Hai hai....
Setelah sekian lama akhirnya update juga.
maaf ya karena author habis UN dan juga persiapan buat masuk PTN,,, hihihi
Langsung aja yukk..
Tiga bulan kemudian...
Ify sedang memilah-milah baju yang akan dibelinya untuk acara pentas seni akhir pekan nanti di kampusnya. Saat ini ia berada di sebuah butik yang sering ia kunjungi. Gadis manis itu berencana membeli dress berwarna biru yang menurutnya cocok ia kenakan di hari H nanti.
"Udah belum,Fy?" tanya Via dari belakang.
Ify menoleh dan melihat sahabatnya itu membawa dress berwarna hijau tosca. Ify menyimpulkan bahwa dress itulah yang akan dibeli Via.
"Hmm, bingung nih. Bagus yang mana,Vi?" Ify meminta pendapat kepada sahabatnya.
Dress brokat berwarna biru laut dan dress brokat berwarna biru tualah yang membuat gadis itu tampak bingung. Via menimang-nimang kedua dress tersebut. Ia memang selalu memberikan saran pada apapun yang akan dipilih oleh Ify.
"Ini aja. Cocok sama kulit lo," putus Via sambil menunjuk dress warna biru laut.
Ify mengangguk dan segera membawa dress tersebut ke kasir bersama dengan Via. Setelah membayar mereka keluar dari butik untuk segera pulang karena dirasa hari mulai sore dan mereka lelah akibat seharian berlatih untuk acara pentas.
"Lo beneran gak mau gue kawal sampe rumah, Fy?" tanya Via saat mereka sampai di parkiran.
"Enggak usah, Vi. Gue udah berani kok bawa mobilnya," jawab Ify.
"Yakin?" tanya Via sekali lagi.
Ya, memang Ify baru-baru ini menggunakan mobil sendiri. Jadi Via masih takut jika nanti terjadi apa-apa. Terkadang dia selalu mengawal Ify sampai ke rumahnya, sekalian mampir buat nyicipi makanan di rumah Ify.
"Iya, Via ku sayang," ucap Ify meyakinkan seraya mencubit kedua pipi sahabatnya itu.
"Oke, oke, gak usah nyubit deh, Fy," kata Via sebal.
Akhirnya kedua mobil itu keluar dari parkiran dan berjalan ke arah yang berbeda. Matahari mulai menyembunyikan sebagian tubuhnya di ufuk barat. Namun, jalanan di kota ini masih saja ramai. Tak ada yang tau apa yang akan terjadi nantinya. Semoga orang-orang tak pernah lupa akan keselamatannya.
***
Rio memandang sebuah figura di meja belajarnya. Tampak foto dirinya bersama Ify. Tak terasa hubungan mereka sudah berjalan tiga bulan lebih.
Senyumnya mengembang ketika memandang foto tersebut. Begitu beruntungnya ia mendapatkan gadis cantik, manis, lembut, dan pintar seperti Ify.
"Beruntungnya aku, Fy bisa dapetin kamu," ucapnya seraya mengambil gelas berisi air dingin di nakas.
Rencananya pemuda tampan itu akan menampilkan bakatnya yang khusus ia persembahkan untuk Ify di acara pentas akhir pekan nanti. Ia akan menyanyikan lagu istimewa ciptaannya sendiri untuk sang kekasih.
"Rio, ayo kita maghrib berjamaah dulu, nak!" suara mama terdengar dari luar kamarnya.
Rio segera melirik jam di dinding kamar. Sudah pukul 05.50 ternyata.
"Iya, Ma," balas Rio.
PRANG!!
Saat akan berdiri tak sengaja ia menyenggol gelas berisi air dingin tadi yang ia letakkan sembarangan di atas nakas.
"Astagfirullah," ucapnya seraya membungkuk berusaha mengambil pecahan gelas.
Rio terdiam. Ada perasaan janggal dalam hatinya.
"Semoga gak terjadi apa-apa, Ya Allah,"do'anya dalam hati.
***
Waktu menunjukkan pukul 18.30, Mama Ira yang beru saja menyelesaikan ibadahnya segera berjalan menuju pintu utama untuk memastikan anak gadisnya yang belum juga pulang. Entah mengapa perasaannya tidak tenang saat ini.
"Pa, Ify kok belum pulang juga ya?" ucapnya pada sang suami yang baru saja menuruni anak tangga.
"Tunggu dulu, Ma, nanti dia juga sampai. Mungkin jalanan macet," Papa Duta mencoba menenangkan istrinya.
Papa Duta menuntun Mama Ira agar duduk di sofa. Menenangkan istrinya yang resah karena anak gadisnya tak kunjung pulang.
Tiba-tiba bunyi dering ponsel Papa Duta terdengar, ia melihat nama putrinya tertera di layar. Segera saja ia mengangkat telpon tersebut.
"Ya? Kenapa, Nak?" ucap Papa Duta.
Tapi, bukan suara putrinya yang ia dengar melainkan suara seseorang yang membuatnya terkejut. Ia melirik istrinya yang duduk di sofa seberang dengan wajah resah, dengan tenang ia menutup telpon tersebut.
Papa Duta segera berdiri menghampiri istrinya. Sedangkan Mama Ira menatap Papa Duta seakan bertanya ada apa.
"Ify kecelakaan, Ma," ucap Papa Duta akhirnya.
***
Mama Ira hanya bisa menitikkan air matanya ketika dirinya sampai di rumah sakit. Ingatannya akan apa yang ia lihat tadi membuat dirinya taka kuasa melihat putri kesayangannya. Darah yang keluar dari tubuh Ify sangatlah banyak. Mama Ira benar-benar tak sanggup melihatnya.
Saat ini putri cantiknya sedang ditangani dokter di ruang ICU. Dirinya hanya bisa berdo'a agar putrinya diberi keselamatan.
Ya, Ify mengalami kecelakaan yang serius. Saat melewati pertigaan ada truk yang mendadak muncul sehingga mobil yang dikendarainya terseret dan menghantam pohon besar.
Papa Duta hanya bisa menenangkan istrinya yang terus menangis melihat kondisi putrinya. Ia menyesal karena mengizinkan Ify mengendarai mobil sendiri. Seandainya ia memberikan supir pribadi pada putrinya itu, mungkin hal seperti ini tak akan terjadi.
"Sudah, Ma. Ify akan baik-baik saja. Percayalah," ucap Papa Duta menenangkan.
Suara langkah lagi yang tergesa-gesa menghampiri pasangan suami istri tersebut.
"Om, Tante, Ify gimana?" ternyata Alvin yang menghampiri mereka.
"Alvin," ucap Papa Duta. "Ify sedang ditangani dokter di ICU," lanjut Papa Duta.
Alvin menghela nafas kasar. Ia yang memang bekerja di rumah sakit ini mendengar ada korban kecelakan bernama Ify Alyssa. Tak salah lagi itu adalah Ifynya. Ralat. Ifynya dulu. Ia sangat menyesal tak bisa menjaga gadis itu hingga sekarang Ify harus mengalami kecelakaan.
Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Dengan segera ia mengambil ponselnya dari saku. Dengan lihai jari-jarinya menyentuh ponsel untuk menghubungi seseorang.
"Ke rumah sakit sekarang, Yo! Ify kecelakaan," ucapnya pada orang diseberang sana.
***
Gimana gimana??
Makin gaje ya? Wkwkwk
Author hanya menulis apa yang ada dipikiran saja, jadi maafkanlah.
Yang penting bisa menghibur kalian semua ya hehe
Jangan lupa Vote dan Comment ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Tertukar ✓
FanfictionDua bayi yang lahir dalam waktu yang sama. Hingga takdir membawa mereka ke dalam kehidupan dunia yang salah. Pada akhirnya perjalanan panjang yang harus mereka lewati. Ditambah lagi akan ada satu hati yang terluka. Sanggupkah mereka menjalani takdir...