PAGI

34 6 4
                                    


Historia.

11 Februari 2013

Pagi.

Pagi-pagi sekali aku sudah bangun, tentu saja aku harus pergi sekolah. Setelah selesai mandi aku memakai seragamku, memakai kemeja putih dan tak lupa memakai blazer sekolah yang berwarna hitam dan di pinggirnya yang membentuk pola berwarna merah tak lupa aku kenakan papan nama di bawah saku yang berlogo pensil dan pulpen meyilang dan di bawahnya gambar buku terbuka.

Kemudian aku keluar kamarku segera menuju dapur untuk sarapan, anak-anak panti mungkin masih belum bangun atau diriku yang bangun kepagian, saat melihat dapur panti yang biasanya ramai sekarang sepi.

"lho.. kau sudah bangun ?" tanya ibu panti memasuki dapur. Di tanganya memegang sebuah mangkok berisi bubur, aku segera membantu ibu panti. "ah iya, lagi kepingin pagi-pagi sampai di sekolah aja" sahutku kemudian duduk di kursi, "anak-anak panti belum pada bangun. Awas, buburnya masih panas" ibu panti mengabilkan aku mangkok kecil yang berisi kuah bubur. Aku segera makan, merasa diperhatikan oleh ibu panti aku melirik ibu panti.

"ada apa ?. apa ada sesuatu dimulut ku ?" tanyaku, sambil meyibak rambut sebahu yang dibiarkan tergerai begitu saja. "ah engak, kamu gak makan pakai ayam atau kerepuk. Masa makan bubur sama kuah doang ?"

"nanti anak-anak lain ga dapat bagian, kalau aku makan" sahutku kemudian disusul oleh tawa kecil, ibu panti Cuma bisa geleng-geleng kepala. "kamu itu mirip Andre ya.." aku segera berhenti makan dan menggambil gelas yang telah diisi air putih.

"aku sudah selesai makan, aku berangkat" aku segera meninggalkan ibu panti yang terbengong-bengong melihat diriku yang makannya hanya 3 sendok makan.

.oOo.

Sesampainya di sekolah, aku langsung segera duduk di bangku paling dekat pintu masuk kelas. Entah kenapa dari dulu aku suka posisi tempat duduk dekat pintu masuk, mungkin jika pelajaran sudah selesai aku bisa langsung keluar. Hehehe...

Aku mengedarkan pandangan ke arah kelas yang masih sepi, hanya aku seorang murid yang baru datang.

"woi !!, tumben amat dateng pagi-pagi" sahut Fani, sahabatku satu-satunya. "ada apa ?, apa dirimu habis kesambet petir ? atau nenek lampir ?" tanya-nya. Aku segera menunjukan surat peringatan untuk diriku kepada Fani. "wah, kau harus berhati-hati.." Fani melempar tas ke arah bangkunya dengan kasar.

"lagi pula aku tidak benar-benar merokok" ujar ku kesal, Fani menghela nafas kemudian mengalihkan topik pembicaraan. "ria, kau tahu murid yang bernama Ajie ?" kata Fani bersemangat, aku meliriknya . "tahu, orang yang aneh...mungkin dia keturunan keluarga alien" aku menggeluarkan novel dari dalam tas. "dia tidak aneh, tapi unik..." ucap Fani dengan mata yang berbinar seperti anak anjing minta dimanja oleh tuannya.

"lalu, apakah kau menyukainnya ?"

Fani terdiam, mulutnya terbuka lebar. "hoi, tutup mulutmu nanti ada dinasaurus masuk ke mulutmu, aku yang repot nantinya" Fani segera mengatup mulutnya. "darimana kau tahu kalau aku menyukai Ajie ?" aku terdiam sejenak, aku sendiri masih binggung kenapa aku bisa mengatahui perasaan maupun sifat orang lain dalam sekali lihat. Mungkin saja aku benar ?

