Senin pagi ini jadi Senin yang baru bagiku. Kini seragam yang kupakai ke sekolah bernuansa abu-abu. Alhamdulillah, aku berhasil masuk salah satu SMA favorit di Kota Surabaya. Aku masuk SMAN 4 Surabaya yang terkenal sebagai sekolah adiwiyata dan katanya sih tempatnya para "artis" ibukota. Julukan sekolah "artis" itu di dapat mungkin karena sebagian besar siswanya merupakan siswa yang populer dan hits di kota Surabaya. Sejujurnya aku sedikit minder sih, karena dalam fikirku pastinya aku akan mengenal banyak siswa songong dan jutek-jutek layaknya orang populer. Tapi aku sadar,hidup nggak akan jalan jika hanya diem aja di rumah, kita harus banyak mengenal orang dan berani keluar dari zona nyaman.
Jumlah kelas 10 di SMAku ada 5 kelas, ada 10.a,b sampai e. Pembagian kelas diurutkan berdasarkan nilai hasil tes masuk sebelumnya. Aku duduk di kelas 10b, lumayan lah untuk seorang siswa baru di sekolah ternama. Ini juga untuk pertahanan diri meskipun kesannya aku nggak terlalu terkenal setidaknya aku nggak terlalu bodoh masuk sekolah ini. Mindset akan siswa jutek dan songong yang awalnya ada di benakku langsung lenyap setelah sebulan pertama aku menghuni kelas 10b. Ternyata disini aku berjumpa dengan siswa-siswi yang ramah, bahkan kini aku mendapatkan 6 orang teman yang selalu bersamaku menjalani hari-hari di sekolah. Awalnya kami hanya berteman biasa, namun karena kesamaan kebiasaan dan kebetulan kami bertujuh duduk dalam 1 deretan bangku, jadi kami sering bersama. Kebetulan juga kami bertujuh merupakan cewek-cewek yang paling kritis di kelas.
Hari demi hari kami lalui bersama, sampai pada saatnya Dewi, salah satu temenku juga mengajukan ide untuk membentuk geng. Sebenernya ini bukan geng semacam geng cabe-cabean sih, ini hanya untuk keisengan semata. Kami bertujuh sepakat menamai geng kami "Gadis-Gadis". Beranggotakan 7 cewek yang menurut kami pribadi "cukup cantik" dan mempunyai kebiasaan yang sama yaitu "ngerumpi". Ketua geng kami namanya Dewi, anaknya cantik, agak kecil, imut, tapi paling jago jika urusan "ngelabrak" orang. Dia juga yang biasanya menjadi sukarelawan menyediakan rumah dan cemilan dirumahnya sebagai markas besar gadis-gadis berkumpul. Anggota kedua namanya Nanda, aku menyebutnya sebagai "ibuk" karena diantara kami hanya dia yang punya sifat keibuan. Maksud sifat keibuan disini dia lah yang paling bisa berkata bijak dan memberi solusi dari setiap masalah yang kami alami. Anggota ketiga ada aku, nama asliku sih Shella hanya saja mereka lebih sering memanggilku "pe" dari kata "pesek" karena diantara kami bertujuh hanya hidungku saja yang paling "mungil". Anggota ke-4 ada Fara, dia juga kecil seperti Dewi tapi dia yang paling penakut. Dia anggota yang netral, pendingin suasana jika diantara kami ada yang berdebat, mengapa tidak? Fara adalah satu-satunya anggota yang tingkahnya paling "unik". Kebiasaannya adalah selalu menggenggam bolpoin kemanapun dia pergi dan bagaimanapun keadaannya. Anggota ke-5 ada Tasya. Dia punya badan paling besar diantara kami bertujuh, yang paling rajin menghabiskan kue di rumah Dewi dan pokoknya dia yang serba tahu semua tempat yang berbau "makanan" di kota-kota besar. Anggota ke-6 ada Nita, dia yang paling "update" tentang mode atau style baju dan aksesoris terbaru. Jadi, untuk acara jalan-jalan atau windows shopping dia selalu jadi ketua kami. Anggota terakhir bernama Ratna, dia anggota paling susah diajakin "jalan", rumahnya seakan jadi penjara untuknya. Dia jarang mendapatkan izin oleh kakaknya untuk keluar, Ratna hanya boleh keluar jika berurusan dengan pendidikan.
Gilaa! Mungkin jika aku jadi dia sudah gantung diri di dalam rumah. Hahaha..
Tapi Ratna teman yang baik, dia bisa dibilang paling "pintar" diantara kami bertujuh dalam urusan pelajaran di kelas.***
Bel istirahat berbunyi, seperti biasa gadis-gadis bergegas menyerbu kantin sekolah. Kami biasa pergi bersama. Sampai ibu kantin sudah hafal dengan menu pesanan kami.
Sepanjang jalan menuju kantin kami berjalan seakan dunia milik kita bertujuh. Tak peduli kakak kelas ataupun kelas lain memandang kami. Kami terus berjalan layaknya geng "populer" ala ibukota. Seketika angin ikut berhembus menerpa jilbab kami. Kami sudah seperti charly angles yang beranggotakan 7 orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
11 Love Stories
RomanceDia mengajariku tentang 11 rasa cinta yang berbeda. Tentang cinta tanpa syarat. Tentang cinta tanpa perlu berbalas, dan tak perlu pamrih. Dia selalu mengatakan, bahwa dia sangat menyayangiku. Tapi Dia tidak pernah bertanya, apakah aku menyayanginya...