Part 15 - Pecahnya perang dunia 3 (Perang akhir zaman)

337 20 0
                                    

Part 15
.
Hingga pada akhirnya perang pun berkecamuk. Ratusan ribu barisan tempur yang terdiri dari gabungan pasukan Muslim, Nasrani dan kelompok berpanji hitam telah bertabrakan dengan barisan tempur pasukan Gog dan Magog.
.
Perangpun pecah. Para pejuang dengan penuh keberanian, berlari sembari melayangkan senjata ke arah lawan yang memiliki postur tak seimbang. Namun, meski serangan pedang maupun tombak yang mereka lancarkan sudah amat ampuh, tetap saja belum mampu untuk menumbangkan musuh dengan mudah. Sebaliknya, kekuatan musuh hanya dengan sekali hentakan saja, maka matilah orang-orang disekitarnya. Sehingga ketidak setaraan tersebut membuat para
pejuang kewalahan dalam melakukan perjuangan.
.
Melihat kondisi tersebut, para prajurit gabungan membuat formasi dadakan. Yaitu dengan cara berkelompok guna mengepung satu-persatu dari pasukan Gog dan Magog. Kemudian, para pejuang, silih berganti melemparkan tombak, panah, maupun tebasan pedang mengenai tubuh lawan. Sehingga pada akhirnya, dengan usaha yang amat keras, mereka berhasil melumpuhkan beberapa orang dari pasukan Gog dan Magog.
.
Akan tetapi, pasukan Gog dan Magog juga tak mau kalah. Maka tatkala Gog dan Magog mendapat perlawanan sengit yang dilancarkan para pejuang, semakinlah mereka merasa murka. Sehingga membuat mereka marah, dan menjadi lebih brutal. Dengan mengandalkan kecepatan dan besarnya bobot tubuh, mereka membabi buta melayangkan pukulan serta tendangan ke arah para pejuang secara bertubi-tubi. Mereka membelah, melempar, menginjak, maupun meninju pasukan umat manusia hingga hancur berkeping-keping. Sehingga dalam tempo singkat, mereka berhasil membunuh lebih banyak para pejuang yang tengah berusaha melawannya.
.
Meski demikian, perihal itu, tak membuat para pejuang mundur sedikitpun dari medan perang. Dengan dorongan semangat yang terus dikumandangkan para pemimpin-pemimpin mereka, serta para pendo'a-pendo'a mereka, maka semakin mengebu-ngebulah mereka dalam menunjukkan perlawanan yang lebih sengit. Mereka semakin gencar mengepung satu-persatu dari sekian banyak pasukan musuh, bagaikan gerombolan semut yang akan mengubur hidup-hidup mangsanya.
.
Di tengah medan peperangan yang maha dahsyat, serta di antara kabut debu yang menutupi. Terlihatlah Imam Ahmed yang dengan sangat pemberani, berlari membelah kerumunan untuk mendekati para lawan. Tak henti-hentinya ia menebaskan pedang mengenai tumit-tumit Gog dan Magog, guna meringankan gempuran musuh.
.
Paus Theodore, tatkala tanpa sengaja melihat kemampuan berperang Imam Ahmed, tercengang. Sang Paus terkagum pada kemampuan bertarung yang ia miliki. Namun oleh karna lengahnya sang Paus, membuat salah satu dari pasukan Gog dan Magog mengambil kesempatan untuk membunuhnya. Maka ketika seorang Gog mengangkat kaki untuk menginjaknya, semua mata pun terbelalak menuju sang Paus. Akan tetapi, sang Paus yang pada akhirnya menyadari, tetap tak dapat berbuat apa-apa. Sebab menurutnya sudah terlambat untuk menghindar. Sementara kaki raksasa tersebut akan segera menjepit tubuh sang Paus.
.
Mendengar teriakan dari pasukan Nasrani, Imam Ahmed menyadari bahwa nyawa sang Paus dalam bahaya. Lantas berlarilah dia menuju sang Paus yang sesaat lagi akan terinjak. Maka tatkala sang Imam telah sampai, ditancapkanlah gagang tombak ke tanah, sehingga tampaklah ujung tombak menghunus ke atas. Kemudian, dengan cepat, ia menarik tubuh Paus Theodore dari hantaman kaki raksasa tersebut. Sampai pada akhirnya, diinjaklah tombak tersebut dan berteriaklah sang Gog kesakitan, dan dari belakangnya, terlihatlah tombak menembus kepala sang raksasa hingga tumbang seketika. Dari balik mayat itu, muncullah pemuda berpakaian hitam yang menutupi wajahnya. Ia berasal dari pasukan berpanji hitam. Katanya, "Kuharap kalian baik-baik saja, wahai para Imam Besar Ahmed dan Paus Vatikan?" Dijawab oleh Ahmed beserta Paus, "Sungguh kami tidak apa-apa. Terimakasih, wahai pemuda" Kemudian pemuda itu membuka penutup wajahnya, ia tersenyum sembari kembali ke tengah-tengah medan pertempuran. Lalu sang Imam menarik tubuh sang Paus, sembari berkata, "Lekaslah bangkit, dan teruslah berjuang, hay Paus Theodore." Maka bangkitlah sang Paus mengangkat pedangnya seraya menyatukan kekuatan bersama Imam Ahmed.
.
Di tengah pertumpahan darah yang sedang terjadi, Imam Ahmed berseru pada seluruh pasukan sembari menunjuk ke arah lawan, katanya "Mereka, sungguh memiliki tubuh yang tidak seimbang! Tetapi ketahuilah, kalian juga memiliki fikiran yang cerdas! Lalu tidakkah kalian sadar, bahwa mereka lambat? sehingga pergunakanlah itu sebagai kesempatan bagi kalian untuk menundukkannya!" Lalu sang Imam, sembari memungut pedang di tanah, ia melanjutkan, "dan ketahuilah juga, sungguh sia-sia, bila sepuluh orang dari kalian, hanya melawan seorang dari mereka!!!"
.
Setelah berkata-kata demikian, Imam Ahmed, memberi isyarat pada Paus Theodore, seraya memanggutkan kepala. Kemudian, dengan didampingi Imam Ahmed, sang Paus berlari lebih dahulu menghunuskan pedang menuju salah satu pasukan Gog dan Magog. Maka dengan cekatan, sang paus berhasil menebaskan pedang tepat mengenai tumit sang raksasa. Sehingga tatkala musuh lengah saat kesakitan, muncullah Imam Ahmed dari belakang sang Paus, yang dengan gagah berani, ia melompat menaiki tubuh raksasa dan menusukkan pedang tepat mengenai jantungnya. Kemudian, ia menarik kembali pedang, lalu menggorok leher sang Magog, hingga jatuhlah ia rebah ke tanah.
.
Para panglima dan prajurit, tatkala melihat cara berperang kedua pemimpin tersebut, meniru untuk kemudian menggunakan taktik itu agar dapat menumbangkan musuh dengan mudah. Namun, berbeda dengan taktik yang digunakan pasukan berpanji hitam. Sebagian dari mereka menggunakan penyambit berbentuk ketapel, sementara lainnya menggunakan pedang dan panah. Maka ketika para prajurit menyambitkan ketapel mengenai masing-masing mata pasukan Gog dan Magog. Sehingga butalah mata mereka, lalu segeralah dipanah serta dicobak-cabikkan tubuh mereka sampai mati tak bernyawa.
.
Perihal itu terus berulang. Perlawanan sengit pun silih berganti dilancarkan dari masing-masing pihak. Setelah sekian lama umat manusia tak lagi merasakan berperang menggunakan pedang dan tombak, kini terulang kembali. Yang dahulu mereka selalu memanjakan diri berkat adanya senjata api, sehingga membuat mereka berperang dari balik-balik tembok bangunan. Kini, oleh karna ancaman Dalsam, hal itu tak berguna lagi. Mau tidak mau, demi mempertahankan kehidupan semula, mereka harus terjun langsung dalam kancah peperangan yang begitu menyayat hati, jiwa dan raga.
.
Terlihat dari atas timbunan pasir, darah segar mengalir, serta menggenangi jasad-jasad kedua belah pihak. Ratusan ribu mayat yang telah tercerai-berai bergeletakan pada sepanjang Jazirah Arab. Bau menyengat yang dihasilkan oleh percampuran darah dan nanah, jelas tercium oleh jiwa-jiwa yang masih terus berperang. Seolah, bumi belum puas dengan tumbal nyawa para pejuang yang jatuh sebelumnya, sehingga menginginkan lebih lagi kematian yang akan terjadi di antara mereka.
.
Walau tampak oleh mereka, ribuan mayat bergelimpangan. Serta genangan darah yang membanjiri kaki, masih belum cukup juga menghentikan perjuangan umat manusia untuk terus berperang melawan pasukan musuh. Meski pada akhirnya banyak dari mereka yang gugur. Sementara pihak lawan, yaitu Gog dan Magog, masih tiada henti-hentinya terus memporak-porandakan barisan umat manusia.
.
Sehingga....
.
Sesuatu yang tak diinginkan terjadi. Jumlah prajurit umat manusia, yang tergabung dari seluruh berbagai bangsa-bangsa, berangsur-angsur menipis.
.
Hingga sampai pada akhir pertempuran yang di barengi dengan menyingsingnya matahari. Tampaklah sekerumunan kecil kaum yang kalah, tertunduk di hadapan kaum yang menang. Mereka menjatuhkan pedang serta tombak ke tanah, seraya menangis tersedu-sedu atas kekalahan yang mereka dapati. Ada juga di antara mereka yang membunuh dirinya, dan ada pula yang lari dari medan perang. Merekalah orang-orang merugi.
.
Sementara Imam Ahmed dengan pakaian berlumur darah, serta luka sayatan yang ada pada sekujur tubuh, terjatuh di hadapan pemuka kaum Gog dan Magog. Ia menancapkan pedang ke samping. Kemudian mengambil sesosok tubuh yang tengah terkapar.
.
Pemimpin Gog dan Magog berkata, "Sesuai dengan perintah Tuhan kami, Dalsam. Maka berserahlah engkau padanya."
.
Sembari membopong sesosok tubuh yang tengah sekarat, Imam Ahmed menjawab dengan tertatih-tatih, katanya, "Bi-bila tidak, apakah kalian akan membunuhku beserta sisa pasukanku?"
.
Pemimpin mereka menjawab, "Berterimakasihlah engkau pada Tuhan Dalsam. Sungguh oleh berkat dialah, aku menangguhkan nyawa kalian, sampai pada kedatangannya!"
.
Namun, sesorang dalam pelukan Ahmed, berkata, "Wahai, pemimpin seluruh umat manusia. Janganlah engkau menjual agamamu demi agamanya. Sungguh, alangkah nikmatnya mati bila disandingkan dengan keinginan mereka."
.
Sang Imam Besar sembari meneteskan air mata seraya memandang syahdu seseorang yang berada dalam pelukannya, ia menjawab, "Wahai, Paus Agung. Sungguh engkau adalah pria muda yang sangat pemberani. Dan adalah demi engkau, aku tidak akan menyerahkan agamaku demi agamanya. Sebab akupun mengetahui, kehidupan akhirat adalah lebih baik dari kehidupan yang fana ini." Sehingga menangislah prajurit yang tersisa dalam duka mendalam.
.
Sampai pada akhir ajal, sang Paus dengan luka mengenaskan yang diderita, menghembuskan nafas terakhir dalam pelukan Imam Ahmed. Sehingga sampailah pada puncak kesedihan yang dialami Ahmed beserta orang-orang yang tersisa. Maka berteriaklah ia dengan teriakan keras, katanya, "TUHAN, MENGAPAKAH ENGKAU MENDATANGKANKU SEBAGAI WALI UNTUK MEREKA, BILA ENGKAU MENGKHENDAKI KEKALAHAN PADA KAMI!!!" Lalu ia mengambil segenggam pasir, kemudian melemparkan ke langit, seraya melanjutkan perkataannya, "SUNGGUH BILA KAMI KALAH, MAKA TAK AKAN ADA MAKHLUK DI MUKA BUMI INI MENYEBUT NAMA-MU!!!"
.
Seketika, bergemuruhlah langit. Di barengi dengan munculnya awan-awan hitam bercampur dengan ledakan petir yang terjadi di atas mereka. Angin pun berhembus dengan dahsyat, menyapu tumpukan mayat yang bergelimpangan, serta menyemburkan aroma busuk dari darah dan nanah yang terbawa oleh tiupan kencang.
.
Melihat fenomena alam tersebut, maka berkumpullah pasukan Gog dan Magog membuat barisan. Seraya berkata pada Ahmed, katanya, "Dia tiba... Tuhan kami telah datang! Dan dia! datang untuk menghukummu!"
.
Maka bergemetarlah setiap jiwa yang tersisa tatkala menyadari bahwa Dalsam beserta pasukannya akan segera sampai pada mereka, dengan membawa kemurkaan.
.
-Continue-

The Last Messiah: End of Day War [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang