CHAPTER 5 Pengakuan bag 2

522 52 15
                                    

Langkah kakinya terhenti. Sepasang rubi menatap ragu pada pintu kayu yang berdiri kokoh di hadapannya. Dirinya takut luar biasa tentang pemandangan apa yang sekiranya akan tersaji di dalam sana. Akashi Masaomi belum siap, ia takkan pernah siap.

"Tuan," panggil seorang lelaki berbadan tegap yang berdiri di sampingnya. Sebuah pistol tergenggam mantap pada dua tangannya, sedangkan bajunya dilapisi oleh jaket anti peluru berwarna hitam.

Anggukan diberikan, pintu kayu yang terbentang di hadapan didobrak dengan paksa.

Gelap, merupakan hal pertama yang menyambut penglihatan mereka semua. Mereka, karena Masaomi tidak hanya ditemani oleh seorang agen kepercayaan, namun juga beberapa agen lain yang berkualifikasi terbaik di Jepang.

Masaomi melangkah dengan hati-hati, diikuti oleh para agen terbaiknya. Mereka menuruni tangga batu lalu menyusuri lorong ruang bawah tanah gelap tersebut. Udara di dalamnya terasa begitu lembab hingga seseorang yang menderita asma mungkin akan langsung kolaps.

Masaomi tertegun, sayup-sayup suara isakan terdengar dari arah depan. Suara isak tangis itu benar-benar terdengar lirih menyanyat hati, dibalut oleh bau amis darah yang mulai tercium dari arah asal suara.

Masaomi berlari, tak peduli lagi dengan apapun yang akan menyambutnya di depan nanti. Hanya satu yang ada dipikirannya kala itu, dua putera tercintanya, Seijuurou dan Tetsuya. Tak ada yang lebih penting, bahkan harta serta nyawanya akan ia beri demi sang buah hati.

"Seijuurou ... Tetsuya," teriaknya sambil menghambur ke dalam sebuah bilik berpenerangan minim.

Sepasang rubi membola, lidah terasa kelu untuk sekedar berucap. Kakinya terasa lemas dan tak mampu berpijak. Seakan-akan lantai semen yang diinjaknya tiba-tiba menghilang. Ketakukan yang tadi menguasainya berganti dengan rasa keterkejutan luas biasa.

Terbaring dengan bersimpah darah di tengah ruangan, Akashi Seijuurou, putera sulungnya. Tubuh-tubuh lain dengan luka tusukan bergelimpangan di sekitarnya. Sementara itu sang putera bungsu, Akashi Tetsuya, tengah bersimpuh di sisi tubuh sang kakak. Baju Tetsuya dipenuhi oleh darah segar hingga cairan merah itu tampak menetes dari ujung-ujung kemejanya.

"Sei-nii ...," ucapnya di sela isak tangis. Telapak tangan kecilnya menggoyang pelan bahu Seijuurou tanpa kenal lelah.

"Tetsuya!!"

Helaian biru tersentak, permata azure jernih berselimut cairan bening menoleh dalam keterkejutan. Kedua mata itu sembab, entah sudah berapa lama ia menangis hingga suara merdunya berubah serak.

"Otou—san?"

Tubuh mungil itu limbung, jatuh menimpa tubuh sang kakak yang berada tepat di depannya. Masaomi tak tahu apa yang terjadi, namun sebelumnya ia bisa melihat dengan jelas kelegaan yang terpancar dari sepasang azure itu untuk sepersekian detik.

Merasa kembali mendapatkan kekuatannya, lelaki patuh baya itu berjalan cepat, menyongsong tubuh dua puteranya yang tergeletak tak berdaya.

"Tanaka, hubungi tim medis sekarang?!!"

.

.

.

I'll Call Out Your Name

Kuroko no Basuke adalah milik Fujimaki Tadatoshi

Saya hanya memiliki plot ini saja

Warning: OOC, Typo (s), Nubi, Plot hole, Alur maksa, dan sebagainya

Genre: Family, Friendship, Brothership, Hurt-Comfort, Semi-canon

I'll Call Out Your NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang