KEPALA MANUSIA

37 5 5
                                    


13 Februari 2013

Historia.

Flasback.

Ajie membuka pentup kain putih dan ternyata di balik kain putih itu ternyata....

KEPALA MANUSIA.

Aku memegang mulutku, mual rasanya. Bagaimana jika kalian melihat kepala manusia yang sudah dipenuhi oleh belatung, baunya sangat luar biasa mengocok perut, mulutnya terbuka lebar, dan bagian bola matanya hilang sebelah. Belum lagi ekspresinya sangat menyeramkan, seakan-akan ia sedang berteriak meminta tolong.

Dan yang paling tidak lazim adalah, lehernya yang dipenuhi sayatan-sayatan. Bukan sayatan pisau atau benda tajam lainnya. Tapi yang pasti di bagian lehernya terlihat sangat jelas urat nadi yang keluar.

Aku mencoba untuk tidak muntah di tempat, tapi samar-samar aku bisa mendengar Ajie berbicara.

"inilah sosok Genta, karena dia tidak menempati janjinya !" kemudia Ajie merusak gitarnya dan menggambil senar. Entah senar gitarnya mau diapakan, yang pasti aku sudah muntah ditempat.

Kemudian Ajie menuju kearah ku, aku mengerti aku ingin dibunuhnya dengan senar gitar miliknya, dengan melilit senar gitar itu ke tenggorakanku dengan kencang kemudian aku akan mati tragis sama seperti Genta.

Aku segera berdiri dan keluar toko psycho itu, aku langsung berlari tanpa tujuan. Dan aku memutuskan untuk ke rumah Fani.

.o0o.

"jadi begitulah ceritanya..." kini aku sudah di kamar mandi karena aku muntah lagi akibat aku mengingat kejadian yang menyeramkan. Fani tidak bisa berkata apa-apa, tapi sangat jelas bahwa dia ketakutan. Lalu Fani mulai menggajakku ke ruang tamu.

"kau yakin bahwa yang kau lihat saat itu adalah kepala Genta ?" Fani menuang air ke gelasku dengan tanggan bergetar. Aku mengganguk, kemudian aku bertanya padanya. "dia mempunyai tahi lalat di bagian kening kan ?" tanyaku, lalu Fani mengganguk.

"memangnya Genta bilang apa padamu ?" tanya Fani seperti seorang detektif, aku mencoba mengingat. "ah dia bilang... bahwa gitar milik Ajie akan membuka masalahnya." Aku terdiam, "tapi aku tak percaya Ajie membunuh Genta.."

"apa, Ajie benar-benar melakukan hal itu ? kejamnya" Fani masih memasang raut muka tak percaya,"kita harus lapor kepada polisi..." kemudian aku memperhatikan Fani, merasa diperhatikan Fani langsung bertanya. "ada apa ?"

"ayahmu... berkerja menjadi inspektur kepolisian, kalau tidak salah ?" aku berusaha mengingat ingat. Fani terlihat panik. "lebih baik jangan..."

Tring... tring..

Ponsel Fani berdiring, dia segera mengangkat dan sedikit menjauh dariku. Aku hanya bisa mendengar dia berkata 'oh oke, baik, aku akan menjaganya, dah' kemudian Fani kembali kearah ku.

"jadi, apa bisa kita libatkan polisi ?" aku mengulangi pertanyaanku, Fani menyilangkan tanggannya. "tunggu ya, tunggu. Kau tahu bahwa aku selalu bermimpi buruk ?" tanyanya dengan nada serius. Sepertinya dia mengalihkan topik pembicaraan

"aku tahu, aku juga mengalaminya. Aku bermimpi diriku seakan-akan bergerak sendiri tanpa kendali pada 'hari itu'" ujarku, Fani menganguk mantap. "kejadiaan 'hari itu' terjadi 1 bulan yang lalu tepat pada hari ini" Fani menatapku lurus-lurus.

"kau tahu Ria siapa yang terlibat ? dan sampai saat ini orang itu selalu diawasi oleh polisi" aku penasaran mengenai kasus hari itu, aku ingin mendengar informasinya lebih lanjut.

"dan dia bernama.... Historia" ucap Fani serius membuatku diam membisu.

.o0o.

Malam.

Saat sampai di panti asuhan aku langsung menemui ibu panti, kemudian bertanya apa yang aku lakukan saat 'hari itu'.

"kau saat itu disuruh mencari Andre, dan entah kenapa. Tiba-tiba kau pulang dengan menangis." Ibu panti menjelaskan, tapi sepertinya tidak menjelaskan secara rinci. "lalu apa yang ku katakan ?" tanyaku penasaran, ibu panti menghela nafas. "saat itu kau berkata. 'andre... Andre sudah tidak ada dia sudah pergi dari dunia ini'"

Aku melotot tak percaya, kemudian meminta melanjutkan ibu panti tentang apa yang diketahuinya. "dan satu hal yang aneh dari dirimu..." ada jeda sedikit.

"apa itu ?" tanyaku sesopan mungkin.

"kau membawa gitar berwarna merah marun..."

"yang benar saja, lalu aku apakan gitar itu ?" tanyaku mengoyang-goyangkan ibu panti. "err... itu, ibu membuangnya dan ada seorang pemuda yang ingin menginginkan gitar itu" aku langsung lesu kemudian tanpa pamit aku langsung menuju kamarku.

Lalu berkata. "apa semua ini terjadi karena Ajie ?, jika benar memang dia pelakunya aku tidak ingin memaafkannya" aku memegang kertas erat-erat yang diberikan Genta saat itu.

Kertas itu bertuliskan....

"Jangan percaya siapapun, mungkin ada kebenaran dalam mimpi"

A/N:

Hore.... authornya bingung ini cerita, mau dibawa kemana ?, tujuan kita~. Dan ini lagi puasa author mikir ini cerita ampe laper... Oke-oke, sedikit spoiler. Genta mati sehabis berbicara dengan Historia dan di bunuh oleh...

Kemudian Fani itu ngak mihak siapa-siapa, dia kagak mihak Ajie atau Historia karena dia... dan ya itu saja, semoga makin bingung. Sekian terima kasih.

Di Balik Gitar AjieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang