Part 6

775 41 0
                                        


Hai hai aku balik lagi nih

Langsuk aja yuk....



Seorang pemuda bertubuh tinggi berjalan menelusuri lorong rumah sakit dengan tergesa-gesa. Perasaannya resah dan gelisah mengetahui sang kekasih baru saja mengalami kecelakaan. Setelah kakaknya menelponnya tadi ia langsung tancap gas menuju rumah sakit di mana kekasihnya berada.

"Kak, Ify mana?" tanyanya dengan tidak sabaran saat melihat sang kakak dan kedua orang tua Ify yang sedang duduk di ruang tunggu.

"Rio," balas sang kakak.

"Mana Ify? Gimana keadaannya? Dia baik-baik aja kan, Kak?" tanya Rio dengan nada khawatir.

"Tenang, Yo. Kita masih nunggu, dokter belum keluar," balas Alvin.

Rio sangat mengkhawatirkan pujaan hatinya di ruangan yang bertuliskan ICU itu. Dirinya tidak bisa tenang, ia takut terjadi apa-apa pada Ify.

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka menampilkan sosok dengan jas putih di tubuhnya.

"Bagaimana dok keadaan putri saya?" tanya langsung Mama Ira yang sedari tadi duduk di kursi tunggu.

"Putri Anda kehabisan banyak darah," jeda sang dokter.

"Tapi tenang, kami akan segera mendonorkan darah untuknya. Syukur persediaan darah AB+ di rumah sakit ini masih ada," lanjut dokter itu.

"Baiklah, dok. Lakukan yang terbaik untuk putri kami," ucap Papa Duta.

Rio dan Alvin menghembuskan napas lega mendengar percakapan dokter dengan kedua orang tua Ify. Syukurlah tidak ada luka dalam yang dialami oleh gadis itu.

Sedangkan Mama Ira sangat bersyukur kepada Tuhan. Putrinya dalam keadaan baik-baik saja. Ia tak bisa membayangkan jika Ify terluka parah karena Ify adalah putri satu-satunya.

***

"Kamu udah baikan, Fy?" tanya Rio begitu masuk ke ruang rawat Ify.

Ify tersenyum melihat pangerannya datang. Beberapa hari ini memang Ify masih terbaring lemah dan belum boleh dijenguk.

Ify menganggukan kepalanya seraya mencoba duduk bersandar di kepala kasur. Rio segera membantu gadisnya.

"Kamu udah sehatkan?" tanya Rio lagi.

"Udah, Yo. Makasih ya, kamu udah selalu nungguin aku selama aku di sini," balas Ify.

Rio tersenyum, "Kamu tau dari mana?"

"Mama yang bilang," jawab Ify.

Rio duduk di tepi tempat tidur rumah sakit dan mengelus rambut Ify dengan sayang. Akhirnya gadis pujaanya kembali pulih dan bisa tersenyum lagi. Meskipun tubuh gadis itu terlihat lebih kurus dari sebelum kecelakaan.

Ify menyandarkan kepalanya di pundak pemuda itu. Ia sangat merindukan Rio, pemuda yang telah memikat hatinya.

"Ify sayangku!!!" teriakan itu membuat kedua insan itu melepaskan diri satu sama lain.

Di pintu tampak seorang gadis berambut sebahu dengan parcel buah di tangan kanannya dan kado berbentuk love di tangan kirinya. Gadis itu segera menghampiri Ify.

"Via," lirih Ify.

"Ya ampun Ify. Seneng banget kamu udah sehat," ucap Via seraya mencium kedua pipi Ify.

"Nih aku bawain buah-buahan sehat buat kamu dan ini coklat kesukaan lo," Via mengangkat barang yang ia bawa.

Rio yang melihat tingkah Via segera saja mengambil buah dan coklat yang dibawa gadis itu dan meletakkannya di meja. Via yang baru menyadari ada Rio segera saja menyapa pemuda itu.

"Eh, hay, Yo," sapanya.

Kemudian Sivia dan Ify larut dalam obrolan mereka. Rio yang mengerti segera keluar dari ruangan. Ia memberikan sahabat kekasihnya itu untuk sekedar melepas rindu dengan kekasihnya.

***

Sudah sebulan berlalu setelah kejadian kecelakaan itu terjadi. Sejak itu Rio melarang Ify untuk menyetir mobil sendiri jadi harus ada yang mengantar gadisnya itu. Pemuda tampan itu selalu setia menemani kemanapun Ify ingin pergi.

Seperti saat ini Ify dan Rio akan menuju ke Bandara Soekarno-Hatta. Ya, Alvin akan melanjutkan pendidikan S2 nya ke Sidney. Sebenarnya ada rasa tidak rela di hati Ify untuk melepaskan Alvin pergi jauh. Ify bukannya masih mencintai Alvin, tapi ia memang menyayangi Alvin seperti kakaknya sendiri.

"Kenapa?" tanya Rio yang masih fokus menyetir.

Ify menggelengkan kepala pelan.

"Kak Alvin?" tanya Rio lagi.

"Hmm aku udah anggep dia kayak kakak aku sendiri, Yo. Jadi rasanya kayak ada yang hilang waktu dia bilang mau pergi," jawab Ify.

"Iya, aku ngerti kok," ucap Rio.

Ify melanjutkan lamunannya seraya menatap keluar jendela mobil. Selain soal Alvin yang akan pergi dari negara ini, ada satu hal yang membuatnya bingung. Setelah ia mengalami kehilangan darah dan mendapat golongan darah dirinya tersadar akan golongan darahnya yaitu AB.

Sepengetahuannya sang Mama memiliki golongan darah O dan sang Papa memiliki golongan darah A. Ia menyesal tak mengingat pelajaran biologi yang dipelajarinya dulu saat SMA, di mana ada materi tentang golongan darah.

Entah mengapa Ify hanya penasaran saja. Mengapa ia memiliki golongan darah AB yang langka dimiliki oleh penduduk dunia.

"Fy, udah sampai," panggilan dari Rio membuat lamunannya buyar.

"Ah, ya," Ify segera turun dari mobil.

Kedua sejoli itu segera mencari keberadaan Alvin. Dari kejauhan mereka melihat pemuda berkulit putih itu sedang berdiri dihadapan kedua orang tua Rio. Tampaknya Mama Winda masih belum bisa seratus persen melepaskan kepergian sang putra.

"Kak Alvin," panggil Ify.

Alvin menoleh ke arah suara yang baru saja memanggilnya. Dilihatnya seorang gadis cantik bersama pemuda menghampirinya. Terjadilah adegan perpisahan di antara mereka.

Beberapa menit kemudian pesawat yang akan ditumpangi Alvin akan segera take off. Pemuda 25 tahun itu segera berpamitan kepada orang tua, adik, dan mantan kekasihnya.

"Alvin pergi dulu, Pa, Ma, Yo, Fy," ucapnya.

"Good bye, Kak Alvin," ucap Ify sedih.

"Hati-hati, Kak. Jaga baik-baik diri lo," Rio dan Alvin berpelukan ala lelaki.

Setelah mencium tangan Papa dan Mamanya, Alvin segera berjalan menjauh. Inilah waktunya bagi Alvin untuk menggapai kesuksesannya nanti. Pemuda itu juga berharap akan mendapatkan pengganti Ify suatu hari nanti. Dengan berat hati ia meninggalkan negeri tercintanya ini.

'Aku pasti kembali buat kalian,' batinnya.

***



Gimana gimana?

Maafkan author ya ceritanya jadi begitu....


Jangan lupa vote and comment ya

Tertukar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang