Rion, Sang Pemburu Bintang Jatuh

15 0 0
                                    


Bandara SAMS Balikpapan memang tak pernah sepi pengunjung. Banyak orang yang berlalu-lalang di bandara internasional terbesar se-Kalimantan Timur itu seakan tak kenal waktu. Termasuk malam ini.

"Yes, Mom. Baru aja touchdown Balikpapan ... Iya, iya. Bagasi udah diambil, kok. Don't worry."

Seorang pemuda bermata hijau sedang asyik berbicara dengan seseorang yang dipanggilnya 'Mom' lewat ponselnya. Pria muda yang baru saja mendarat di Balikpapan itu menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Ya. Pemuda jangkung bermata hijau dan memiliki rambut cokelat gelap yang ikal terlihat seperti seorang selebriti luar negeri. Belum lagi senyum yang sesekali ia perlihatkan. Wah, tak sedikit wanita menyukai senyum itu.

"Iya, Mom. Aku janji akan belajar sungguh-sungguh."

"..."

"Really? Ada Cassie di Samarinda? What a good coincidence."

"..."

"Pasti, aku pasti sampaikan salam Mom ke Cassie."

Setelah puas berbicara, pemuda itu menatap langit malam Balikpapan, lalu ia bergumam sendiri.

"Wait until I see you again, Miss Cassie."

***

Sometimes, Mondays are sucks. Begitu pandangan orang-orang mengenai hari Senin yang identik dengan kesibukan yang padat merayap seperti macetnya perempatan mal Lembuswana yang nggak pernah sepi. Kedua teman indekos Sissy juga beranggapan yang sama, namun tidak bagi Sissy yang menganggap hari Senin itu biasa saja.

Akan tetapi, kadang terjadi sesuatu yang tak diduga di hari yang katanya menyebalkan itu. Seperti Senin ini.

"Eh, dengerin, nih. Ada seleb yang bakal belajar di kampus kita!" seru Elsa pada dua sahabatnya.

Sissy yang sedang mengunyah roti bakarnya terdiam sejenak, lalu melanjutkan acara makannya dengan khidmat. Sementara itu, Rinda yang baru meneguk kopi susunya tak ambil peduli dan asyik dengan minumannya. Merasa sadar diabaikan, Elsa meneruskan ceritanya.

"Katanya dia bakal masuk jurusan Sastra Indonesia. Terus, terus, dia masuk ke kelasku! Ya ampun, akhirnya... ada cowok ganteng juga di kelasku."

"Memangnya di kelasmu itu nggak ada stok cowok ganteng kah, Sa?" tanya Sissy.

"Boro-boro ganteng. Muka-muka cowok di kelasku itu pada ketuaan, terus jelek lagi," ujar Elsa jujur.

Sissy dan Rinda tergelak.

"Ya ampuuun. Segitu suramnya kah kelasmu, Sa?" tanya Rinda di sela tawanya.

"Kelas kalian masih mending. Populasi cowok gantengnya lumayan. Udah gitu stok cowok gantengnya nambah pas Ardan masuk."

"Udah, udah. Kita ke kampus sekarang, yuk. Setengah jam lagi kelas pertama mulai," kata Sissy yang bangkit dari kursinya dan mencangklong ranselnya.

***

Sissy tak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang.

Gadis itu hanya berdiri mematung di depan gerbang kampus, sementara kedua temannya ikut heboh dengan gadis-gadis yang berada di pusat keramaian itu. Sambil melengos pasrah, Sissy melangkahkan kakinya menuju ruang kelas tanpa menghiraukan teriakan Rinda yang memintanya untuk menunggu dan Elsa yang memaksa Sissy untuk ikut bersamanya.

"Pagi, Si. Tumben nih nggak ikutan ribut di depan," sapa Adhe, ketua tingkat Sissy yang selalu datang lebih awal.

"Pagi, Kating. Aku nggak minat ikutan yang begituan. Emangnya ada apa, sih? Kok sampai-sampai rame begini, kayak kampus kedatangan seleb aja," balas Sissy.

Pangeran Es dan Putri CassiopeiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang