Langit diatas kota Seol nampak begitu suram, bahkan terik mentari seakan-akan terus memudar. Seolah terhalang oleh ribuan gedung pencakar langit yang seakan terus berlomba-lomba untuk mencapai dinding langit. Dengan pencapaian teknologi saat ini? Kau hanya akan menemukan gemerlap warna-warni lampu neon di sepanjang penjuru kota dan soligram yang merupakan benda 3D bergerak menjadi visual yang tepat untuk sebuah periklan. Menyemarakkan kota Seol di sepanjang waktu.
Dua orang pria duduk di sebuah kedai pinggiran sungai han. Dihadapan mereka sudah ada beberapa botol soju dan beberapa makanan ringan
"Komandan apa yang membawa anda kemari?" Seorang pria berumur sekitar 25 tahunan bertanya pada pria paruh baya dihadapannya. Wajah dengan jejak tajam disetiap sisi, tatapan yang selalu fokus pada setiap hal yang berada dihadapannya menunjukkan sisi keseriusannya dalam menghadapi banyak hal. Pria ini nampak begitu sempurna jika kalian mengabaikan sebuah fakta yang dapat ditangkap dengan kasat mata, sebuah tongkat yang ia letakkan di sampingnya adalah alat bantu untuknya berjalan karena kakinya sudah tidak senormal dulu lagi, diakibatkan oleh peperang yang terjadi beberapa waktu lalu saat ia menjalankan wajib militer.
Pria paruh baya itu pun memandangi kaki Taeyong dengan ekspresi ibanya yang membuat Taeyong tidak nyaman. Menyadari ketidak nyamanan Taeyong, pria paruh baya yang duduk dihadapannya seketika mengalihkan pandangannya.
"Aku ingin memberikan sebuah tawaran untukmu." Taeyong mengkirutkan keningnya, cukup bingung dengan ucapan pria paruh baya dihadapannya ini. Katakan apakah ini masuk akal? Seorang dengan pangkat Komandan menemuinya?
"Maksud anda?" Kali ini Taeyong tak ingin rasa penasarannya terus menjalar didalam fikirannya.
"Bergabunglah dengan Tim ku." Terlihat Taeyong cukup terkejut, namun ia berusaha untuk menetralkan rasa keterkejutannya dengan meneguk satu sloki soju untuk membuat ketenangannya kembali.
"Bagaimana pria cacat sepertiku bergabung di Tim anda? Apa lagi itu adalah sebuah Tim untuk pasukan militer. Komandan, aku hanya warga sipil." Taeyong memandang pesimis sosok dihadapannya. Ia sudah cukup lama hidup dalam keterpurukan, membius setiap sel otaknya untuk melupakan semua impiannya tentang masa depan yang lebih cerah, karena semua itu hanya omong kosong. Ia menghabiskan waktunya di dalam ruangan yang dipenuhi ratusan layar terhubung dengan camera cctv yang sudah ia retas. Profesi gelapnya selama ini adalah sebagai seorang informan bagi siapapun yang sedang mencari keberadaan seseorang dan melacak keberadaan orang itu. Baik manusia mau pun android dan selama itu ia menghabiskan waktunya didalam ruangan, kecuali hari ini ketika tanpa ia duga seorang Komandan menemuinya dan mengatakan hal konyol, masuk ke dalam timnya?Bulsit!
"Kau memiliki kemampuan lebih dari orang lain. Masalah kakimu? Kami akan membuatkan kaki sibertik untukmu." Taeyong meringis, menatap getir Komandan tersebut.
"Apa ini salah satu bentuk permintaan maaf?" Taeyong sudah merasa cukup untuk menjadi manusia biasa dengan keadaan cacat seperti ini. Pikirannya melayang ke dimensi masa lalu, dimana kesadaran naluriahnya menghantamnya. Perasaan takut seketika menghiasi dinding jantungnya yang mengantarkan pada deretan pompaan yang semakin cepat dan berirama.
"Aku tahu bahwa kau telah melewati begitu banyak waktu yang sulit." Kata pria paruh baya itu dengan penuh penyesalan. Matanya terlihat sayu dan putus asa, wajahnya yang keriput dan tegang menampakkan bahwa ia telah begitu banyak melalui waktu yang sulit. Taeyong sungguh menyadari itu, hanya saja ia mengabaikan semuanya. Tidak ada yang lebih penting di dunia ini selain kehidupan. Selama kau hidup? Hal sesulit apapun, akan mudah untuk di lalui. Itu sangat jauh berbeda jika kau berada di sebuah pertempuran? Seperti sebuah permainan, hidup kalian akan dipermainkan. Tidak ada yang bisa memprediksi siapa yang akan bertahan bahkan sampai beberapa menit kedepan? Ribuan mayat tergeletak seperti sampah berserakan disepanjang medan pertempuran. Taeyong sudah melewati masa sulit hanya karena kakinya dan ia tidak akan mengulangi kebodohan untuk kedua kalinya, kali ini dengan nyawanya hanya untuk tujuan membela negara yang bahkan tidak bersungguh-sungguh peduli terhadap rakyatnya.
"Maafkan aku Komandan. Aku sungguh tidak bisa menerima ini." Taeyong pun berdiri dan beranjak pergi, sebelum itu ia membungkukkan kepalanya untuk memberikan penghormatan terakhir.
"Hm...Baiklah, jika suatu saat kau berubah fikiran? Tempatku terbuka lebar untukmu." Taeyong pun mengangguk mengerti sembari menarik sedikit urat bibirnya kemudian membalikkan badannya. Ia berjalan cukup lambat dengan kaki pincangnya, fikirannya masih berkelana dikejadian beberapa menit lalu yang masih menyisahkan tanda tanya besar di setiap sudut neuron otaknya.
Okay...baru 1 gua sengaja buat pendek kagak panjang-panjang haha
Kalau kalian suka? bolehlah di vote...Itu akan sangat membantu Author buat semangat ngelanjutin loh >,< GUMAWO untuk yang mau mampir baca FF abal-abal yang kacau abiz haha...Sekian terima uang wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMITLESS | Taeyong-Mina
Science FictionRank #9 in Cyberpunk| 29-5-2018 FF ini terinspirasi dari film Ghost in The Shell namun karakter dan latar tidaklah sama.Jadi kalian sudah pasti dapat menebak genre apa ini? Sci-fi? Cyberpunk? Ya, akhirnya aku tidak bisa melewatkan genre ini begitu s...