Sudah 2 tahun aku di tahan di balik besi ini. Hari hariku kosong dan hampa. Tak ada seorang pun yang mengunjungiku. 2 tahun juga aku mengabdi pada Negara membantu membuat ini dan itu didalam penjara.
Kini aku mulai menerima bahwa diriku memang bersalah, dan memulai hidup dengan tenang melupakan semuanya. Aku masih mencoba. Namun, semakin aku kesepian semakin aku merindukan semuanya. Bahkan kejahatanku, aku merindukannya.
Memoriku yang mengingat kenangan masa remajaku lalu masa masa susahku. Aku merindukan teman temanku saat kami berlibur di pantai. Namjoon-hyung, Jin-hyung, Yoongi-hyung, Hoseok-hyung, Jimin, Jungkook, aku merindukan semuanya.
Aku merindukan korbanku. Aku merindukan Cinta pertamaku sekaligus adikku. Aku merindukan bidadari ku. Apakah ada yang merindukanku? Aku pikir tidak. Tokoh antagonis seperti ku kebanyakan dibenci daripada dirindukan. Lalu dilupakan.
Aku memasuki sel ku lagi setelah bekerja. Saat aku akan memasuki sel seorang polisi mencegahku.
"Kim Taehyung? Kau memiliki tamu" ujar pak polisi di hadapanku. Aku mengerjap, setelah sekian lama tidak ada yang ingin bertemu denganku.Aku mendapati tamu? Kira kira siapa? Ji Ah? Dia lah satu satunya orang yang aku sayangi yang kuketahui masih bernafas di dunia yang sama denganku.
Aku berjalan cepat menuju kantor utama. Kulihat siluet punggungnya yang membelakangiku. Rambutnya yang terkuncir kuda dengan syal merah tua melilit hangat di lehernya.
Dia berbalik setelah menyadari derap langkahku. Matanya membulat, lalu kulihat air mata di ujung matanya. Tidak, jangan menangis. Hari ini aku senang, aku tidak ingin melihat air mata lagi. Perlahan, aku duduk di kursi yang tersedia, kami bertatapan lama saling tenggelam dalam rasa rindu. Lalu dia menunduk, menyeka matanya yang basah.
Aku mencoba tegar, dengan menahan tangis melihat orang yang kusayangi masih mau menemuiku.
"Oppa" lirihnya, begitu pelan dan menyayat hatiku. Tangan lembutnya menyentuh tangan kasarku.Tak kuasa aku menahan tangis akhirnya air mata itu turun juga di pipiku. Setelah sekian lama tak ada panggilan oppa untukku, setelah sekian lama aku tidak mendengar suara lembutnya. Kini kami saling bertemu satu sama lain, menyalurkan setiap rasa rindu pada darah yang mengalir.
"Ji Ah" balasku tak kalah rilih. Ji Ah menangis tersedu dia mencengkram tanganku kuat. Kemudian, dia memukul dada ku terus memukulnya seraya menangis lalu dia pindah memukul lenganku terus memukulnya.
Aku bergeming, tidak melarangnya untuk memukulku atau membunuhku sekalipun. Aku tau yang dia rasakan. Dia pasti punya rasa benci padaku walaupun dia kubur rasa itu dalam dalam.
Setelah 10 menit dia terus memukulku kepalannya melemah dia mencengkram kaus sel ku. Aku dengan cepat memeluknya. Membiarkannya menangis dalam dekapanku. Bisa ku rasakan detakan jantungnya yang cepat, kurasakan darahnya yang mengalir deras, kudengar nafas dan isakan tangisnya yang memburu.
Aku mengusap surai hitam legamnya yang berkilau terkuncir itu.
"Mian"
"Mianhae"
"Jinjja"
"Mianhae"
Aku terus melontarkan beribu kata maaf di telinganya, aku tau itu tidaklah cukup untuknya, tapi setidaknya aku masih bisa melontarkan kata itu daripada tidak sama sekali.Dia bangkit dari dekapanku. Matanya yang sembab kembali menatapku, ku balas tatapannya.
"Aku merindukan mu" ujarnya. Setelah lama menatapku. Aku juga merindukanmu. Sangat."Aku juga" balasku, aku sudah mencoba tegar tidak ada air mata yang mengalir lagi di pipiku. Aku mencoba tersenyum, sudah lama aku tidak menunjukan ekspresi ini. Begitu kaku. Namun akhirnya aku berhasil senyum dengan tulus. Ji Ah ikut tersenyum dan memelukku. Dia memelukku dengan erat.
"Aku akan membebaskanmu. Tunggulah beberapa Bulan lagi, tabunganku sudah cukup untuk menebusnya" ujarnya. Aku segera memegang pundaknya, menariknya dari tubuhku. Aku tersenyum dengan lancar, begitu tulus. "Benarkah?" balasku. Ji Ah mengangguk semangat.
"Kau, tidak membenciku?" aku takut mendengar kebenaran dari bibir merah nya.
"Aku membencimu"
"Tapi aku lebih benci sendirian, aku ingin hidup bersama oppa" tambahnya.Rasanya hatiku menemukan warna lagi,sebelum hitam selalu meliputi.
Hari ini hari penuh haru antara aku dan Ji Ah. Aku meminta maaf sekali lagi.
"Maafkan aku" pintaku. Ji Ah mengangguk "aku memaafkanmu, Taehyung oppa" balasnya.Aku sangat bersyukur memiliki Ji Ah sebagai adikku. Memilikinya di dunia ini adalah anugrah besar untukku. Tidak ada seorang pun yang bisa menggantikan perannya dalam kehidupanku.
Ji Ah pulang 1 jam yang lalu. Waktu bertemu kami habis menurut peraturan disini. Namun Ji Ah berjanji akan membebaskanku. Dia memintaku sabar menunggu. Aku percaya padanya. Mulai hari ini aku semangat bekerja. Aku menemukan harapan untuk tetap hidup. Kau alasannya, Kim Ji Ah.
Aku ingin mencoba untuk tetap berlari, walaupun hanya sedikit
Aku hanya berjalan dan tetap berjalan dalam kegelapan ini
Saat-saat bahagia, bertanya padaku
Apakah aku baik-baik saja
Oh tidak
Jawabanku tidak, aku sangat takut
Meskipun demikian, aku selalu menggenggam enam bunga di tanganku
Aku hanya akan berjalan
Oh tidak ini nasibku
Ini takdirku
Meskipun demikian, aku ingin tetap berjuang
(Awake)♡♡♡♡♡
Ululu brother-sister goals bat huhu.
Abis ini satu chapt lagi lalu epilogue :')))
Xoxo.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] A Sinner? | taehyung
FanfictionTidak ada yang bisa menyembunyikan suatu dosa, kecuali kau berbuat dosa lagi untuk menyembunyikan dosamu.-anonymous Inspiration by : BTS Short Film, Demian by Herman Hesse since •27/03 finished •16/06