IV. topik itu sensitif

3.4K 813 18
                                    

[📁📊📋]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[📁📊📋]


Aku terdiam, masih berusaha mencerna pertanyaan yang terlontar dari bibir Aftan beberapa saat yang lalu. Kemudian, ketika otakku sudah sedikit menjangkau bagian abu-abunya, aku menoleh cepat.

''Hah?''

Aftan hampir mendengus. ''Hah apaan?''

''Lo bilang apa barusan?'' Ulangku, setidaknya aku ingin memastikan pertanyaannya tadi sebelum memutuskan untuk menjawabnya.

''Kenapa lo putus sama Johny?''

Topik macam apa ini?

''Gue nggak salah nanya, lho. Kan tadi lo nyuruh gue nyari topik, ya udah topiknya itu.'' Aftan menutupnya dengan senyuman miring yang kecil.

Aku hampir mengumpat di depannya menyadari bagaimana Aftan bermain dengan kata-kataku yang menyuruhnya mencari topik.

Dasar orang pintar yang aneh dan licik.

"Ganti. Topiknya nggak berfaedah banget."

''Lo gamon ya?'' Sekarang, ujung bibirnya yang tertarik itu bukan hanya sekadar membentuk senyum miring kecil seperti tadi. Tapi, benar-berar lebar! Bahkan aku yakin dia hampir tertawa.

''Sialan.'' Hanya umpatan itu yang bisa keluar dari mulutku.

''Tanda-tanda orang gamon nih, nggak bisa bahas masa lalu.''

''Urusan lo, Af?''

''Ngga—''

''Makanya diem,'' potongku.

Aku memilih mengambil ponsel yang tersingkirkan di sisi kanan sofa. Melanjutkan menonton film dan menulikan telingaku untuk tidak mendengar tawa juga siulan Aftan yang menjengkelkan.

''Kenapa sih, Nai?'' Aku tidak menjawabnya.

Aku tidak tahu apa yang dilakukan Aftan ketika aku memilih tidak mengacuhkan segala panggilannya. Tapi, pada akhirnya ia benar-benar bungkam.

Aku menghela nafas, lumayan keras untuk membuat Aftan yang sedang bermain dengan ponselnya menoleh ke arahku.

Well, ''gak cocok."

[📁📊📋]

a little conversation in the laboratory ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang