Chapter four

13 5 4
                                    

-----Irei Pov-----

Entah angin apa yang membawa ku mencuci nya dengan tulus, seakan rasa sakit ku akan luntur jika aku bisa melihat bersihnya seragam itu.

Jika kalian berfikir aku menyukai raka, maka aku akan menjawab 'tidak'.

jika kalian bertanya mengapa aku merona mendengar kata-katanya, itu dikarenakan ia sangat mirip dengan seseorang...

"Adikku" mereka seperti bayangan dicermin memoriku. Memutar segala ingatan dan slide random yang indah namun tetap saja berakhir menyakitkan.

Aku tak menyangkal jika raka itu tampan, dia terlihat maskulin dengan rona merah alami diwajahnya.

Suara nya yang merdu dapat membuat mu luluh seketika, namun aku bukan seseorang yang jatuh cinta karena fisik. Aku tak akan me nyangkal fisik tentu saja cukup berpengaruh.

Cinta itu seperti kecap manis, hitam pekat dan kental namun tetap saja manis. Aku tidak bisa menjelaskan lebih rinci dan detail apa itu cinta, karena aku pernah gagal total atas orientasi ku tentang cinta.

Hingga aku menyerah pasrah diatas keraguan yang menyeruak, dan jiwa ku hilang terbawa puncak rasa sakit saat asmara dan hal yang ku tau tentang cinta kandas .

Cinta benar-benar mirip kecap manis bukan? Manis.. tentu saja manis, namun jika terlalu berlebihan maka akan membuatmu muak.

Aroma pakaian raka, membuatku memutar kembali disk tua yang menyimpan berbagai kenangan di suatu ruang putih tanpa ujung.

"Vanilla, bukankah itu parfum yang kau suka jim?" Batinku menyeruak lalu aku kembali dari duniaku dan melanjutkan mencuci pakaian itu.

-----Author Pov------

Seakan mengulang drama yang dibintangi dirinya sendiri, ia mem biarkan ingatan nya meliar hingga tanpa sadar setetes liquid bening menetes dengan keharmonisannya.

Fantasi akan terus membayangimu, namun realita akan membawa mu ke dalam pangkuan nya yang erat, menunggu kedatangan-nya sang waktu.

Waktu bukanlah hal yang dapat diremehkan, karena waktu menelan berbagai emosi tak terduga.

Namun teruslah jalani realita itu, karena realita akan membawamu pada keajaiban tanpa dasar yang diberikan 'Tuhan'.

-----Author Pov Off------
~Skipp

Matahari menampakan sinarnya tanpa lelah, kembali menusuk celah tirai dengan terangnya.

Irei membuka kedua manik hitam dengan perlahan, cairan liquid bening tak segan membaur dengan pipi lembutnya.

'Mimpi buruk?'

Tidak, tentu saja itu 'Mimpi terbaik' nya. Hingga ia sangat ingin itu menjadi realita dan kembali menghiasi kehidupan nya

Jam menunjukan pukul 05.45, ia melakukan kebiasaan nya setiap pagi yaitu mandi,sarapan lalu pergi kesekolah.

Terlihat tanpa beban bukan? senyum yang tak pernah ia lewatkan dari bibir mungil ciptaan tuhan itu seakan apa yang diberikan kepadanya tidak ia sia-siakan.

Namun bukankah itu terlihat semu? Dari sekian banyak nya masalah yang ia hadapi, ia tersenyum semanis itu..

Apakah itu membuatnya bahagia? Atau malah membuatnya semakin menekan kebahagiaan nya dan menderita?

'Berpura-pura'

Hal yang dilakukan atas kemauan alam bawah sadar atau pun alam sadar manusia, dimana itu dapat dilakukan untuk kebaikan atau keburukan....

Setelah sampai di halte busway, ia duduk manis tanpa sedikitpun menggeser senyum hampanya itu.

"Lo bakal terus kek gitu? Lo gak takut kehilangan 'jati diri' lo?" Kata seseorang yang biasanya menyiratkan wajah menyebalkan, namun bersikap sangat err-Dingin dan Bijaksana.

"Lo lagi main cast apa sampai segitu nya? Gue bukan-nya gak berterima kasih atas quotes yang lo kasih pagi ini. But, ini jauh berbeda. Gue udah kehilangan itu sejak dulu" Kata irei tanpa lepas menatap kosong kedepan, lalu tersenyum hambar.

"Cukup terkesan atas akting lo, dan makasih 'atas pujian' nya nona" Kata pria itu lagi, ronald tentunya. Dengan tekanan dibeberapa kalimat, tanpa lupa akan senyum khasnya 'Smirk'.

"Ini masih pagi dan lo udah nyin-" Kata irei yang langsung dipotong secara sepihak pastinya.

"Ini bukan 'masalah waktu' nona, ini masalah 'keinginan'. " Kata ronald dengan tekanan nya lagi.

"Anda benar tuan, tapi nona muda ini hanya ingin terus tersenyum. Seperti matahari yang tidak pernah lelah atas sinarnya" Kata irei, menyamakan cara bicara dengan ronald ala zaman kerajaan.

"Ya, hingga akhirnya tenggelam lalu akan kembali lagi dengan senyum nya dan tenggelam lagi... apa gue salah?" Kata ronald, manik matanya menatap kosong kedepan. Menyiratkan ketenangan.

"Gue rasa gue baru liat lo kemaren, dan lo udah tau gue punya masalah pagi ini. Lo cenayang atau psikiater" kata irei dengan nada mengejek nya.

Yah...walau baginya sangat receh membuat candaan disaat orang disampingnya kini menatapnya kesal.

"Jangan ditatap terus ntar suka baru tau" lanjut irei dengan raut wajah datar seakan itu bukan candaan, namun senyuman yang semh itu tak pernah pudar.

"Gue cenayang yang jadi psikiater. Emang kenapa? Masalah?!" Celetuk ronald kesal, namun hanya nada bicara nya yang memperlihatkan emosinya. Matanya menatap sendu gadis disampingnya.

"Haha, seorang cenayang ya?" Kata irei dengan senyum nya yang hambar dan tatapan nya yang terlihat amat damai, namun penuh akan rasa sakit.

Bersambung.

Sorry pendek:v bingung mau pakai kiasan apa :v

Semoga nyentuh yak, bagi ane sih ini ngebosenin karena lebih condong ke sisi pribadi. Iya kagak?

PretendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang