Hai... author balik lagi ini
Maaf ya lama banget gak update, soalnya author sibuk banget (sok sibuk) wkwk
Cerita ini bakal dilanjutin kok Insyaallah sampai selesai, oke?
Dari pada kebanyakan ngomong mending langsung aja yuk...
Rio menuruni anak tangga rumahnya. Karena waktu menunjukkan pukul 18.30, maka sudah waktunya makan malam dan pemuda itu berjalan menuju ruang makan rumahnya.
Di sana sudah ada papa dan mamanya. Tunggu! Hanya papa dan mamanya. Tidak ada sosok kakaknya yang sudah tiga hari ini tidak pernah menyapanya. Pemuda itu menghembuskan nafas dengan kasar. Segera saja ia menghampiri kedua orang tuanya.
"Pa, Ma," sapa pemuda itu.
"Rio, sini makan bareng, nak," balas Bu Winda.
Rio segera duduk dan mulai mengambil piring serta makanan yang ia inginkan. Tiba-tiba saja ia teringat menanyakan sesuatu.
"Kak Alvin mana, Ma?" tanya Rio.
"Alvin katanya tadi dia udah makan, jadi langsung ke kamarnya," jawab Bu Winda.
Rio hanya mengangguk dan melanjutkan makannya. Namun, dalam hatinya ia masih bertanya-tanya mengapa kakaknya itu seolah menghindarinya. Meski Rio tahu jawabannya karena masalah mereka dan juga Ify. Rio hanya bisa bersabar dan mencari waktu yang tepat untuk bicara empat mata dengan kakaknya.
Sebenarnya sejak kejadian di kantin kampus Ify kemarin, Alvin sudah bersikap dingin terhadap Rio. Bahkan sampai di rumah mereka tidak bertegur sapa hingga sekarang.
Rio sendiri bingung harus berbuat apa untuk kakaknya itu. Dia sebenarnya ingin bicara baik-baik tentang kejadian kemarin.
***
Rio mengetuk pintu kamar kakaknya dengan hati-hati. Tak ada jawaban dari dalam, dengan pasti Rio masuk ke dalam kamar bernuansa abu-abu itu.
Dilihatnya Alvin sedang berbaring membelakanginya. Rio segera menghampiri dan duduk di tepi ranjang.
"Ngapain lo kesini?" tanya Alvin tiba-tiba.
Ternyata Alvin tidak sedang tidur.
"Gue mau minta maaf, Kak?" jawab Rio.
"Minta maaf? Buat apa? Karena lo udah rebut Ify?" tanya Alvin ketus.
Rio bingung harus menjawab apa. Ia merasa dirinya adalah pria brengsek yang merebut pacar orang.
"Kak, gue..."
"Udahlah, Yo. Meskipun gue marah, tapi gue gak mungkin bisa benci sama lo karena lo adik gue. Meskipun lo udah nglakuin kesalahan yang sangat besar dengan ngerebut Ify. Lo tau? Gue kerja dan berusaha jadi orang yang sukses dengan harapan gue bisa nikah sama Ify kelak. Gue sangat sayang sama dia. Tapi, gue juga sayang sama lo,Yo. Lebih dari apapun yang lo tau," jelas Alvin panjang lebar.
"Kak, gue bener-bener minta maaf. Gue gak bermaksud, gue bakal putusin Ify dan setelah itu lo bisa kembali sama dia,"
"Gak,Yo. Jangan tinggalin dia. Gue yakin dia cinta sama lo. Kalo lo ninggalin dia pasti dia bakal sedih dan menganggap lo cuma main-main,"
Rio terdiam mencerna kata-kata sang kakak. Benar, Ify akan sedih jika ia meninggalkannya. Begitupun dirinya, karena Rio benar-benar mencintai gadis manis itu.
"Jaga dia, Yo. Gue ikhlaskan dia buat lo," kata-kata itu seolah merupakan sebuah tanggung jawab yang harus dipegang oleh Rio.
***
Pemuda berjas putih itu sedang duduk di singgasananya dalam sebuah ruangan bercat putih pula. Kedua matanya menatap sebuah figura ada di meja kerjanya. Dalam figura itu tercetak wajah gadisnya, ralat mantan gadisnya. Gadis yang sangat ia sayangi.
"Maafin aku. Mungkin selama ini aku belum bisa ngasih yang terbaik buat kamu," gumam pemuda itu.
"Sehingga kamu pergi ninggalin aku, Fy. Maaf," lanjutnya dengan menelungkupkan kepalanya ke dalam kedua tangannya.
Alvin, dokter muda nan tampan itu kini hanya pasrah melepaskan kepergian gadis cantik itu.
Seakan teringat sesuatu, pemuda itu membuka laci mejanya. Kemudian sebuah surat yang baru saja ia terima satu minggu yang lalu ia buka dan ia baca kembali.
Sepertinya ia akan mempertimbangkan keputusannya. Sebuah keputusan yang menyangkut nasib hidupnya kelak.
***
"Hai, cantik," sebuah suara mengagetkan gadis cantik yang sedang duduk di sudut perpustakaan.
Ia mendongak dan melihat wajah tampan pemuda yang akhir-akhir ini selalu menemaninya. Seulas senyum tersungging di bibir merahnya.
"Rio," gadis itu segera menarik pemuda itu untuk duduk di sebelahnya.
"Baca apa?" tanya Rio.
Ify hanya menujuk buku yang sedang ia baca seraya melanjutkan keasyikannya itu.
"Makan yuk!" ajak Rio.
Ify menggeleng pelan. Ia sedang tidak berseleran saat ini. Gadis itu tampaknya sedang ingin melakukan hobinya.
"Kenapa? Ntar kamu sakit lho," jawab Rio khawatir.
Ify menutup bukunya lalu memandang pemuda yang menyandang status sebagai kekasihnya. Dilihatnya wajah pemuda itu menyiratkan kekhawatiran.
"Aku udah makan tadi, dan sekarang masih kenyang," kata Ify.
"Hmm, oke. Ya udah aku beliin es krim mau?" tawar Rio.
Mata Ify berbinar mendengar tawaran sang kekasih. Gadis itu memang suka dengan makanan yang bernama es krim.
Mereka segera keluar dari perpustakaan dan berjalan menuju kantin kampus. Ify dengan manjanya bergelayut di lengan Rio sambil sesekali tersenyum. Sedangkan Rio tampak gemas dengan kelakuan gadis itu sehingga tak jarang ia mengacak rambut Ify pelan.
"Rio, aku sayang banget sama kamu," ucap Ify di tengah perjalanan mereka.
"Aku juga, aku sayang kamu, aku cinta kamu. Aku gak akan ninggalin kamu,Fy," balas Rio.
Dengan segera Rio melingkarkan tangannya di pinggang gadisnya itu, seakan menegaskan bahwa dialah pemilik hati gadis di sampingnya.
***
Maaf ya kalo part ini cuma dikit hehehe..
Besok dibanyakin deh wkwk..
Tunggu kelanjutannya ya
![](https://img.wattpad.com/cover/72616066-288-k361194.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tertukar ✓
Fiksi PenggemarDua bayi yang lahir dalam waktu yang sama. Hingga takdir membawa mereka ke dalam kehidupan dunia yang salah. Pada akhirnya perjalanan panjang yang harus mereka lewati. Ditambah lagi akan ada satu hati yang terluka. Sanggupkah mereka menjalani takdir...