Cahaya mentari telah menerangi kota Seoul. Sinar indahnya telah membias ke segala arah. Pagi sudah tiba. Eomma Baekhyun terlah terbangun sejak tadi, kini tengah menyibak gorden ruangan inap kamar Baekhyun. Tak jauh di dekatnya, putra semata wayangnya tergolek lemah. Cahaya matahari yang masuk melalui kisi-kisi kaca jendela menerpa wajah cantik itu.
"Aku dimana?" Baekhyun baru saja siuman. Sejak semalam, namja cantik itu tak sadarkan diri. Dia coba menggerakkan tubuhnya.
"Baekhyun!" Ibunya menyebut namanya, dan langsung menghampiri Baekhyun.
"Eomma, apa benar ini eomma?" Tanya Baekhyun sambil merentangkan jari-jemarinya ke arah wajah eommanya.
"Eomma, kenapa semuanya gelap? Kenapa aku tak bisa melihat semuanya...?" Baekhyun seakan baru menyadari hal yanh menimpa dirinya.
"Eomma, apakah aku buta? Eomma kenapa aku tak dapat melihat." Baekhyun mulai terisak. Dia teramat shock dengan hal yang terjadi padanya, sementara ibunya sendiri hanya dapat terdiam di depannya. Perlahan, air mata itu membasahi pipi Baekhyun. Eomma-nya memperhatikan kedua mata putranya yang kini berbalut perban putih.
"Eomma, katakan semuanya, apakah kini aku telah buta, eomma?.." tanya Baekhyun memelas. Dia pun mulai meraba wajah eomma-nya. Eomma-nya pun terisak pelan.
"Kecelakaan yang kau alami semalam, membuatmu seperti ini. Dari keterangan dokter, kornea matamu mengalami gangguan akibat benturan keras," tukas sang ibu pilu.
"Eomma, aku tak ingin buta. Tidak!" Baekhyun memekik histeris tak bisa menerima keadaannya sekarang. Eomma-nya mendekapnya lalu mengusap punggungnya pelan. Berharap bisa membuat Baekhyun tenang.
Air mata perlahan merebak dari kedua mata sang eomma. Teramat berat juga baginya mengetahui kondisi putranya saat ini. Ia pun mulai memikirkan masa depan Baekhyun nanti.
Eomma masih memeluk tubuh Baekhyun yang menangis. Ia mengatakan pada anaknya agar tabah dan sabar menghadapi semuanya.
.
.
.
.
.Dua minggu berlalu dan selama itu, Baekhyun hanya berdiam diri di dalam kamarnya. Dia seperti kehilangan pegangan. Hilang sudah cahaya kehidupannya. Semuanya kini sudah tak lagi sama bagi Baekhyun.
Setelah pulang seminggu yang lalu dari rumah sakit, Baekhyun belum masuk sekolah. Luka-luka nya belum sembuh, dan eomma-nya pun dengan telaten merawatnya setiap hari. Dua hari yang lalu, perban yang membalut kedua mata Baekhyun telah dibuka. Tapi, baginya sama saja. Dibuka atau tidak perban itu, pandangannya tetap gelap. Yang terlihat hanyalah kabut hitam. Sungguh, Baekhyun ingin menangis menyadari apa yang menimpanya. Dia telah menjadi buta. Mungkin tidak akan ada lagi yang mau berteman dengannya, apalagi seorang namja yang akan menyayanginya dengan tulus.
Tiba-tiba saja, bayangan Oh Sehun mulai berkelebat di pikirannya. Bagaimana kabar kekasihnya itu. Mengapa hingga detik ini, Sehun tak juga menampakkan dirinya untuk sekedar menjenguk atau bertanya kabar tentangnya.
Lalu, bagaimana dengan dua sahabatnya yang selalu setia menemaninya kemana pun. Kenapa Luhan dan Kyungsoo tak pernah menemuinya untuk menanyakan keadaannya? Lagi-lagi mengetahui hal itu, perasaan Baekhyun semakin terpukul. Saat ini, dia benar-benar merasa kesepian. Tersiksa sekali menghadapi keadaannya. Sekarang, dia hanya berteman dengan gelap dan tongkat putih yang dibelikan eomma-nya beberapa hari lalu untuk membantunya berjalan, juga rabaan tangan yang sungguh membuat Baekhyun sangat kesulitan.
Air matanya kembali menetes. Tepat saat itu, eomma-nya yang baru pulang kerja di sore hari mendekat ke arahnya yang termenung di depan jendela kamarnya.
"Baek, makan dulu nak. Dari tadi pagi kata pelayan Shin, perutmu tak di isi dengan makanan. Ini tak baik untukmu"
Baekhyun hanya menggeleng pelam. Membuat resah di wajah eomma semakin menjadi-jadi.
"Baek, tak baik menyiksa dirimu seperti ini. Apa perlu eomma yang menyuapi?"
Baekhyun masih diam membisu.
"Aku tidak lapar" jawabnya singkat.
"Bagaimana mungkin kau bisa berkata seperti itu? Eomma tau kau pasti sedang lapar sekarang"
"Anniya, aku tidak mau makan," jelas Baekhyun
Eommanya hanya menatap wajah Baekhyun yang mulai berbeda dari biasanya.
"Eomma, lebih baik aku mati saja daripada seperti ini."
"Kau tidak boleh berkata seperti itu Baek" cetus eomma. Baekhyun kembali menangis.
"Seharusnya kau bersyukur masih hidup. Masih bisa merasakan anugrah kehidupan. Apa jadinya bila malam itu kau pergi meninggalkan Eomma. Sekarang, berhentilah mengeluh tentang semuanya," ujar sang eomma.
"Eomma, aku bosan terus menerus di kamar. Besok, aku ingin pergi ke sekolah"
"Yakij, kau mau pergi sekolah? Sebenarnya, eomma berencana mendaftarkan program home schooling saja untukmu. Eomma berkeyakinan, kau akan menghadapinkesulitan dengan sekolah formalmi, karena keadaan yang tak lagi sama seperti dulu."
"Eomma, aku ingin tetap bersekolah, aku akan berusaha semampuku," tutur Baekhyun. Seperti biasanya, putranya itu selalu keras kepala.
Eomma mulai menghela nafas.
"Baiklah, kalau memang itu yang kau inginkan. Besok, eomma akan meminta pelayan Shin agar menyiapkan semua keperluanmu. Eomma akan menyuruhnya untuk mengantarkanmu ke sekolah,"
Hati Baekhyun mulai terasa lapang. Kembali ia meneruskan lamunannya yang tadi sempat berhenti lantaram kehadiran eomma-nya.
"Sekarang, sebaiknya kau makan dulu. Ayolah, jangan menyiksa dirimu seperti itu," tutur eomma lagi.
Perlahan Baekhyun menganggukkan kepalanya. Itu membuay hati sang eomma lega.
To Be Continue
Haii semua. Readers ff ini berkurang ya huhu :'(
Mulai chap depan konflik akan di mulai. Persiapkan diri kalian yakk *apa ini
Jangan lupa vomen ya.
See ya !
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE [ChanBaek]
FanfictionYaoi Fanfiction Chanbaek Fanfiction Baekhyun merasa kehilangan Chanyeol disaat dia sudah menyia-nyiakan chanyeol.