Pukul 16.39
12 April 2024
Sebuah rumah di pinggir kota jauh dari keramaianSore itu, dia duduk disana. Hanya duduk, terlihat seperti merenung. Dia duduk di sebuah kursi malas berbahan dasar kulit, dengan warna coklat mengkilat bertema elegant. Kemewahan. Didepan kursi yang kelihatannya sangatlah nyaman untuk diduduki disaat santai itu, berdiri dengan kokoh meja berbahan dasar kayu dengan warna coklat kehitam-hitaman. Senada dengan kursi malas, dan menambah aksen kemewahan ruangan itu. Tentu saja, meja itu tidak lah kosong. Sebuah cangkir berwarna putih polos. Menampung sebuah cairan yang memberikan kehangatan dari ekstrak daun teh. Juga terhampar alat tulis, kalender, dan buku-buku yang tidak tertata, ada yang tebal, ada yang tipis, ada yang kecil, ada yang besar. Sebagian sudah rusak covernya. Kelihatannya buku-buku itu sudah bertahun-tahun usianya.
Ruangan itu cukup luas. Dari pintu, di sisi kiri dan seperempat sisi depan bagian kiri kau akan menemukan jendela kaca yg lebar. Seluruh sisinya adalah kaca, tidak ada bingkai. Dan di sisi lainnya, kau akan menemukan rak-rak besar berisi berbagai buku yang sudah dikelompokkan. Ada sekitar 300 lebih buku di rak-rak itu. Sama dengan kaca, rak itu menutupi seluruh sisi. Sepasang kursi dan meja tadi, tersusun di sudut yang mempertemukan kedua belah rak. Sudut sebelah kanan jika dilihat dari pintu. Hanya ada satu kursi dan satu meja kecil di ruangan luas itu. Cukup aneh memang. Tetapi sang pemilik rumah hanya tinggal sendiri-Dia memperkerjakan asisten rumah tangga di saat - saat tertentu. Dia lebih menyukai kesendirian, ketenangan. Ruangan luas membuat ia merasa bahwa dadanya juga selapang itu. Itu membantu menyelesaikan berbagai masalah kehidupannya yang rumit. Ketika dada terasa sesak dan perasaan buruk tiba-tiba muncul. Lapangkanlah dadamu. Maka beban itu makin lama akan makin terasa kecil, kecil, kecil.
Ruangan itu tentu adalah perpustakaan. Dengan buku sebanyak itu, maka tidak mungkin itu bukan sebuah perpustakaan. Sebuah perpusatkaan dan tempat santai, yang pasti.
Apa yang dilakukan pria pemilik rumah itu? Kenapa dia merenung? Apakah ada masalah di kehidupannya? Beberapa menit selanjutnya berlalu dengan kesenyapan. Sesekali pria pemilik rumah menyesap tehnya. Akhirnya setelah kurang lebih lima menit. Dia mulai bergerak. Berdiri, dengan agresif. Ekspresinya terlihat sedang mencari sesuatu. Gerakannya juga tidak teratur. Hentakan kakinya kadang kekanan, kadang kekiri, lalu kanan lagi. Entah dia mencari apa.
Akhirnya, setelah beberapa saat dia berhenti. Dia sedang berada di atas anak tangga ketika jari telunjuknya menemukan celah antara ujung rak dan sebuah buku besar. Dengan cepat, tangan kirinya membantu membuka lebar celah itu. Agak susah memang, karena buku-buku di rak itu rapat dan penuh. Setelah itu, dia mengambil sebuah buku yang jika dibandingan dengan buku sebelahnya, sangat berbeda ukurannya.
Dia terpaku selama beberapa detik. Buku itu besarnya hanya satu jengkal kali sepertiga jengkal dan sekitar 150 halaman tebalnya. Dia mengelus buku yang sepertinya sudah berumur puluhan tahun itu. Cover berwarna hijau mudanya kusut, halamannya kotor, ujung bukunya sudah tumpul. Ketika dia membukanya sekilas, terdapat beberapa halaman yang sudah robek, kusut bekas tertumpah air, dan bekas lipatan yang orang dulu-dulu gunakan untuk menandai bacaan.
"Ini dia", Secercah senyum terukir di wajahnya ketika dia menggumamkan dua kata itu. Lalu sambil bersiul dia berjalan santai menuju kursi malasnya.
Dia duduk disitu. Mulai membuka dan membolak - balik halaman demi halaman kusutnya. Tidak demikian terlihat, tapi buku itu seperti menggetarkan hatinya. Ekspresinya berubah sedikit demi sedikit. Dari riang, menjadi . . . Apa itu? sedih?merenung? atau bahkan rindu? Kadang juga dia tersenyum, kadang sedih, kadang tertawa. Buku itu menyalurkan energi dari setiap huruf, setiap kata, setiap paragraf, setiap halamannya kepada si pembaca. Buku itu. Adalah kenangan masa lalunya yang telah hilang dan kini muncul kembali. Membangkitkan ratusan, jutaan, atau mungkin miliaran neuron - neuron otak yang memuat tentang masa lalunya. Yang kini telah berubah dan takkan bisa kembali.
"Aku mengingatnya. Aku mengingat itu semua", Dia berbicara di dalam hati. Wajahnya tersenyum kecil.
Dia menunduk dan menahan kepalanya dengan tangan-Seperti pose berfikir seorang detektif ketika dihadangkan dengan sebuah kasus sulit. Matanya berkerut, muncul kerutan di keningnya ketika dia sampai di sebuah halaman. Kira - kira pertengahan buku.
Cermin. Mata itu berubah menjadi cermin. Berkilauan. Memantulkan cahaya dari jendela. Berair. Seketika mata itu dilumuri oleh sebuah cairan yang keluar dari kelenjar di matanya. Air mata. Tangis. Dia menangis. Kelopak matanya sudah tidak memiliki cukup ruang dan kekuatan untuk menampung air itu. Seperti bendungan yang bocor. Air itu keluar dengan deras beserta isak yang tertahan dan jatuh mengenai buku. Bukunya sedikit basah terkena air mata, dia lalu menaruh buku itu di meja. Menyeka air mata itu. Bangkit dari kursinya dan pergi dari perpustakaan itu.
* * *
Beberapa hari setelah. . .
Laptop yang masih tertutup, buku itu, secangkir teh, seperangkat alat tulis, dan kalender. Adalah barang - barang yang terhampar di meja kerjanya.
Kali ini dia duduk di ruang kerjanya. Yang jelas lebih kecil daripada perpustakaan. Hanya ada satu meja kerja dan satu kursi yang menghadap ke pintu. Beserta rak - rak yang menutupi 2 sisi dinding. Satu sisi menyimpan prestasi - prestasi, penghargaan, piala dan piagam. Satu sisi lain menyimpan buku - buku referensi kerja. Hanya buku - buku penting yang dia taruh di ruang kerja. Sisanya di perpustakaan.
Dia mulai membuka laptop yang sedari tadi menutup. Lalu menyalakan tombol powernya. Dia membuka aplikasi Macrohard Writer 2018-Sebuah aplikasi penulis yang paling mutakhir pada saat itu.
Dan.
Dia mulai menulis.
Huruf demi huruf.
Kata demi kata.
Secara perlahan.
♦ The Jewel of Justice ☮
_______
OkPasti bingung ya?
😂Oya, jgn lupa vote dan comment yaa :3
KAMU SEDANG MEMBACA
♦The Jewel of Justice ☮
Fantasia[berhenti] Namaku Advanir. Desaku hancur. Kerajaanku hancur. Dunia? masih proses. Yang bisa menghentikannya? Hanya satu. Permata Keadilan. Sebuah kisah yang sebenarnya sudah dibuat empat tahun lalu. Sekarang muncul lagi dengan wajah yang baru. Begit...