Bagian 10

125K 9.7K 473
                                    

Happy Reading 🙋

yuhuu update lagi! Sebenernya aku memang batesin, kalo vote udah sampe angka tertentu, aku bakal lngsg update. Tapi cuma dlm hati aja sih. Eh gak taunya cepet banget nyampenya 😂😂 Moga suka

*****

Sifa tidak berontak sama sekali ketika pergelangan tangannya ditarik kuat oleh Agam. Gadis itu hanya menurut kemana dirinya akan di bawa. Sifa pikir, paling-paling Agam membawanya pulang ke rumah. Rumah Agam pastinya.

Sifa tau betul kalau Agam sedang marah, bahkan mungkin sangat marah. Lihat aja wajahnya, tanpa perlu ditanya pun Sifa tau kenapa.

Walaupun lagi marah, Agam tetap baik. Buktinya dia mau membawakan kantong belanjaan Sifa tadi yang berisi novel tebal-tebal dan komik. Itu cukup berat loh.

Sesampainya di parkiran, Agam membukakan pintu mobil dan mendorong masuk tubuh Sifa ke dalamnya dengan paksa. Sebelum Agam masuk ke dalam mobil, Sifa melihat nasib pergelangan tangannya.

Astaga, bekas genggaman tangan Agam memerah. Bukan hanya itu, tulangnya pun ikutan sakit. Huhu, Agam jahat!

Sifa masih mengelus-elus tangannya selagi Agam duduk di sampingnya. Pria itu hanya melirik Sifa sekilas dan langsung melajukan mobil dengan kecepatan tinggi sampai-sampai Sifa menahan tubuhnya dengan tangan di dashboard.

Bahkan gadis itu belum menggunakan seatbelt!

"Agam! Ngebut banget, pelanin dikit sih!" protes Sifa masih memanjangkan tangannya untuk bertumpu pada bagian depan mobil.

Tapi Agam tak memedulikan permintaan gadis itu dan tetap melajukan Aventador-nya kencang.

Sifa geram setengah mati. Ia pun juga tak peduli lagi dan melepaskan tangannya sebagai tumpuan agar kepalanya tidak mengenai dashboard.

Karena itulah, tubuh Sifa sontak maju ke depan dan kepalanya terbentur ke dashboard. Ia langsung menjerit kesakitan dan memegang dahinya yang mulai membiru.

Antara kesakitan dan sedikit malu tentunya.

"Sifa!" teriak Agam mendengar bunyi berdentum antara kepala gadisnya yang mengenai dashboard begitu keras.

Agam segera menghidupan lampu sein dan menepikan mobilnya pelan-pelan ke pinggir jalan.

Lalu pria itu menangkup wajah Sifa dengan cepat namun tetap lembut untuk melihat kondisi dahi gadisnya.

"Gak usah liat-liat!" Sifa menepis kasar kedua tangan Agam di wajahnya.

"Tidak, sini."

Agam kembali mengambil wajah Sifa untuk kedua kalinya. Tak dipungkiri, ia sangat khawatir dengan benturan tadi. Apalagi dahi gadis itu tampak tidak baik.

"Udah aku bilang gak usah ya gak usah!" bentak Sifa dengan suara keras.

Agam tertegun sejenak, ia tidak pernah melihat Sifa bicara selantang itu sebelumnya. Apa dia marah? Seharusnya Agam yang marah sekarang. Kenapa malah Sifa?

Gadis keras kepala ini benar-benar menjungkirbalikkan hidupnya dan Agam tidak ingin seperti itu, ia tetap harus menjadi pemegang kendali di hubungan ini. Bukannya Sifa.

"Kyaa!"

Tiba-tiba Sifa menjerit karena Agam mengangkat tubuhnya dengan sangat mudah dan mendudukkannya di atas pangkuannya.

Tentu saja Sifa berontak, tapi Agam mencegah hal itu terjadi dengan cara memeluknya erat. Tangan satunya lagi untuk memegang bagian kepalanya Sifa.

"Lepasin Gam! Nanti kita di grebek orang!" kesal Sifa berusaha turun dari pangkuan pria itu. Namun, tetap tidak bisa.

Agam Xander Zarkasyi [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang