Prolog

2.2K 139 10
                                    

Matahari sore di langit Seoul menerpa wajah Byun Baekhyun. Dia duduk di kursi pelataran rumahnya yang besar. Dari tadi dia menunggu pujaan hatinya yang akan datang menemuinya sore ini. Baekhyun tersenyum ketika mengingat nama dan wajah itu. Betapa wajah itu dia rindukan sekarang. Namun, mengapa Chanyeol belum datang juga?

Baekhyun mulai merasakan semilir angin sore membelai wajahnya. Saat ini dia memang tak bisa melihat apa-apa di sekelilingnya. Dia hanya bisa merasakan semuanya melalui indra pendengarannya. Tapi, ia yakin kalau Chanyeol memang belum datang. Baekhyun mulai mendesah putus asa. Bagaimana kalau Chanyeol tak datang sore ini. Namun, langkah seseorang yang perlahan mendekat mulai menepis keraguannya. Dia yakin sekali kalau orang yang melangkah ke arahnya adalah Park Chanyeol, orang yang dia sayangi.

"Baek," panggilnya lembut. Tanpa berkata, Baekhyun beranjak dari kursi. Lalu melangkah mendekati namja itu. Setelah berada di hadapannya, Baekhyun segera meraba wajah halus itu. Membiarkan nya menebak-nebak bahwa dia tak salah orang.

"Katanya ada yang mau kau bicarakan, bicara saja," tukas Baekhyun yang ingin tahu maksud kedatangan Chanyeol sore ini. Chanyeol menelan ludah susah payah. Dia menarik nafas dengan amat berat. Dia yakin, apa yang ia katakan nanti hanya akan membuat perasaan namja di depannya terluka. Sungguh, Chanyeol tak ingin melakukannya. Namun, bagaimana pun juga semua ini harus terjadi.

"Chan..." Baekhyun berseru, menyadarkan Chanyeol dari lamunannya.

"Tiga hari lagi aku pulang ke China Baek, dan mungkin untuk selamanya. Tak akan kembali lagi ke Korea," Ujar Chanyeol dengan suaranya yang dibuat tegar.

"Aku... aku tidak salah dengar kan?" Baekhyun mulai shock. Seperti ada palu yang menghantam kepalanya. Apakah yang ia dengar dari mulut Chanyeol sebuah pembenaran? Itu berarti... Chanyeol akan pergi dari sisinya.

"Benar Baek. Ini tak salah. Beberapa hari lalu appaku bilang bahwa pekerjaannya di Korea telah selesai. Nenekku yang tinggal di China juga sering sakit-sakitan dan memerlukan appaku yang merupakan anak bungsunya".

"Kami akan pulang ke China Baek, surat kepindahan sekolahku telah diurus oleh appa beberapa hari yang lalu". Chanyeol kembali berkata dengan lemah. Chanyeol berusaha tidak sedih di hadapan Baekhyun. Dia baru saja menyadari bahwa Baekhyun terluka akan hal ini.

"Chan, aku tak menginginkan hal ini," kata Baekhun lemas. Hatinya hancur. Baru saja dia mendapatkan secerah kebahagiaan lantaran hadirnya Chanyeol yang dulu sempat ia benci. Tapi, sekarang harus berakhir.

"Aku juga tak menginginkannya Baek, sama sekali tidak!" Balas Chanyeol menatap bola mata namja di jadapannya.

"Chan, aku tak sanggup kehilanganmu, karena..." Baekhyun berkata pelanan terbata-baya. Rasanya dia sudah tak sanggup berucap. Beberapa kata yang tadi dia ucap malah terbenam karen tangisannya sudah keluar.

"Aku juga Baek," sahut Chanyeol. Dia pun memeluk Baekhyun, lalu mengusap punggung Baekhyun. Baekhyun merasakan keteduhan ketika berada dalam pelukan Chanyeol seperti ini. Namun sesaat, dia pun tersadar. Dia takkan mungkin bisa memeluk Chanyeol kembali setelah perpisahan mereka nanti.

"Chan, saranghae..." ucap Baekhyun lemah di pelukan Chanyeol, dengan untaian air mata yang tidak terbendung lagi.

Chanyeol tidak bisa berkata-kata. Hatinya merasakan keperihan yang luar biasa. Dia hanya dapat mengusap punggung Baekhyun. Dia membiarkan namja itu. Dia membiarkan namja itu rebah dan menangis di pelukannya.

To Be Continue

Hello guys! Im back! New fanfic lagi nih hehe

Gimana prolognya? Penasaran? Pengen tau lanjutannya?

Vote, komen, and share guys!

Thank you

HOPE [ChanBaek]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang