'Astaga. Apa-apaan ini? Kok tegang begini? Apa yang salah?'
Begitu jeritan batin Sissy saat melihat kedua pemuda yang ia kenal baik ini saling berjabat tangan dan menatap satu sama lain dengan pandangan yang sulit Sissy duga. Gadis itu entah kenapa ikut merasa tegang. Begitu pula dengan kedua teman sekosnya.
Tak lama ...
"Hahahahaha...."
"Ahahaha ... Ya ampun. Lihat nggak tadi mukanya? Lucu banget."
Tanpa diduga, Rion dan Ardan tertawa. Tawa mereka begitu lepas saat mereka melihat wajah tegang Sissy, membuat gadis itu juga kedua temannya kaget sekaligus bingung karena tawa mereka.
"Udah, deh. Cukup. Kasihan Sissy yang masih bingung. Cuma muka bengongnya emang lucu," ujar Ardan di sela tawanya.
"Elo emang bisa banget ya. Ngerjain Cassie pas suasananya tegang begini."
"Itu hebatnya aku. Eh, iya. Kenalin. Aku Ardan. Aku teman Sissy dari kecil." Kembali Ardan menjabat tangan Rion.
"Gue Rion. Gue sempat satu kelas sama Cassie pas SMA. Eh, lo gak keberatan kan kalo gue pake bahasa begini?" balas Rion lebih ramah.
"Santai aja. Aku nggak keberatan, kok."
"Tunggu. Kalian ... ngerjain aku, ya?" Akhirnya setelah beberapa menit bengong, Sissy tersadar kalau dia sudah jadi 'korban' keisengan Ardan untuk kesekian kali.
"Akhirnya nyadar juga. Tadi sempet 2G ya? Pantesan lelet," ledek Ardan. Tawa nyaring Rion meledak kemudian. Tawa itu sukses membuat wajah Sissy yang sudah merah makin menjadi.
"Ardaaaaaan! Ih, rese!"
Ardan membalasnya dengan juluran lidahnya.
"Cass, kenapa lo gak cerita ke gue kalau elo punya teman segokil ini?" tanya Rion di sela tawanya.
"Auk, ah! Sebel! Dia itu emang dari sononya udah begini. Suka kerjain aku," jawab Sissy, lengkap dengan nada sebalnya. Lagi-lagi Rion tak bisa menahan tawanya. Baginya, Sissy yang sedang merajuk ini menggemaskan.
"Lo ini kalau udah cemberut imut banget. Pengen gue simpan dalam saku celana."
"Sori, ya. Aku ini bukan boneka saku," kata Sissy sinis.
"Lah, dipuji malah marah. Tambah syukak abang sama dirimu, Adik Manis," ujar Rion dengan nada merayu.
Bukannya luluh, Sissy semakin merajuk. Tawa Ardan dan Rion semakin nyaring terdengar. Tawa itu juga membuat dua teman Sissy ikut tertawa, membuat wajah Sissy semakin tertekuk.
"Udah, udah. Cukup. Kasihan Sissy. Entar kalian nggak ditemenin lagi sama dia," kata Elsa.
"Oke, deh. Sebagai permohonan maaf, gue traktir lo KFC pas pulang kuliah. Gimana?" tawar Rion.
"Ogah. Pizza Hut aja. Lagi pengin makan pizza sama pasta," kata Sissy seadanya.
"Lo ikut juga ya, Dan. Gue pengen tahu banyak soal lo."
"Siap."
"Eh, kita ke kampus sekarang, yuk. Lima belas menit lagi kelas pertama mulai," kata Rinda yang berdiri dari kursinya dan mencangklong ranselnya.
"Astaga. iya, eh. Yuk, balik ke kampus. Aku nggak mau dimarahin sama Bu Endang. Cukup sekali aja," keluh Elsa lagi.
"Emangnya Bu Endang itu orangnya kayak apa, sih? Gue jadi penasaran," tambah Rion.
"Udah, ah. Pokoknya balik ke kampus sekarang atau kena semprot sama beliau."
***
Rion benar-benar menepati janjinya pada Sissy dan juga Ardan. Seusai kuliah, mereka makan siang di Pizza Hut SCP. Mereka tertawa riang hingga Sissy nyaris lupa waktu. Gadis itu baru ingat, ada buku yang harus ia cari di Gramedia Lembuswana. Karena itulah, ia langsung pergi setelah mengucapkan terima kasih pada Rion yang telah menepati janjinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Es dan Putri Cassiopeia
RomansIa bermimpi untuk menjadi seorang atlet figure skating dunia, membawa nama harum Indonesia di kancah dunia. Dia bermimpi untuk menggapai bintang yang bertaburan di langit dan menghiasinya dengan fantasi-fantasi indahnya. Ini bukanlah sebuah dongeng...