Peristiwa besar nan menghebohkan 'mengenai jatuhnya bintang dari langit, menyebar ke seluruh dataran Palestina. Meski begitu, tak seorangpun menyadari bahwa fenomena itu didatangkan oleh Dalsam. Sedang yang mengetahui tidak lain hanyalah teman sepermainannya, yaitu Ahmed, seorang bocah 'berasal dari keluarga bangsawan keturunan asli Palestina yang menetap sangat di sana.
Mereka adalah dua insan yang tak dapat di pisahkan satu sama lain, meski keduanya memiliki beda keyakinan serta latar belakang yang bertikai. Mereka tidak memperdulikan perselisihan akan antagonisme yang terjadi di tengah mereka. Bahkan, acap kali Ahmed menemani Dalsam beribadah ke Sinagog, begitupun sebaliknya, Dalsam juga sering menemani Ahmed beribadah ke Masjid, disebabkan eratnya tali persahabatan mereka.
Namun...
Seiring dengan berjalannya waktu, tali persahabatan merekapun terlunturi. Yaitu, oleh karna sikap Dalsam berangsur-angsur menunjukkan perubahan yang membuatnya terlihat angkuh. Kendatipun ia masih tergolong anak-anak, tetapi kepribadiannya sangat bertolak belakang. Ia menjadi anak yang gampang marah dan mudah tersinggung.
Hingga pernah suatu waktu, Ia mengecam Ahmed dikarenakan perkataannya diragukan.
Ketika itu berlokasi di belakang sebuah bangunan tua yang sepi akan penduduk, Dalsam memaki Ahmed serta mendorong tubuhnya hingga jatuh ke tanah, seraya berseru. Katanya, "Ahmed, Mengapakah engkau tidak mempercayaiku!"
Ahmed, tatkala tubuhnya masih tersungkur menjawab tertatih-tatih, "Bi-bila engkau ingin agar aku mempercayaimu, maka mengapakah engkau tidak berkata-kata demikian di depan orang banyak saja?"
Tetapi jawab Dalsam, "Sebab kukatakan padamu, belum tepat waktunya bila aku bersaksi demikian di depan mereka!"
Seraya bangkit Ahmed berkata, "Sudah pula kukatakan berulang kali padamu, sekalipun engkau memaksaku, atau bahkan memukulku, aku tetap pada Tuhan sesembahan Bapakku!"
Mendengar ucapan tersebut, membuat Dalsam semakin murka. Sehingga tatkala ia hendak memukul sang kawan, datanglah Ayah Ahmed ke hadapan mereka untuk melerai pertengkaran yang terjadi. Katanya, "Hentikan, Janganlah engkau menyakiti anakku, Hay keturunan musuh kami!"
Lalu terkejutlah Dalsam. Kemudian, dengan cepat ia berlari melewati celah-celah sempit, agar terhindar dari amarah sang Bapak tersebut. Tetapi, sebelum menjauh, ia menyempatkan untuk menatap tajam wajah Ahmed beserta sang Ayah, yang mengartikan 'akan adanya rasa kebencian yang mendalam, dan dalam hatinya berkata, "Suatu hari, kalian berdua akan bersujud kepadaku."
* * *
#Yerusalem, Taibe, 20xx M.
Di tengah kesunyian malam, kala bulan sabit memancarkan binar-binar cahaya redup nan semampai, terlihatlah sebuah kediaman kumuh yang terletak di atas perbukitan. Salah satunya dihuni oleh saudagar kecil nan miskin. Yaitu seorang perempuan separuh baya beserta anak angkatnya.
Berada dalam pelukan sang Ibu, anak itu mengeluh. Katanya, "Ibu, adakah engkau mempercayaiku, bilamana aku berkata padamu, bahwa akulah Tuhan?"
Jawab Ibunya dengan lemah lembut, "Mengapakah engkau berkata demikian?"
"Sebab sesuatu berkata-kata padaku, bahwa Tuhan telah menyerahkan seluruh kepemilikannya untukku."
Sang Ibu Angkatnya, berkata, "Sungguh, sebelum engkau lahir, Ibu telah mengetahui tentangmu. Dan adalah ibu, yang mula-mula percaya kepadamu."
Maka senanglah hati Dalsam. Ia tersenyum. Katanya, "Benarkah, ibu akan menyembahku?"
Kemudian jawab Ibunya dengan hangat, "Demikianlah, Anakku..."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Messiah: End of Day War [TAMAT]
Spiritual#WARNING (Perhatian sebelum membaca The Last Messiah: End of Day War) . Barangsiapa yg baru membaca bagian2 awal dari novel "The Last Messiah: End of Day War" pasti akan mendapati sesuatu yg baginya tidak berfaedah dan memiliki kontroversi. Namun ti...