"Ish... Dy... gue udah laper..." kesal Anin menunggu Dysa menyelesaikan 3 soal yang rumusnya kebalik dan gagal total.
"iya... ini nomer 12 aja nih..."
"Buruan yak... gue tunggu di kantin kedai siomay.."
"Iya deh..."
*******************
"Chat Abang Azkal deh"
Mattew Azkal Eldion
"Abang..."
"Bang Kal!"
"Berisik dah Lo_-"
"Hehe... gabut nih di kantin nunggu temen"
"Apa urusannya sama gue, Nin_-"
"Gue Kangennnn!!!"
"Kemarin baru deh ya ketemu"
"Sumpahh gue kangen lo ngomel over protektive"
"Bang..."
"Hm..."
"apa'an?"
"Tadi gue di ajak debat sama geng sekolah gue! Dianya kalah omong sama gue! Nantang gue pula_< Belom tau gue itu siapa )': "
"Nanti aja ya, Dek... Gue lagi sibuk nih di kampus"
"Iya deh, Bang :)"
End Chat
"Heh Lo!!" panggil seorang cewek entah itu siapa.
"Manggilnya gak sopan banget! minta di sumpelin kaos kaki kucing di rumah!" batin Anin kesal sambil mengelur-elus dadanya penuh kesabaran. Anin merasa anak itu tidak pernah di ajarkan sopan santun!
"Heh lo! Iya Elo!"
"Siapa ya?"
"Lo dengerin kata - kata gue ini ya! Jangan sekali - kali lo dekatin Dikta! Lo! itu! murid baru! jangan sok - sok'an kenal! deket! cantik! manis! keren! atau apapun itu! DIKTA ITU CUMAN PUNYA GUE!!! DAN SATU LAGI JANGAN DEKETIN JOVIE JUGA!!! SEMUANYA AJA LO EMBAT!!! CIH... DASAR MURAHAN!!! CAMKAN ITU SEMUA!!!" cerca'an seorang cewek itu dengan setiap penekanan disetiap katanya dan kemudian pergi meninggalkan Anin seorang diri di kantin.
Anin terdiam, dia merenungkan hari barunya di sekolah barunya itu sendirian di kantin. Gue sebenernya punya salah apa ya sama orang yang ada disini? Apalagi cewek itu tadi? Dia siapa? Who? Sumpah gue gak kenal! Ish! syomay gue belom pesen, duh! bentar lagi bel! Dysa mana coba' kagak dateng - dateng pula'
"KRINGGG!!!!" bel pertanda waktu pulang sudah bersenandung indah di telinga para siswa - siswa.
"Ya ampun nih anak dimana sih kok kagak dateng - dateng?" batin Anin kesal sambil memainkan pipinya yang chubby itu.
"Tapi kok gue jadi khawatir sendiri sih nih? aduh.. kalo tu anak kenapa - kenapa sulit jadinya" khawatir Anin sambil mengecek ponselnya itu.
"Honeyyyy!!!" panggil Jovi, Kakak Anin yang paling absurd :v padahal kakak pertamanya juga' enggak apa-apa
"Ish... jangan panggil gitu di sekolah kak!!!"
"Enggak apa donggg.... biar mereka tau kita adek kakak'annn"
"Gak gitu juga' kaliiii"
"kali itukan bahasa jawanya sungai. Ye kaaan"
"Au' deh lahh terserah kakak, adek mau pulang aja "
"Lah ngambek... emang adek mau pulang naik apa coba'? GoJek? taksi? angkot?"
"iya! biarin! Dedek Kesel sama sikap nyebelin Kak.Jo!"
"Yakin mau pulang sendiri? emang sudah hafal alamat rumah lo?"
"Ish... hafal lah! hush hush sana! dedek mau pulang! bye!"
"terserah deh_-" balas Jovi menyerah terhadap adiknya itu.
"Ish.. untung enggak se nyebelin Kak.Rayi partner gue dulu_^" batinnya, sambil berlari kecil ke arah jalan keluar sekolah.
"Hey!"
"Apaan? sapa sih?" kesal Anin sambil menghentak-hentakkan kakinya ke jalanan beraspal.
"Sini dul-"
"Ish! jangan bikin tambah sebel deh ah! gak tau kalo ak-"
"bawel!" balas Dikta kesal. Padahal niat awalnya ingin mengajak Anin pulang bareng.
"Ma-a-af..."
"gak apa"
"maafin ya?"
"Gue gak marah"
"Shirizu ta'?"
"Hah?"
"Seriusan ni?"
"Ish... gue gak tau lo ngomong apa?_-"
"artinya itu seriusan?"
"oh.. iyaa serius"
"oke deh... Terus tadi mau ngomong apa?"
"e.. i.. itu... Mm..."
"Ish.. gak jelas tau' dik_-"
"Maugaklopulangbarenggua?" ujar dikta dengan intonasi yang sangat cepat, padat dan rapat.
"ish! au' deh! gue mau pulang tau'!"
"Nah ituuu"
"Hah? sumpah gak jelas banget maksudnya diktaa!"
"huft..." dikta mengambil napas panjang. "lo.."
"iya?"
"mau gak?"
"iya?"
"bareng pulang sam-"
"ogah! gue lagi ngambek sama abang gua!"
"ish... bentar belom kelar gue ngomongnya, Nin.."
"Ya udah cepetan! gue udah laper nih..."
"lo mau gak pulang bareng gua?"
"mm... iya deh... gue juga belom hafal sama jalanan disini"
"Ya udah... nih helmnya"
"makasih" jawab Anin seadanya sambil menaiki motor milik Dikta.
YOU ARE READING
Watashi Wa Koko Ni Iru
Teen FictionRasanya Tuhan terlalu cepat mengabulkan do'a ku untuk bertemu denganmu. Meski dihitung dengan waktu, waktu itu cukup lama. Kenangan tiga tahun yang lalu. Tenang... aku akan disini, disisimu. Aku akan menjagamu hingga akhirnya Tuhan sendiri yang memu...