"oh entahlah...mungkin hanya analisis wajah sederhana" aku mengangkat bahu dan memulai membaca novel. Tak lama orang yang dibicarakan muncul bersama seorang wanita dengan gaya yang agak sedikit menor.

"tuh orangnya dateng, semoga dia menyukai dirmu" ucapku tanpa memalingkan wajah dari novel yang kubaca, Fani memukulku ringan. "apa itu pacarnya ?" aku menghela nafas dan melihat kearah Ajie yang sedang duduk di kursi belakang dengan seorang wanita.

"mungkin... kalau begitu selamat berjuang, aku harap kau bisa memenangi hatinya" ucapku dengan sarkasme. "eh.. kenapa kau jadi orang yang sarkasme ?" Fani menatapku dalam-dalam. "sudahlah kau diam saja, aku jadi tidak konsen membaca novel. Lagi pula kau mengoceh hal-hal yang tidak penting" aku menopang dagu sambil membaca novel.

Tapi aku harap, kata-kata diriku tidak melukai Fani.

Siang.

Sunnguh pelajaraan yang membosankan, mengghapal sebuah lagu nasional saat pelajaran musik berlangsung. Itu benar-benar membosankan, jadi aku memutuskan untuk membaca novelku dan melupakan buku yang berisi lagu nasional, toh aku sudah hafal sepuluh menit yang lalu.

"Ria, kau tahu ?" ujar Fani setengah berbisik agar tidak dimarahi oleh guru seni musik kami. "tidak, memangnya kenapa ?" terpaksa aku menutup kembali novelku yang belum sempat kubaca. "ternyata ajie memiliki pacar bernama Wina" wajah Fani langsung berubah.

"mungkin belum jodohnya..." aku kembali membaca novelku yang tertunda.

.oOo.

Saat makan siang aku habiskan membaca novel di kelas, Fani sedang jajan di kantin bersama teman-temannya. Tapi aku menyukai masa-masa tenang seperti ini.

"hei.." seseorang baru saja menggangu ketenanganku sambil mengebrak meja.

"oh kau rupanya, mau apa sih ?" ternyata Ajie, kalau Fani atau Wina melihat Ajie berbicara denganku bisa gawat. "kau yang datang ke toko ku, tempo hari kan ?" ujarnya menebak-nebak. "bukan, mungkin kau salah orang" bukannya pergi tapi ini orang malah ngajak ribut.

"tidak aku yakin itu kau, siapa namamu ?, Historia ya ?" dia memukul kepalanya pelan berusaha menggingat namaku. "bukan, namaku Ria" ujarku datar.

"kan benar, namamu bukanlah Ria melainkan Historia" dia tertawa

"terserah, silahkan kau pergi dari penglihatanku" aku menggeluarkan perkataan sarkasme andalan. "huh.. sarkas sekali, kalau begitu kau tidak dapet cowok loh.." dia tertawa mengejek, tanpa ku sadari aku menendang meja.

"ASTAGA, BISA KAH KAU DIAM ?" teriakku kepadanya, kemudian Ajie tersenyum ganjil. "inilah hal yang kusuka, perempuan galak menantang untuk ditaklukan" Ajie tersenyum ganjil yang kini membuat bulu kuduk ku merinding. "dasar cowok aneh... keterunan alien, aku harap dia tidak melakukan sesuatu yang aneh juga"

Aku segera melangkah keluar kelas meninggalkan Ajie yang menatapku dengan tatapan yang aneh itu.

A/N: sedikit saran dari saya, jika ingin mengerti baca cerita ini. HARAP PERHATIKAN TANGGAL, BULAN, WAKTU (SIANG, MALAM, PAGI),NAMA DARI SUDUT PANDANG CHARA. DAN LAIN-LAIN. Karena cerita ini saya buat sengaja menggunakan alur maju mundur dan sudut pandang yang berganti. Sekian terima kasih.

Di Balik Gitar AjieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang