V. tidak sesederhana itu

3.4K 834 37
                                    

[📁📊📋]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[📁📊📋]

"Nggak cocok."  Aku mencoba memikirkan alasan lain, tapi hanya itu yang bisa terpikirkan olehku.

Mungkin memang terdengar...''--sangat klise,'' yah seperti itu. Bahkan Aftan tahu kata apa yang cocok untuk melengkapinya.

''Kalian keliatan cocok, btw.''

Aku hampir berkata tidak.

Selama ini, orang-orang selalu menanyakan alasan kenapa aku dan Johny memilih mengakhiri semuanya.

Orang-orang selalu berkata ''kalian cocok'' untuk membuatku memikirkan kembali alasan bodoh yag memisahkan kami.

Tapi, tidak.

Aku yang menjalaninya, bukan mereka. Jadi, aku cukup tahu alasan dibalik semua ini.

"Sebenarnya...'' keingintahuan itu jelas terlihat dari gestur Aftan yang sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan.

Aku menyambung,''--kata nggak cocok dalam hubungan gue sama Johny bukan sesederhana itu. Well, ada banyak hal yang berbeda dari kami. "

''Kalau ada banyak hal yang berbeda di antara kalian, kenapa dari awal lo dan Johny menjalani hubungan itu?''

Aku tidak bisa menjawabnya.

Aku mencoba menyusun beberapa kalimat diplomatis, tapi yang terpikirkan olehku hanya beberapa rangkaian kata konyol yang akan membuat Aftan semakin menyudutkanku.

Jadi, aku hanya akan membiarkan Aftan mengerutkan hidungnya sambil menunggu pembelaan dariku.

''Orang-orang mungkin heran kenapa gue dan Johny bisa putus-nyambung sebanyak itu. Yah dan gue yakin lo pasti begitu.'' Aftan mengangguk, ia memberi isyarat supaya aku melanjutkannya.

''Ada beberapa masalah yang kadang gue sama Johny nggak bisa selesaikan. Pada akhirnya kita milih putus. Gue tahu emang kekanakan banget. Tapi, ketika kami saling melupakan masalah itu. Kami memilih kembali. Masalah datang, kami pergi. Siklus itu terus berjalan sampai akhirnya gue sama Johny benar-benar pergi seperti sekarang.''

''Kalian kan bisa menyelesaikan masalah itu.''

''We did it. Tapi akhirnya selalu sama, nggak nemu titik terang. Gue nyerah, Johny juga. Nggak ada alasan bagi kami untuk bertahan.''

Untuk beberapa saat, Aftan hanya memandangiku dengan pandangan yang bercampur aduk. Heran, bingung, iba  dan beberapa hal lain yang akan kutemukan juga pada orang lain ketika mereka mendengar hal yang serupa.

Aku memalingkan muka.

Entah bagaimana topik yang seharusnya menjadi lebih santai dari ujian menjadi lebih menguras bathin seperti ini.

''Ini antara kalian yang emang nggak cocok atau kalian yang terlalu egois untuk saling mempertahankan satu sama lain.''

Oh sial.

Sejak kapan orang lain bisa mengenaliku lebih daripada diriku sendiri?

[📁📊📋]

ngehehehe

a little conversation in the laboratory ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang