Sebuah Kebohongan

20 5 1
                                    


Fani.

11 Februari 2013

Pagi.

Aku terkaget-kaget melihat Historia atau kerap kusebut Ria datang pagi-pagi, entah kenapa dia bisa datang sepagi ini, maka kuputuskan untuk bertanya kepadannya. Bukannya dijawab olehnya malah Ria menunjukan surat peringatan dari guru BP.

Aku tahu dia sering sekali membawa rokok, tapi tak pernah ia hisap melainkan dia hanya melihat asap dari hasil pembakaran puntung rokok, karena aku tahu bahwa kebiasaan itu mencerminkan seseorang yang dia sayang.

Tidak terlalu ingin membahas masalah yang dialaminya, karena aku takut dia akan kesal jika mengungkit-ungkit perihal masalahnya. Jadi aku tanyakan tentang siswa misterius dengan mata tajamnya seperti pisau.

Dia adalah Ajie, cowok yang akhir-akhir ini selalu memandang Historia dengan tatapan anehnya itu. Aku menyadari hal aneh pada diri Ajie. Saat aku membicarakan soal Ajie, Historia menebak bahwa aku suka padanya. Aku merasa sedikit kesal, tapi aku harus berpura-pura.

"darimana kau tahu ?" aduh, padahal aku berbohong. Jadi tidak enak...

"oh entahlah...mungkin hanya analisis wajah sederhana" jawabnya, dalam hati aku tertawa. 'kau salah besar bung..' kemudian Ajie datang bersama pacarnya yang diketahui bernama Wina, tapi jika Ajie memiliki pacar kenapa dia masih suka melihat Historia ?, aneh.

Jadi aku bertanya lagi, untuk meyakinkan bahwa apa Ajie benar-benar sudah memiliki pacar ?. tapi saat aku bertanya bukan jawaban yang ku dapat, melainkan kata-kata sarkasnya yang terdengar legendaris.

"mungkin... kalau begitu selamat berjuang, aku harap kau bisa memenangi hatinya" maka dari itu aku memutuskan diam, dan mengalihkan pandanganku ke arah Ajie yang sedang melihat ke arah Historia secara menyelidik.

Ralat. Tatapan itu bukan kearah Historia melainkan kearah diriku. Matanya sangat tajam seakan-akan dia berbicara kepadaku seperti.

'apa kau ingin memberitahu Historia tentang diriku sebenarnya ?, bersiaplah. Maka ajal akan menjemputmu segera', aku merinding dan segera menghadap ke arah Historia yang tenang membaca novelnya.

"maaf, aku harus berbohong kepadamu" ucapku lirih.

Siang.

Saat istirahat aku memutuskan pergi ke kantin tanpa Historia, aku tahu dia pasti membutuhkan waktu untuk sendiri. Maka aku pergi ke kantin bersama Wina dan Genta. Saat kami bertiga sedang berbicara aku melihat sebuah luka di jarinya. Segera aku bertanya padanya.

"kau kenapa ?, itu jarimu kenapa di balut perban begitu ?" sebelum aku bertanya genta sudah mendahului. Wina tertawa kecil "kalian tahu aku suka memasak kan ?, jadi tanganku tergores pisau saat mengupas bawang putih" aku dan Genta memasang wajah datar.

"sebenarnya aku membawa bekal yang kumasak sendiri.." ucap Wina lirih, Genta langsung memohon kepada Wina untuk mencicipi bekalnya. "tidak boleh, itu bekal untuk Ajie !" ujar Wina, Genta langsung berhenti memohon.

"kau ini terlalu jatuh cinta padanya ya.." ujarku kepada Wina, aku menatapnya dengan pandangan kasihan. Pertanyaanku tidak dijawab olehnya, tapi beberapa saat kemudian dia memohon padaku dan Genta.

"bisakah aku meminta bantuan kalian ?" tanya Wina dengan suara rendah, kamipun segera membuat lingkaran kemudian mendengar permohonan Wina.

Kemudian aku menghela nafas. "baiklah.. aku janji" aku menutup mulutku tak percaya, sedangkan Genta Cuma menggeleng-gelengkan kepala sebelum berkata. "aku akan menjaganya, sampai saatnya sampai benar-benar tiba"

A/N:

Nah loh, bingung-bingung dah pada :V, semoga kalian yang baca bisa kuat dengan rahasia yang dimiliki oleh setiap tokohnya *tawa jahat*. Oke, jangan lupa buat vote ya. Sekian terima kasih.


Di Balik Gitar AjieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang