***
Kegiatan kepanitiaan seminggu yang lalu cukup membuatku sibuk, weekend kali ini aku putuskan untuk berkumpul bersama gadis-gadis. Rencananya Minggu besok kami semua akan pergi ke pantai.Malam harinya, aku berkemas beberapa baju dan persiapan yang akan aku bawa berlibur. Aku mencari ransel kuning kesayanganku yang tadinya selalu tergantung di sebelah meja belajarku yang kini sama sekali tak terlihat wujudnya. Mampus! Kemana ranselku? Aku bergegas keluar kamar dan menanyakan pada ibuku.
'Ma, lihat ranselku nggak?' ujarku sambil mencari-cari dengan wajah cemas.
'Ransel kuning kan? Abis Mama cuci itu di tempat cucian kering.' Jawab Mama santai sambil melanjutkan mengupas kentang di dapur.
Aku pun langsung beranjak dan mengambil ranselku,
'Haaah, akhirnya kau kutemukan.' Ujarku sambil berlari menuju kamar.'Shella tunggu!' Sahut Mama menghentikan langkahku.
'Ada apa Ma?' tanyaku keheranan.
Jangan bilang aku disuruh menggantikannya mengupas kentang di tengah akan packing begini?'Ini kemarin ada di dalem tasmu, untung nggak kena cuci.' Ujar Mama sambil memberikan setumpuk surat beramplop warna pink.
Aku langsung mengambil setumpuk surat itu, dan mencoba mengingatnya. Setelah beberapa menit kupandangi, Astaga! aku baru teringat, itu surat-surat dari peserta MOS kemarin. Karena terlalu kelelahan aku sampai lupa membacanya.
'Oh iya lupa, makasih yaa Ma. Aku mau packing dulu ya Ma, besok mau main sama gadis-gadis.' Sahutku sambil mengambil beberapa surat itu dan beranjak ke kamar.Mama hanya membalas dengan senyum tipis seakan menyindir dan akan meng-kepoin tentang surat itu. Mungkin Mama mengira ini surat cinta yang diberikan penggemarku. Padahal ini hanya surat dari peserta MOS.
Setibanya di kamar aku pun mencoba membuka dan membaca surat demi surat beramplop pink itu. Kebanyakan dari 20 surat itu berisi ucapan terima kasih telah mendampingi dan ucapan kagum akan kesibukanku. Dengan bahasa mereka yang lucu itu, mereka mengungkapkan rasa terima kasihnya padaku. Aku tersenyum membacanya. Jika di flashback saat MOS kemarin, betapa lugunya mereka, betapa nurutnya mereka meski di kerjain berkali-kali oleh panitia. Aku jadi teringat saat masa aku menjadi peserta MOS kelas 10 dulu.
Surat terakhir yang aku baca tak bernama di amplopnya, berbeda dari surat-surat lainnya. Mungkin si penulis lupa menuliskannya. Amplopnya juga aneh, berbeda dari yang lainnya. Sepertinya dia membuat amplop sendiri dari kertas berwarna pink. Potongannya juga tak begitu sempurna seperti amplop siap pakai yang dibeli di toko. Anak ini pasti sangat kreatif dan penuh niat membuatnya. Rasa penasaranku memuncak, dan aku pun mulai membacanya.
"Ini surat apa? Dari siapa?" batinku terheran-heran.
Isinya sangat jauh berbeda dari surat yang lain. Pembuka suratnya diawali dengan syair lucu yang berhasil membuatku sedikit tersenyum membacanya. Isinya lucu, antara ingin ketawa dan tak percaya ada peserta MOS yang memberikannya padaku.Begini isi surat itu...
Detik detik berganti menit
Menitpun berganti jam
Dan jam pun beranjak berganti hari
Kenapa ya wajah kakak selalu terlihat di pikiranku?
Padahal aku baru bertemu kakak tiga hari ini saja, tapi kakak sudah mampu membuatku terkesan
Mungkinkah ini cinta?
Mungkinkah aku yang hina ini mencintai kakak?
Maafkan aku jika lancang berbicara seperti ini
KAMU SEDANG MEMBACA
11 Love Stories
RomanceDia mengajariku tentang 11 rasa cinta yang berbeda. Tentang cinta tanpa syarat. Tentang cinta tanpa perlu berbalas, dan tak perlu pamrih. Dia selalu mengatakan, bahwa dia sangat menyayangiku. Tapi Dia tidak pernah bertanya, apakah aku menyayanginya...