Part 8

5.2K 350 18
                                    


Inget vote sama komennya...

-----------------------------------------------------------

'Happy Rading....'
-

Julian merupakan sosok yang disegani, terutama di dunia bisnis yang merambah hingga negara se asia. Orang pun selalu menjaga sikap dan tutur bicara bila berhadapan dengannya. Julian menarik sudut bibirnya membentuk seringai tipis nan seksi, pertama dalam sejarah hidupnya, pada seseorang wanita. Andai seringai seksi itu di tujukan ke para wanita lain, dijamin mereka mimisan, dan terbayang tiga hari tiga malam, seorang Julian menyeringai seksi untuk mereka. Sayang sekali, tak berlaku jika seringai seksi itu ditujukan ke Casya yang masih stay cool dengan pose nya.

Julian sedikit tersentil atas sikap Casya kepadanya. Lihatlah gaya menantang dan ekspresinya itu? Tak ada rasa takut atau terintimidasi oleh dirinya.

Julian mulai buka suara. "Kau tak mengenal siapa aku,"

Jeda...

"Dan kau berani mendikte tentang sikapku?" Lanjut Julian.

Casya berkedip atas pertanyaan dan pernyataan Julian. Pria sinting ini sudah mau debat dengan dirinya. "Tak perlu mengenalmu, dari pertemuan pertemuan sebelumnya aku bisa melihat sikap jelekmu" Sepertinya pria ini suka mengintimidasi orang, tapi maaf... dirinya tak suka diintimidasi.

"Lalu, bagaimana sikap semestinya yang menurut versimu?" Julian menghiraukan Casya, ingin lihat sejauh mana gadis bakery ini padanya. 

Julian menatap Casya intens, Casya pun tak mau kalah, turut menatap balik Julian.

"Kau terlalu dewasa menanyakan pertanyaan yang bisa kau jawab sendiri dengan umurmu yang sepertinya jauh diatasku" Casya mendengar suara tepuk tangan dalam kepalanya.

Julian menipiskan bibirnya mendengar jawaban si gadis bakery, secara tak langsung dirinya di katai bodoh dan tua. Sialan!

"Oh ya, sepertinya kau lupa seminggu lalu mobilmu hampir menyerempetku" Casya melancarkan serangannya.

"Oh..." Hanya itu yang keluar dari mulut Julian. Kepalanya masih panas.

Dari awal pria ini memang otaknya perlu di ragukan posisinya. Sabar Casya... Sebentar lagi dendam amarahmu akan terbalaskan.

Casya melanjutkan. "Aku reflek menghindari mobilmu dan terjatuh. Karena terbentur cukup keras, lenganku tak bisa ku gunakan selama tiga hari untuk bekerja sedang setiap hari aku harus membuat roti dan kue. Bagi seorang patissier sepertiku kedua tanganku sangat berharga, seperti nyawamu. Aku sungguh sungguh mengatakan ini padamu, aku tak mau bertemu denganmu lagi dimanapun kapanpun" Casya menegaskan intonasi pada kalimat yang di ucapkan nya.

Casya ingin pria ini tahu. Sejujurnya Casya sudah menyimpan amarah pada pria ini, dan ingin meluapkan amarahnya yang sempat ingin ia lakukan pada pria ini beberapa hari yang lalu. Dan tuhan berbaik hati sudah mendatang kan pria ini ke tokonya hari ini.

Julian mengerjap sekali dua kali. Ia tak tahu harus berkata apa.

"Maaf" Hanya itu yang mampu Julian katakan. Entahlah, dirinya merasa tak nyaman dalam hitungan menit akibat ucapan si gadis bakery.

Para sahabatnya sedari tadi seperti kambing congek. Hari ini mereka menyaksikan reality show terwow! Dari Julian untuk pertama kalinya dan tadi Julian meminta maaf? Alan dan Dennis yang tidak tahu menahu apapun menatap Julian dan Casya bergantin. Sementara Arzen cekikikan sendiri, ia harus mengadakan selebrasi untuk Julian. Ia makin cekikikan.

"Hemm!" Alan berdehem cukup keras.

Casya menoleh, Ia tersadar disini dia tak sendiri.

"Maaf bang Alan, Aku sampai lupa ada abang Alan disini" Casya nyengir tiga jari pada Alan.

The Sweet TemptationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang