SKRIPSI

16 0 0
                                    

Pukul 1 malam waktu Indonesia, seorang gadis masih berkutat dengan buku, komputer, kertas dan mesin printer. Demi menyelesaikan pembuatan SKRIPSI nya yang ke-3 setelah yang pertama dan kedua di tolak oleh Dosen, gadis itu harus merelakan waktu tidurnya. Mau bagaimana lagi itu jalan satu - satunya supaya gadis ini segera lulus dari kampusnya dan kembali ke Korea. Di temani secangkir Cokelat panas gadis itu mengerjakan tugasnya. Sejenak kegiatannya terhenti saat ponselnya berdering memberi tanda sebuah panggilan video masuk. di sandarkannya benda persegi itu pada tumpukan bukunya sebelum menggeser icon terima.

"Oh, kenapa ??".

Dengan mata yang kembali fokus pada tugasnya gadis itu bertanya membuat kening sang penelpon berkerut.

"Kau sedang apa ??". Tanya pria itu.

"Mengerjakan SKRIPSI". Jawab ARin.

"Lagi ?? Bukankah kau sudah mengerjakannya dua kali ??". Hocheol kembali bertanya.

ARin menghentikan kegiataannya lalu menatap wajah Hocheol dari layar ponselnya. Sebuah hembusan nafas meluncur bebas dari bibir gadis cerewet itu.

"Yang pertama dan kedua di tolak. Jadi sekarang aku membuat lagi".

ARin meneguk cokelat panasnya setelah menjawab.

"Kenapa ?? Apa masih ada yang kurang ??". Heran Hocheol.

"Entahlah. Aku sendiri tidak tahu". ARin mengendikkan bahu.

Jujur saja melihat gadisnya seperti sekarang membuat hati pria manis itu seperti tertusuk ribuan pisau. Mata indah yang selalu dia lihat sekarang dihiasi lingkaran hitam seperti seerkor panda. Kekasih mana yang tidak sakit melihat keadaan kekasihnya seperti itu.

"Jika sudah lelah, istirahat jangan memaksakan diri". Hocheol berpesan.

"Tidak bisa. Tugas ini harus selesai malam ini juga supaya besok senin bisa aku serahkan pada dosen. Lagi pula besok hari minggu jadi aku bisa tidur. Kau jangan khawatir aku sedang berjuang supaya kita bisa bertemu lagi. Tunggu saja kabar kelulusanku. Oke..". Gadis itu mengerling nakal.

Hocheol tertawa melihat sikap kekasihnya.

"Hey, dekatkan wajahmu". Perintah pria itu.

Tidak ada bantahan, ARin mendekatkan wajahnya sesuai perintah pria manis itu. Perlahan Hocheol juga mendekatkan wajahnya. Bisa di tebak, posisi mereka saat ini seperti orang sedang berciuman. Bibir mereka bertemu. Cukup lama, Arin membuka matanya melihat apa yang terjadi. Kedua matanya membulat, pipinya memanas membuat semburat merah muncul.

"Yak~ Mesum. Bisa - bisanya kau melakukannya meski kita sedang berpisah ??". Protes ARin.

Hocheol tersenyum penuh kemenangan. Jarang sekali dia mendapatkan kesempatan seperti ini.

"Kau yang membuatku menjadi pria mesum sayang". Polos Hocheol menjawab.

Akhinya kalimat cercaan terlontar pada Hocheol.

"Tikus jelek".

"Aku tahu aku tampan".

"Aku membencimu".

"Aku juga mencintaimu".

"Aku sangat membencimu".

"Aku lebih merindukanmu".

Hening. Hanya ada tatapan penuh kekesalan ARin yang dibalas tatapan tanpa dosa oleh Hocheol.

"Di sana sudah jam 3 bukan ?? Cepat tidur. Aku tidak mau besok saat kita videocall lagi, aku melihat mata panda di wajahmu". Titah Hocheol.

"Baiklah. Setelah tugas ini selesai aku akan tidur. Kau juga harus tidur. Jangan latihan terus menerus. Jaga kesehatan. Aku tidak mau kau sakit. Lihat kau sekarang semakin kurus". Balas ARin.

"Baiklah sayangku". Jawab Hocheol.

"Ya sudah kalau begitu. Aku tutup telponya. Good night and have a nice dream honey". Ucap ARin.

"Good night and have a nice dream too dear". Jawab Hocheol.

Videocall telah berakhir. Hanya berlangsung selama 10 menit, setidaknya itu cukup untuk membuat semangat gadis bermarga Lee itu kembali naik. 10 menit sangat berharga karena sedikit rindu yang terasa telah terobati dalam waktu 10 menit itu.


Lee ARin - Chae HoCheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang