II. orang pintar bukan orang aneh

4.4K 877 30
                                    

[📁📊📋]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[📁📊📋]

Aku sebenarnya tidak peduli pada siapapun yang telah membuka pintu lab. Tapi, sesaat setelah pintu itu ditutup kembali. Aku pikir memberi ucapan selamat datang untuk menyambutnya bukanlah sesuatu yang buruk.

''Eh?'' Aku memiringkan kepala, sedikit menyipit memastikan benar siapa yang berdiri di depanku sekarang.

Sosok laki-laki yang berdiri di depanku keningnya berkerut dalam. ''Lo ngapain di sini?'' tanyanya sambil lalu melirik tabung reaksi di tanganku.

Aku mengedikkan bahu, lalu mengangkat tabung reaksi itu. ''Bersihin sesuatu yang berdebu?'' sejujurnya itu lebih mirip sesuatu yang berusaha aku yakini dibandingkan sebuah jawaban untuk pertanyaannya.

Karena sebenarnya aku juga bingung sedang melakukan apa.

Jadi, orang aneh kedua yang datang adalah Aftan, lebih lengkapnya Aftan Galvandi.

Si juara umum 1 yang belum pernah didepak dari posisinya 2 tahun berturut-turut ( melihat fakta ini, sepertinya aku tidak bisa menyebutnya orang aneh).

Aku tidak akan pernah heran jika menemukan Aftan datang kesini. Karena faktanya Aftan itu orang pintar. Dan orang pintar yang datang ke lab bukanlah suatu hal yang perlu dipertanyakan (lalu melihat ini, sepertinya Aftan tidak akan menjadi orang-aneh-kedua-yang-datang-ke-lab, melainkan menjadi orang-pintar-yang-biasa-datang-ke-lab).

Sejurus kemudian ketika dia menarik salah satu kursi kayu dan duduk di sana, aku perlu menarik ucapanku barusan tentang-orang-pintar-yang-tidak-perlu-dipertanyakan karena apa yang dilakukannya berhasil membuatku bertanya (di dalam hati).

Hoodie abu-abu yang tadinya tersampir di bahunya ia lipat rapi di atas meja. Lalu, tak lama kepala laki-laki itu terbaring di sana, beralaskan hoodie juga tangannya yang terlipat.

Ok.

Dia tidur disini.

Maksudku di lab kimia?

''Nai, AC-nya bisa diturunin lagi?''

''Hah?'' Aku masih dalam proses mencerna. ''Oh oke.''

Aku berderap, segera meraih remote AC lalu menurunkan suhunya seperti apa yang diminta Aftan.

''Segini?'' Aku menengok ke arahnya yang sedang mencari posisi nyaman untuk tidur.

Kepalanya mengangguk, membuatku meletakkan remote AC dan berbalik kembali menuju wastafel untuk mengeringkan sisa tabung yang lain.

Yah, aku mempunyai label yang bagus untuk Aftan: orang pintar yang aneh.

[📁📊📋]

a little conversation in the laboratory ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang