Tubuh ringkih anak itu tersungkur mencium tanah yang kotor, bersamaan dengan sebungkus makanan basi yang ia dapat dari tempat sampah di belakang sebuah restoran ternama. Ia merintih pelan, namun, tak sedikitpun rasa simpati muncul dari hati lelaki tua itu. Dia justru melayangkan kakinya, menendang punggung sang anak, hingga ia menangis pilu memohon pengampunan.
"Dasar pencuri!" teriaknya marah. "Apa saja yang orang tuamu ajarkan sehingga berani menggunakan tangan kotormu untuk mencuri, Sialan!"
Ia merintih dalam tangisnya. "Maafkan Baekki, Paman... Baekki yang salah... Baekki takkan mengulanginya... Ampun... Ampun..."
Lelaki itu mendecih. Ia meludah pada si Kecil. Tak kenal ampun, dia melempar tempat sampah itu hingga isinya bertebaran disekitar tubuh lusuh anak tersebut.
"Pergilah. Jangan kembali lagi! Atau kupatahkan kedua tanganmu itu, Pencuri!"
Dia berdiri dengan kaki gemetaran. Memandang sedih pada makanan basi yang seharusnya dapat mengisi kekosongan perutnya hari ini. Sayangnya, pria tua tersebut menghancurkan harapannya untuk makan, dan ia harus mencari ke tempat sampah lain. Ia melangkah menjauh secara terseok-seok. Terselip harapan bahwa ia dapat tidur malam ini, tanpa rasa lapar, meski ia tahu hal itu merupakan kemungkinan yang tak mungkin terjadi.
Setelah seharian berjalan, ia merasakan kelelahan. Tenaganya sudah terkuras habis, lantaran tak mendapat makan. Orang-orang jahat selalu menghampiri orang lemah sepertinya, membuatnya tak berkesempatan untuk sekali saja merasa senang.
Ia duduk dipelataran sebuah toko tua yang sudah lama tak terpakai. Mengistirahatkan sejenak tubuhnya yang lemah. Membiarkan angin malam memijat otot bahunya yang menegang. Ia berselonjor pada lantai semen yang dingin. Yang lantas membuatnya menggigil dan memeluk tubuhnya sendiri. Sejak kecil, ia tak pernah kuat melawan dingin. Dan hidupnya, telah membuatnya melewati malam dengan hawa menyakitkan itu.
Kepalanya kemudian terangkat. Ia hanya berbalut kaus oblong tipis yang sudah rombeng. Tak ada penghangat yang bisa membuatnya tidur nyenyak. Airmatanya menurun, membasahi pipinya yang tirus. Andai saja orangtuanya masih hidup, mungkin ia bisa tidur nyenyak dibawah selimut tebal setelah menikmati makanan buatan Ibunya yang lezat. Atau, ia akan tidur didalam pelukan Ayah dan Ibunya, lalu bermimpi indah.
Isakan lolos dari kedua belah bibirnya yang gemetar dan pucat, hampir membiru. Setelah kedua orang tuanya meninggal dunia, ia diadopsi oleh keluarga adik Ayahnya yang jahat. Mereka memperlakukannya bagai pembantu, bahkan melecehkannya pada usianya yang belia. Ia juga kerap kali dipukuli dan dikurung didalam gudang tanpa diberi makan selama berhari-hari. Membuatnya sering jatuh sakit, bahkan frustasi. Ia pun kabur dari rumah keluarganya tersebut, berharap mendapat kehidupan yang lebih baik. Namun, dewi fortuna tak pernah menyelamatkannya.
Kehidupannya semakin buruk, dan ia menjadi tunawisma yang mengenaskan.
Bahkan pada hari ulang tahunnya ini, dia tak mendapat apapun seperti yang anak seusianya harapkan sebagai hadiah. Ia sudah kehilangan segalanya, dan tidak ada lagi alasan baginya untuk hidup.
Dia tersenyum kecil.
"Eomma... Appa... Apa ditempat kalian menyenangkan? Baekki rindu kalian, Eomma, Appa. Bolehkah Baekki menyusul? Baekki sudah tidak kuat lagi..." bisiknya melirih, menatap pada dua bintang paling terang di langit, seiring sinar matanya yang kian padam. "Eomma... Dulu, kau pernah bilang... bila aku bisa meminta sesuatu pada bintang, ketika aku butuh... Sekarang, aku akan meminta. Apa, bintang akan mengabulkannya?" kelopak matanya menutup perlahan. "Aku berharap... suatu hari nanti... ada yang mencintaiku disaat seluruh... dunia... menganggapku sampah... Apa bintang mendengarnya, Eomma? Kalau tidak... aku berharap aku bersama Eomma dan Appa saja..." dia mengembuskan nafas pelan. "Saengil chukae hamnida, Byun Baekhyun..."
Matanya tertutup, rapat.
Mata indah yang tidak melihat sinar lain yang berkedip padanya.
Tepat di langit sana, sebuah cahaya melesat jatuh menuju bumi. Sangat cepat dan tak terdeteksi oleh manusia. Dan menjelma menjadi siluet seorang pria yang menawan.
"Aku akan mencarinya sekarang."
•••
_____________
a ChanBaek fanfiction written by Strawbaekki_:The Lost Star
Lengh: Chaptered
_____________
•••
Sebut gue plin-plan. Itu emang gue.
Gue lagi stress.
Thanks.
Vomment juseyo.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Star - chanbaek.
Fiksi PenggemarByun Baekhyun, 16 tahun, percaya bahwa bintang-bintang dilangit selalu menjaga dan akan mengabulkan permintaannya. Ia berdoa tepat di malam yang sama dengan jatuhnya sebuah komet ke bumi. Orang-orang mencari keberadaan komet tersebut, namun tak satu...