadian se-tahun yang lalu"

"Inget?"

"Iya... Inget. Banget ingetnya malahan..."

"Berarti selama ini kangen gue dong?"

"Idih... Ngarep banget lo deh kak!"

"Iyakan? Ngaku aja kali'..."

"Enggak... Gue kesini itu cuman kangen banget sama my prince"

"Emang sapa hah? Gue kan ?" tanya Dikta dengan nada agak malas.

"Huh... Ngarep lo? Ya... Sapa lagi kalo bukan Joviel Ardhevan Kheivan..."

"Oh... Gue kira'in cowok lain"

"Emang yang gue kenal disini sapa kalo gak lo sama Kak.Jovie, Kak!"

"Yah... Sapa tau bawa gebetan dari sono! Waktu gue gak sama lo"

"Hahaha... Lucu deh! Kayak octopus kalo marah"

"Ya elah gue disama'in sama octopus"

"Lah emang bener kok Kalo Kak.Dikta lagi marah kayak octopus, wajah lo seketika jadi rada' memerah"

"Au' dah... Terserah lo"

"K.O dah ?"

"Idih... Seorang Marcelino Dikta gak pernah yang namanya K.O! Gue kan cuman ngalah sama cewek"

"Alah... Alasan terus deh lo"

"Terserah! Semerdeka lo aja!" kesal Dikta sambil meninggalkan Dhira yang masih duduk di bangku taman.

"Yah... Ngambek tuh orang. KAK.DIKTA TUNGGUIN GUE!" ujar Dhira dengan toa-nya itu.

"Hh.. Gak berubah tuh anak. YO'I CEPETAN ENTAR GUE TINGGAL BIAR DI CULIK SETAN!"

"Ih... Jahat lo kak! Masa' gue di bilang entar diculik sama set - an"

"Bener dong gue. Kan lo disana sendirian apalagi udah mau sore! Bentar lagi jam pelajaran terakhir juga selesai!"

"Berarti kita bolos jam 2 sampe 4 dong?"

"Hemm.."

"Yah... Lo juga. Udah kelas 12 tetep aja bolos, gak lulus rasa'in lo! Udah gitu jadi KeTos bolos juga' malu - malu in tau gak?"

"Ye... Yang ngajakin kesini sapa?"

"Gue lah"

"Ya berarti yang salah itu lo"

"Ya enggak lah... Gue gak salah! Lo kan kalo tau jam pelajaran mau masuk ya ajak balik lah... Gue kan belom hapal bener jam pelajaran di mulai!"

"Terus tadi pagi lo kok bisa gak telat?"

"Apa hubungan nya coba'?"

"Ada, kan lo belom apal"

"Kan tadi pagi gue bareng sama Kak.Jo"

"Iya juga' ya..."

"Dasar lo tuh-"

"Apa?"

"Gak jadi. Males gue ngomong sama lo Kak!"

"Papay... Gue masuk kelas" ujar Dhira sambil melambai lambai kan tangannya. Dikta hanya merespon dengan mengacungkan jempol ke atas tanpa membalikkan badannya sambil melanjutkan berjalan.

"Huh... Dasar batu"

"Kenapa lo, Nin?"

"Sapa lagi kalo bukan gara - gara si batu itu"

"Sapa? Pangeran es?"

"Iya..."

"What?" kaget cewek dikelas para fans Dikta.

"Emang kenapa kalian sampe' kayak gitu?"

Watashi Wa Koko Ni IruWhere stories live. Discover now