Prolog

91 17 16
                                    

Hari itu, porak poranda. Menara jatuh, rumah - rumah kehilangan pondasinya, banyak orang mati tertimpa reruntuhan. Dan yang pasti, patung itu, ya, patung itu runtuh. Semua orang berhamburan keluar. Semuanya, dari yang anak kecil, remaja, dewasa, orang tua sekalipun. Mereka dengan hati yang terpaksa, pakaian yang lusuh—beberapa bersimpah darah—berlari meninggalkan kampung halaman mereka dengan sedikit barang yang bisa mereka selamatkan dari hunian mereka. Desa yang mereka cintai, Desa Ektresian telah runtuh.

Baiklah biar kuceritakan, aku tau kalian pasti bertanya-tanya, memang apa sih yang membuat semua itu terjadi? Apa sih yang membuat Desa Ektresian runtuh? Dan patung apa yang disebut-sebut itu?

Ok baiklah, santai saja, akan kuceritakan semua. Tentang insiden yang menimpa Desa Ektresian 12 tahun lalu.

* * *

Aku memulai hari biasa saja, tidak terlihat seperti akan terjadi sesuatu yang besar hari itu. Kicauan burung, serangga berterbangan, udara yang sejuk, raut wajah yang memancarkan kegembiraan dan kehangatan terlihat pada setiap peduduk desa. Saling menyapa, saling menanyakan kabar, saling bercanda satu sama lain, dan saling membantu satu sama lain itulah kebiasaan penduduk Desa Ektresian.

Desa kami cukup spesial, bukan spesial juga sih, karena raja kami, Raja Titarian. Raja Titarian memperlakukan seluruh wilayah kerajaannya spesial. Dengan perhatian yang sama, dan dengan keadilan yang sama. Tapi ya, mungkin juga karena aku kelahiran desa sini, jadi aku menyebut desaku desa yang spesial.

Tapi tahu tidak, kenapa aku menyebut desaku, Desa Ektresian spesial? Yah sebagian besar karena patung itu. Patung itu lagi? Patung apaan sih? Iya, patung itu. Nanti bakal ada saatnya aku membicarakan patung itu kok. Dan lagi, desaku sering dikunjungi oleh bangsawan kerajaan. Memangnya desa lain tidak? katanya Raja Titarian raja yang adil pada semua rakyatnya. Yah, memang Raja Titarian sering juga "blusukan" ke berbagai desa. Tapi ya aku kan anak Ektresian, jadi wajar dong jika aku membanggakan desaku sendiri. Dan desaku juga, adalah desa yang paling dekat dengan Hutan Howelgio. Karena itu, banyak di kalangan ayah di desaku berprofesi sebagai pemburu.

Semua orang di desaku, selalu histeris ketika mendengar kabar tidak lama lagi giliran Desa Ektresian dikunjungi oleh para bangsawan. Pertama, karena Raja Titarian dan keluarganya memang sangat dihormati. Kedua, Para remaja laki - laki dan remaja perempuan(terutama perempuan) sangat bersemangat karena kedatangan Pangeran Reimus dan Putri Reina. Mereka adalah sepasang saudara kembar. Pangeran Reimus memiliki wajah yang sangat tampan, karisma yang memancar, dan senyumannya dapat membuat semua wanita "klepek-klepek". Lalu Putri Reina, mereka kembar, jadi pastinya Putri Reina juga sama menawannya dengan Pangeran Reimus. Ketiga, setiap kunjungan, raja selalu memberikan hadiah kepada kepala desa—yang tidak lain adalah ayahku—berupa hal yang dibutuhkan desa saat itu. Seperti ketika desa sedang dilanda kekurangan makanan dan apalagi saat itu musim dingin. Kau tidak bisa bayangkan? Apa jadinya saat itu? Kelaparan, sudah pasti. Mati kedinginan? Yah, aku juga pernah pingsan ketika itu terjadi, umurku masih 6 tahun saat itu. Tapi untunglah. Utusan dari Istana segera datang. Mereka diutus oleh Raja Titarian untuk membawakan suplai makanan yang cukup sampai akhir musim dingin. Ayahku dan semua orang di desa sangat senang dengan itu. Kami berterima kasih sebanyak - banyaknya pada raja dan utusannya. Dan berkat itu, nyawa puluhan orang terselamatkan.

Aku melakukan kegiatan pagi yang biasa aku lakukan bersama ayahku. Ayahku seorang pemburu. Aku dididik oleh ayah sejak masih bayi. Saat bayi aku selalu diajak main-main ke hutan. Saat umurku 5 tahun, aku sudah dikenalkan perkakas, dan senjata-senjata. 6 tahun, aku sudah menemani ayah berburu. Menjadi asisten pemburu begitulah. Kami menemukan jejak-jejak keberadaan hewan, membidik, lalu memanahnya. Pernah sesekali hewan buruan kabur ketika aku tidak sengaja menginjak ranting. Setelah dapat, kami menyembelihnya, dan membakarnya, itu adalah saat-saat yang membahagiakan. Beberapa hewan buruan juga dibawa pulang untuk dijual sebagai penghasilan. Oh ya, ayahku selalu mengajarkan untuk menguatkan fisik, berlatih bela diri, dan mengasah otak. Otak juga penting dalam berburu. Tapi, setelah semua yang dia ajarkan padaku tentang bela diri. Ia sangat melarangku belajar satu hal. Sihir.

♦The Jewel of Justice ☮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang