Pagi ini mendung menyelimuti kota Yogyakarta. Seorang gadis bernama ARin harus merelakan bangun pagi untuk menyerahkan 'SKRIPSI' ketiganya. 30 Menit lamanya gadis itu menunggu, tapi bus yang di tunggu tidak kunjung datang. Hembusan dan helaan nafas menemani paginya.
Selang beberapa detik bus yang di tunggu akhirnya tiba. Yakin gadis itu melangkah. Hari Senin bukanlah hari dia memiliki kelas. Demi menyerahkan 'SKRIPSI' dan beberapa tugas kecil lainnya gadis itu harus pergi ke kampus kesayangannya itu.
"ARIN". Panggil Febe.
Kening gadis kelahiran 1994 itu berkerut melihat ekspresi temannya yang sedatar papan triplek dan sedingin es di freezer.
"Kenapa lagi ??".
"Nothing".
"Nothing or Something ??"
"Be, Kira - kira kali ini skripsi ku diterima gak ya ??".
"Aku juga gak tahu. Maybe yes, maybe no".
"Capek tahu Be, setiap malam harus lembur gara - gara skripsi".
"Sama kali Rin. Kamu mending tiga kali. Sedangkan aku ?? Udah empat kali ini".
"Enak ya kak Anggun, satu kali bikin langsung di terima".
"Ya iyalah, dia kan AsDos alias Asisten Dosen. Pengalamannya juga lebih banyak dari kita. Ini juga bukan pertama kali dia bikin SKRIPSI kan ?? secara dia udah lulus S1 Sastra Prancis waktu 2012. Jadi buat dia ini gak terlalu susah. Beda sama kita yang baru pertama".
"Semoga aja kali ini skripsi kita di terima ya".
"Amin".
"ARin, Febe".
"Kenapa ??"
"Kalian di tunggu Pak Hanif di lab. Bahasa".
"Ada apa ??"
"Gak tahu. Kayaknya nyangkut skripsi kalian".
"Skripsimu udah ??".
"Udah. udah di terima".
"Wah selamat ya".
"Ya udah ayo cepet kita ketemu Pak Hanif. Siapa tahu skripsi kita juga diterima. Ayu, kamu ikut kita".
Febe menarik tangan ARin dan Ayu, seperti menarik dua ekor kambing. Tepat seperti dugaan Ayu. Dosen yang di cap killer oleh sebagian mahasiswa dan mahasiswi itu meminta setoran skripsi Febe dan ARin.
"Oke. Nah begini. Ini baru namanya mahasiswi yang bertanggung jawab. Skripsi kalian akan saya proses. Sekarang kalian lengkapi beberapa berkas sambil tunggu jadwal wisuda kalian".
Penuturan dari dosen yang bernama Abdul Hanif Purnomo itu membuat ARin mematung tidak percaya.
"Jadi Skripsi kami diterima Pak ??". Tanya ARin sekali lagi.
"Iya. Skripsi kalian saya terima. Sekarang kalian boleh pergi".
"Terima kasih pak. Kami permisi dulu. Selamat pagi".
ARin masih setia dengan lamunannya. Otaknya benar - benar berhenti bekerja. Satu hal yang dia perjuangkan selama ini akhirnya bisa dia dapatkan.
"Woi Rin, Kenapa melamun ??".
"Hah ?? Enka kok. Ini bukan mimpi kan ??".
"Auch~ Sakitt Be". Rintih ARin saat Febe mencubit lengannya.
"Itu tandanya bukan mimpi ARin". Jawab Ayu.
"Udah ah. Sekarang kita ke kantin yuk. Laper nih".
"Ayo". Ujar Ayu semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lee ARin - Chae HoCheol
Fiksi Penggemar'Aku hanya ingin mengatakan kalau aku sangat mencintainya' - HoCher