LFH - 7 -

325 7 3
                                    

 _________________________________________________________

7. Lift

_________________________________________________________

aku turun dari mobil dengan perasaan yang campur aduk. Sungguh, aiden sangat menguji kesabaranku. sekarang aku punya dua pekerjaan yang harus kukerjakan sekaligus. kalian percaya? se-ka-li-gus.

baiklah mungkin ini hal biasa bagi orang orang yang bekerja part time dengan 2 bahkan 3 pekerjaan sekaligus. tapi aku? ini bukanlah pekerjaan 'part time' 

pekerjaan ku sebagai designer saja nyaris menyita seluruh waktu tidurku. bagaimana jadinya kantung mataku kalau aku juga harus menjadi sekretaris direktur muda sialan yang juga tampan dan charming dan menyebalkan dengan banyak 'dan dan' lainnya, tapi menarik didepanku ini?!

sudahlah.. kupikirkan nanti. 

sekarang aku dan si 'tuan agung' aiden tengah berjalan kedalam sebuah gedung pencakar langit yang sering kulihat diTV. entahlah, kurasa sinetron sinetron yang ditonton kakek semuanya berlatar digedung ini. kakek, kalian belum mengenalnya ya? dia itu..

"kau tunggu disini. jangan kemana mana." aiden berbalik menatapku dan lalu pergi begitu saja.

huh! seenaknya saja menyuruhku menunggu ditempat asing begini. kalau ada yang menculikku bagaimana? siapa yang akan mencariku? kalau aku terluka bagaimana? lalu kalau tiba tiba aku diberi obat tidur bagaimana? dan kalau yang menculikkku adalah alien bagaimana?? ah sudahlah, lupakan.

sepertinya otak kecilku mulai memberontak.

aku menyapukan pandanganku keseluruh sudut ruang tempat aiden meninggalkanku.
kalau dilihat lihat.. suasana digedung ini malah lebih mirip seperti hotel. entahlah, tak penting sebenarnya.

aku melangkahkan kakiku kesebuah kursi bagi pengunjung disudut ruang. guci guci tinggi dengan ukiran detail tertata cantik disampingnya.

tanpa ragu aku duduk diatas kursi tanpa sandaran itu.

cukup lama aku menunggu disana sampai aiden kembali dan memanggilku.

"emma, kemarilah."

aku menuruti perintahnya dan berjalan kearah pria yang kini memegang berkas berkas ditangannya.

"apa?" tanyaku ketus. aku masih saja merasa kesal dengannya.

"tata sopan santunmu ketika kita sedang ditempat seperti ini. aku tidak mau kau merusak nama baikku." aiden memperingatiku dengan tatapan tegas yang selalu dapat membuat hatiku bergejolak liar. aku menarik napas sebentar, berusaha menetralkan hati gila ini. bagaimanapun juga aiden adalah bosku dan.. aneh rasanya menyimpan perasaan pada bos sendiri bukan?

"iya iya aku tau. ada apa tuan Aiden yang terhormat..?" tanyaku dengan intonasi yang kubuat semanis mungkin.

"baca ini. dan ikuti aturannya. jangan banyak tanya." 

aku mengambil berkas yang diberikan aiden dengan dahi mengernyit. aku akan cepat tua jika terus ada didekat pria sial ini.

"ken.."

"kubilang, jangan-bertanya."

perintah aiden saat baru saja aku ingin bertanya 'KENAPA AKU HARUS MENGIKUTI PERATURAN BODOHMU?!' tapi dia justru langsung memotong kata kataku.

menyebalkan bukan? memangnya kenapa aku harus mengikuti semua ucapannya? seenaknya saja menyuruh orang.

"karna kalau kau tidak mengikutinya, maka kau tidak akan bisa membayar semua tagihan tagihanmu. itu artinya, kau akan kupecat."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOOKING FOR HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang