Ga apa-apa kalian ga vote atau komen, mungkin karena aku anak baru... 😢
Dukungan dari para reader memang sangat membantu ketokceran ide..
Sekali lagi vote dan komennya 😒
Mungkin cerita aku bosenin ya?? Aku buat alurnya lambat, biar pas sama sosok Julian.
-----------------------------------------------------------
Happy Reading^^
Julian mulai merasa haus, gelas ditangannya sudah kosong sejak tadi. Ia beranjak pergi meninggalkan sahabat sahabatnya menuju meja tempat berbagai minuman yang tertata rapi. Ketika dirinya hampir mencapai meja tubuhnya terdiam tatkala matanya menangkap pemandangan langka.
--------
Julian masih setia memperhatikan pemandangan langka dihadapannya.
Seorang gadis dengan santainya meletakkan potongan kue di atas piringnya yang... Astaga! sudah seperti gunung. Tak ada raut malu ataupun sungkan di wajahnya saat kembali meletakkan potongan kue di atas piring yang sudah menggunung. Setahunya wanita selalu menjaga imagenya didepan banyak orang apalagi ditempat seperti ini. Dia memang tak pernah dekat dengan wanita, mengingat statusnya sebagai seorang ceo yang sering menghadiri berbagai acara wanita wanita rekan bisnisnya pastin bersikap anggun dan berusaha terlihat sempurna dihadapan orang. 'Makhkuk langka' batinnya.
Tanpa dia sendiri sadari seorang Julian untuk pertama kalinya mengamati mengurusi mengomentari apa yang tengah dilakukan seorang gadis. Saat sedang memeperhatikan hal langka didepannya matanya tak sengaja menangkap sesuatu di atas meja dimeja yang sama dimana gadis itu mengambil banyak kue, Julian melangkahkan kakinya ke arah sesuatu yang ditangkap matanya. Tangannya yang sudah terjulur hendak menjangkau sesuatu itu berhenti seketika saat sebuah tangan mungil sudah lebih dulu menyambar sepotong tiramizu yang tinggal tersisa satu. Julian terbengong sesaat.
"Nona bisakah kau letakan satu yang terakhir kau ambil?" Julian mengintrupsi si gadis. Ia merasa tidak terima dengan hal yang barusan terjadi.
Gadis yang aku tegur menoleh mengerjap ngerjap cukup lama terdiam sebelum akhirnya sadar dan menghadap ke arahku bertanya maksudku.
Aku menunjuk ke arah piring yang dia bawa, tepatnya pada tumpukan kue di atas piringnya. Dahinya mengernyit, setelahnya kata kata yang keluar dari mulutnya panjang lebar. Aku hanya terdiam memperhatikannya. Sadar aku tak menggubris ucapannya wajahnya tampak kesal dia pergi begitu saja tanpa mengindahkan perkataanku untuk meletakkan kue terakhir yang di ambilnya. Aku dibantah. Seperti Dejavu...
Akupun kembali ke tujuan semula, meraih segelas minuman aku kembali ke tempat para sahabatku.
-----------
Sekembalinya Julian, sahabatnya masi tengah berkumpul. Terdapat adik dari Alan, Lana dan seseorang yang berdiri disamping Alan, seseorang yang tak asing dimatanya.
"Ambil minuman saja kenapa lama." ujar Dennis begitu Julian sudah berdiri di sampingnya.
Julian menenggak minumannya mengabaikan pertanyaan Dennis. Matanya masih setia menyorot sosok yang bergeming di sebelah Alan dengan setumpukan kue di atas piring yang di pegangnya, memasukan dengan lancar potongan potongan besar kue di sendok ke dalam mulutnya. Arzen dan Dennis yang melihat pemandangan tersebut melongo takjub. Pertama kalinya Ia melihat seorang gadis cantik selera makannya seperti kingkong. Lana hanya geleng kepala sudah terbiasa melihatnya dari dulu.
Sebenarnya beberapa menit yang lalu Arzen dan Dennis terbengong cengo sewaktu Alan dan Lana datang memperkenalkan Casya yang sedang membawa piring isinya menggunung.
Nampaknya Casya tak menyadari dirinya tengah diperhatikan oleh pria pria tampan didepannya termasuk Julian. 'Sepertinya Julian belum move on dari kejadian tadi' Batin author😂
Alan yang berdiri didepan Julian menyadari arah sorot mata Julian. Alan berdehem keras mengusik kegiatan mata Julian.
"Julian perkenalkan ini Casyanna sahabat adikku Lana" Alan yang membaca situasi mengambil inisiatif sendiri. Alan sepertinya tak mengerti arti sorot mata Julian, dikira Julian tertarik kepada Casya. Lana tak berusaha memperkenalkan Casya pada Julian karena tahu sahabat kakanya itu seperti apa. Merasa namanya disebut Casya mendongak mengalihkan perhatian dari dipiringnya, seketika matanya bertemu pandang pada sosok pria dihadapannya. Casya menelisikan matanya lebih lama pada sosok didepannya.. 'pria miring tadi!' monolog Casya dalam hati. Casya mendengus kedua kalinya untuk orang yang sama.
Kebanyakan pria yang diperkenalkan pada seorang gadis atau wanita apalagi yang cantik pastilah reflek mengulurkan tangan bersalaman dan menyebutkan nama diri 'Julian' sekiranya begitu. Tapi jika itu Julian para gadis atau wanita hanya bisa gigit jari. Lihat saja dia tak bergeming sama sekali. Casya yang mendapati sikap dingin Julian hanya mencibir.
"Maaf ya Casya, atas sikapnya Julian" Alan meminta maaf pada Casya atas sikap tak acuh Julian.
Lana sudah menduganya, dulupun dia juga sama dengan Casya saat kakaknya memperkenalkan dirinya pada Julian bahkan lebih parah lagi Julian melengos pergi begitu saja. Jujur melihat sikapnya Julian seperti itu apalagi pada sahabatnya Lana ingin sekali menendang kaki pria itu.
Casya yang tak ambil pusing dengan sikap pria miring itu kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda, menikmati cake dipiringnya lebih menyenangkan.
Tak memerlukan waktu lama bagi Casya tumpukan cake dipiringnya sudah ludes. Casya yang memang tujuan awalnya pergi dari pesta setelah menyantap hidangan selesai lagipula tumitnya sudah kesakitan lantaran sepatu antik ini. Casya pun berpamitan pada Lana yang disambut tatapan sedih Lana yang ingin Casya tinggal lebih lama di pesta pernikahannya. Lana paham Casya tak suka acara seperti ini pun membiarkan Casya pamit pulang setelah mereka cupika-cupiki sebentar.
--------------
"Aduhh...." Casya mengurut tumitnya yang sudah memerah dan terasa perih. Biasanya dipaksa mamanya pun dia tidak mau menggunakan sepatu antik ini. Tadi sungguh dia malas mendengar ocehan mamanya dan memilih mengenakan sepetau antik ini, dan sekarang akhirnya seperti ini. Dia belum beranjak dari hotel. Saat sudah sampai dilobby dia sudah tak tahan memilih duduk sebentar di tangga depan pintu masuk lobby. Casya masih setia mengurut kakinya saat seseorang lagi lagi mengintrupsinya.
"Kenapa kau" suara datar disebelah kirinya membuat Casya mau tak mau menoleh, mendapati sepasang kaki dengan pantofel coklat tua mengkilap. Casya mendongak untuk melihat si pemilik kaki.
Casya terdiam sesaat dan mendengus jengah. Kembali melihat keadaan kakinya sambil mengelus ngelus pelan tumitnya yang memerah.
Sosok yang barusan bertanya terdiam sebentar 'untuk apa repot repot bertanya seperti bukan dirinya.' Batinnya. Sosok itupun pergi begitu saja meninggalkan si gadis yang masih setia mengurut kakinya.
Sebuah mobil BMW i8 silver berhenti didepan pintu masuk lobby.
(author soalnya ngefans sama BMW i8 ) 😍
Seseorang turun dari balik kemudi yang sebelumnya membuka pintu penumpang lebih dulu. Kakinya melangkah mendekati seorang gadis yang masih terduduk depan pintu masuk lobby yang sedang mengelus ngelus kakinya. Casya yang menunduk tak menyadari seseorang tengah berjalan menghampirinya dan seketika tubuhnya diangkat seseorang. Casya yang kaget pun reflek memeluk leher orang yang mengangkatnya dan mendongak. Matanya seketika membulat. "Julian?".
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweet Temptation
RomanceJulian Avanoska Danendra. Sosok yang diibaratkan seperti salju, mengagumkan mata dengan warna putihnya namun saat di sentuh hanya rasa dingin yang kau rasakan. Julian pria tampan yang disiplin angkuh tegas sedikit bicara banyak kerja. Walau sedikit...