Tanabata

45 2 2
                                    

Malam itu, Sissy kecil sedang melamun. Menatap langit berbintang yang begitu cerah. Pandangan mata polosnya terpaku pada tiga bintang yang terang. Penasaran, Sissy kecil segera memanggil ayahnya.

"Pak, Bapak."

Sekali memanggil, sang Ayah masih belum menyahut panggilan putri kecilnya. Tak sabar, Sissy memanggil ayahnya lagi.

"Paaaaaakkk... Bapaaak..."

"Kenapa, Nak? Bapakmu ini lagi asyik baca buku kok dipanggil-panggil terus?" sahut ayahnya. Buku tebal berjudul 'Cosmos' digenggam tangan kanannya. Penasaran mengapa dari tadi putrinya memanggilnya terus, akhirnya sang Ayah mengalah dengan konsentrasinya dalam membaca.

Sissy yang makin tak sabar dengan gerakan lambat ayahnya pun menarik tangan pria 30-an itu dan membawanya ke teras rumah. Segera saja ditunjuknya tiga bintang terang yang menjadi fokus perhatiannya beberapa saat lalu.

"Pak. Ini apaan, sih?" Mata cokelat Sissy berbinar penuh rasa keingintahuan yang begitu besar. Ayahnya hanya bisa tersenyum begitu ia melihat mata putrinya yang penuh rasa penasaran. Gemas, pria penyabar itu mengacak lembut rambut Sissy.

"Tiga bintang yang Sissy tunjuk itu adalah Summer Triangle. Bahasa Indonesianya itu Segitiga Musim Panas. Summer Triangle itu menandakan bahwa di belahan Bumi bagian Utara sedang berlangsung musim panas." Sissy kecil membulatkan bibirnya.

Sang Ayah pun melanjutkan penjelasannya sambil menunjuk ketiga bintang terang itu. "Tiga bintang terang itu adalah Altair, Vega dan Deneb. Altair yang ada di sebelah kiri, Vega yang di seberang Altair dan Deneb itu di tengah Altair dan Vega."

"Karena Sissy meminta Bapak menjelaskan ketiga bintang itu, Sissy mau dengar dongeng, nggak? Sekalian pengantar tidur," bujuk ayahnya Sissy.

"Biasanya Ibu yang ceritain Sissy dongeng. Memangnya dongeng apa sih, Pak?" Sissy kecil merentangkan kedua tangannya, pertanda minta digendong sang Bapak. Segera saja Bapaknya Sissy mengabulkan permintaan putri ciliknya.

Memang benar, rutinitas mendongeng sebelum tidur itu dilaksanakan oleh Ibu, bukan Bapak. Namun, sepertinya kali ini dongeng yang akan diceritakan oleh Bapak adalah dongeng yang diketahui oleh kedua orang tua Sissy kecil. Setelah Sissy bersiap untuk berkelana ke dunia mimpi, Bapak pun mulai mendongeng.

Dongeng tentang legenda Tanabata.

***

"Rasanya seperti legenda Tanabata aja, deh."

Acara sambung-menyambung pesan masih terus berlanjut hingga mata kuliah Miss Mai berakhir. Sissy mengulum senyum. Pemuda itu masih ingat soal legenda itu rupanya. Legenda romantis yang bagi Sissy menarik. Legenda yang selalu diceritakannya tiap dirinya dan Ardan melihat Summer Triangle dengan mata telanjang mereka.

"Tapi Tanabata itu terjadi setahun sekali, Pangeran Es. Sedangkan aku benar-benar ketemu kamu setelah 5 tahun. :("

Ardan berusaha keras menahan tawanya. Namun di sisi lain, ia membenarkan Sissy. Tanabata terjadi setahun sekali. Sementara ia bisa bertemu dengan Putri Bintangnya setelah 5 tahun berlalu. Bahkan ia tak tahu apa yang terjadi di dunia sang Putri selama 5 tahun terakhir.

Ardan ingin menjawab pesan Sissy, namun gerakan penanya terhenti ketika suara dalam Miss Darla, dekan FIB merangkap dosen Critical Thinking, mulai membahana ke seisi ruang kelas. Mau tidak mau, Ardan harus menyudahi sejenak sesi pesan berantainya pada Sissy.

***

"Dan, kamu tau gak Tanabata?"

Mata cokelat polos Sissy masih menatap Summer Triangle, sementara Ardan kecil menoleh, memandang sahabatnya penuh tanda tanya. Bagi Ardan yang berusia delapan tahun, melihat tiga bintang terang yang membentuk formasi segitiga itu adalah hal pertama baginya. Namun, melihat Summer Triangle itu sudah menjadi yang kedua kalinya bagi Sissy kecil.

"Tana... bata?"

"Iyaa. Tanabata. Legenda tentang bertemunya Hikoboshi dan Orihime lewat jembatan burung yang diperingati oleh orang Jepang tiap tahunnya."

"Gimana ceritanya?"

"Jadi, si Orihime ini adalah putri cantik dari Dewa Langit. Hobinya itu menenun kain. Dia bertemu dengan Hikoboshi, sang penggembala dan mereka jatuh cinta. Mereka pun dinikahkan oleh Dewa Langit. Tapi... Setelah menikah, Orihime malah malas menenun kain lagi. Hikoboshi pun malas menggembala. Kerjaannya main-main mulu. Saking kesalnya, Dewa Langit pun memisahkan mereka dengan sungai Amanogawa dan hanya bisa bertemu setahun sekali. Orihime pun sedih, karena sungai itu tak ada jembatan. Karena itu, ada sekawanan burung yang mendengar tangisan ini dan membentangkan sayap untuk membentuk jembatan. Tapi, kalo hujan, burung-burung itu harus menunggu tahun depan." Dengan mata berbinar, Sissy menyelesaikan ceritanya.

"Aku pernah baca di buku Ibu. Katanya pas festival Tanabata itu kita boleh menulis permohonan kita di kertas warna-warni dan mengikatnya di bambu," lanjut Sissy.

"Bisakah kita bertemu seperti Hikoboshi dan Orihime pas kita besar nanti?" tanya Ardan tiba-tiba.

Sissy kecil tersenyum lebar. "Pasti, Ardan. Pasti. Kita 'kan teman..."

Kedua anak kecil polos itu pun tertawa lebar sepanjang sisa malam, sambil memandang terangnya Segitiga Musim Panas.

***

...jika hujan turun pada tanggal tersebut air sungai Amanogawa akan meluap, sehingga sepasang kekasih tersebut tidak bisa bertemu.

Agar hujan tidak turun pada tanggal yang telah dijanjikan, tanggal 6 Juli mereka berdoa kepada dewa bintang dengan menuliskan sajak berupa harapan diatas secarik kertas warna warni yang disebut 'Tanzaku' kemudian menggantungkannya di batang pohon bambu.

Pesan berantai pun lanjut lagi. Ardan meminta maaf pada Sissy karena tak bisa menepati janjinya. Sissy terdiam. Berat memang ketika mengetahui janji yang dulu pernah terucap tak bisa tertepati setiap tahun setelah mereka berpisah. Ditambah lagi dengan pertemuan mereka yang memakan waktu 5 tahun setelah itu.

Dengan mata yang berkaca-kaca, Sissy menulis.

"Semua kertas tanzaku milikku pasti nggak berguna selama beberapa tahun terakhir ini. Hanya tanzaku yang kubuat tahun lalu saja yang terkabul."

Ardan kembali terdiam.


'Selama beberapa tahun terakhir juga, semua kertas tanzaku yang kutulis dan kugantung di pohon bamboo juga sia-sia. Tak ada satupun yang mengabulkan permohonanku.'

'Tapi, Putri Bintangku... Haruskah aku menulis secarik kertas tanzaku lagi dan menggantungkannya ke langit kali ini, agar aku bisa meraihmu lagi?'


***

Pangeran Es dan Putri CassiopeiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang