~ Wae? ~

6.4K 589 7
                                    

.

.

Author pov.

Pagi hari Jungkook keluar dari kamarnya. Seperti biasa ia sudah siap untuk berangkat sekolah. Tak lupa ia memakai kacamata bulat miiknya. Jungkook menuruni tangga dan duduk di sofa untuk memakai sepatunya. Rumah terlihat sepi ketika Saein tak berada disana. Ya, hari ini Saein meminta ijin untuk tak bekerja karena suaminya sedang sakit. Mau tak mau Jungkook mengijinkannya. Ia tak bisa memaksa Saein untuk bekerja ketika suaminya tengah sakit. Jungkook berjalan kedapur untuk menyiapkan sarapannya sendiri.

Seokjin keluar dari kamarnya dengan rapi. Setelan jas hitam kemeja putih dan dasi senada dengan jasnya. Terlihat sangat pas dan berwibawa dipakai oleh Seokjin.

"Kang ahjumma, bisa buatkan aku kopi?" Seokjin berteriak sambil membenarkan jasnya. Mendengar Seokjin berteriak, Jungkook berjalan keluar dari dapur.

"Kang ahjumma tak bekerja hari ini, hyung. Tadi, Kang ahjumma memberi tau jika suaminya sakit jadi ia meminta cuti hari ini."

Seokjin mengangguk. "Arraseo."

"Apa Seokjin hyung ingin aku buatkan kopi?"

"Aniya. Cepat pergi kesekolah." Seokjin berjalan pergi meninggalkan Jungkook yang masih berdiri disana. Jungkook hanya bisa menghela nafas pelan. Ia sudah biasa mendapat perlakuan seperti ini.

Cklek!

Jungkook menoleh ketika suara pintu terbuka. Sosok Jimin keluar dari kamarnya dengan keadaan yang berantakan. Keadaannya sangat kacau. Jungkook terkejut melihat keadaan hyung keduanya itu.

"Jimin hyung, neo gwenchana?"

Jimin berusaha menatap Jungkook yang berada didepannya. Jungkook bisa melihat mata Jimin tak fokus. Dan bau ini? Jungkook tau bau ini. Ini bau, bau alkohol. Jungkook menatap Jimin tak percaya. Apakah hyungnya ini mabuk?

Tercetak sebuah senyuman diwajah Jimin. Jungkook tak pernah melihat hyungnya ini tersenyum kepadanya. Jujur, Jungkook akan senang jika Jimin tersenyum kepadanya. Tapi, senyum yang diberikan Jimin saat ini bukan senyum bersahabat, tapi senyum yang mengisyaratkan sesuatu.

"Jimin hyung.." Jungkook berjalan menjauh dari Jimin. Perasaan Jungkook menjadi tak enak ketika berada didekat Jimin.

Sret!

Belum sempat Jungkook melarikan diri dari Jimin, tangan Jimin meraih tangan Jungkook dengan mudahnya. Jimin menarik Jungkook dengan kasar kedalam kamarnya.

.

.

Jungkook pov.

Blam!

Jimin hyung menutup pintu kamarnya dengan kasar. Aku didorong dengan kasar keranjangnya. Keadaan kamarnya sangat kacau. Gelap dan berantakan. Aku hendak bangkit namun..

Set!

Akkhh!

Jimin hyung mendorongku dan menindih tubuhku. Ia mencengkram rahangku dengan keras.

"Hyung apa yang kau lakukan?!" Aku mencoba berbicara meski rahangku terasa sakit karena cengkraman Jimin hyung.

"Tenanglah.. sayang.."

Sayang?

Jimin hyung mabuk?

"Hyung sadarlah! Ini aku, Jungkook! Jimin hyung!" Aku mencoba memberontak. Jimin hyung menatapku dengan matanya yang tak fokus.

"Kenapa kau menggunakan seragam, sayang?" Jimin hyung masih terus bergumam tak jelas. Aku terus berusaha memberontak dari kukungan Jimin hyung. "Tenanglah sayang.. kau akan menyakiti dirimu.."

"Hyung, sadarlah! Kumohon! Aku Jungkook, Park Jungkook, adikmu! Hyung sadarlah!" suaraku mulai meninggi ketika Jimin hyung mulai mengendus disekitar leherku. Nafasnya menyapu kulit leherku yang polos. Aku merasa merinding.

Tubuhku tak bisa memberontak karena tubuh Jimin hyung mengukungku dengan kuat. Aku hanya bisa pasrah dengan keadaanku dan berharap Jimin hyung tak melakukan apapun terhadapku.

Bugh!

Tubuh Jimin hyung menindih tubuhku. Aku terkejut ketika Jimin hyung tak sadarkan diri diatasku. Ah, posisi yang tak mengenakkan dan menyusahkan. Aku dengan susah payah menyingkirkan tubuh Jimin hyung dari atasku. Aku terduduk diranjang Jimin hyung. Tampilanku sangat kacau saat ini. Bagaimana tidak? Karena ulah Jimin hyung seragamku menjadi berantakan.

Aku mengangkat tubuh Jimin hyung untuk membenarkan posisi tidurnya. Aku menyelimutinya dan keluar dari kamarnya untuk membiarkannya istirahat.

.

.

Author pov.

Jungkook keluar dari kamar Jimin. Ia merapikan kembali seragamnya yang berantakan. Jungkook mengenakan kacamatanya yang terlepas ketika Jimin menindihnya. Pikiran Jungkook penuh dengan bayangan Jimin yang tengah mabuk.

Apa yang membuat Jimin hyung seperti ini?

Kenapa Jimin hyung seperti ini?

Waeyo?

Wae?

Hanya kata 'wae' yang terus berputar dikepala Jungkook. Ia sangat khawatir dengan keadaan Jimin. Jungkook tak mungkin meninggalkan Jimin dengan keadaan seperti itu. Apalagi Saein sedang cuti.

"Sepertinya aku harus menghubungi Mingyu."

.

.

Jungkook pov.

"Yeoboseyo, Mingyu-ya?"

"Oh, Jungkook-ah? Wae?" suara Mingyu membuatku menghela nafas pelan. Suara Mingyu terdengar sangat tenang. Itu sedikit membuat rasa cemasku pada Jimin hyung berkurang.

"Jungkook-ah? Apa kau masih disana?"

"Oh ne. Mianhae, Mingyu-ya."

"Wae?"

"Aku hari ini tak masuk sekolah."

"Wae?! Apa kau sakit?! Apa kau baik-baik saja?! Bagaimana keadaanmu?!" suara Mingyu terdengar cemas. Aku hanya bisa tertawa kecil ketika mendengar berbagai pertanyaan dari Mingyu.

"Aniya. Nan gwenchana. Hanya saja, Jimin hyung sedang sakit. Kang ahjumma sedang cuti dan Seokjin hyung harus pergi kekantor. Aku tak mungkin meninggalkannya sendirian."

"Ah, geuraeyo. Nanti aku akan menyampaikannya pada Kim ssaem. Titip salam pada Jimin hyung. Semoga ia cepat sembuh."

"Ne. Gomawo, Mingyu-ya."

"Aish! Gwenchanayo."

"Geurae. Aku harus mengurus Jimin hyung. Sekali lagi, gomawo."

Pip!

Aku duduk di sofa ruang tamu. Menjatuhkan tubuhku disana, memijat keningku yang tiba-tiba terasa berdenyut. Kepalaku terasa pusing. Entah karena terlalu cemas dengan Jimin hyung atau yang lainnya, aku tak tau.

.

TBC


rei come back again, with new update. oke, rei up lagi hri. kmarin up, skrang udh up aja. hehe.. lgi smangatnya nih.

oke, nih chap 2 nya with the tittle.. liat aja di atas. Rei hrap klian smua ska ma lnjutannya. so, enjoy the story.

mian, klo ada klsahan ya. typho msalnya. coz, rei sring bengt ktemu ama yg nmanya typho di ffnya rei. so, mianhae klo klian ktemu ama typho.

oke, see you next chp.

Salam Reika Ryu.

Last Day For Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang