Your Destiny

Prolog

"Tuhan telah menentukan takdirmu, maka jalani. Jangan hanya mengira, karena yang kau kira itu belum tentu sempurna."

Hujan mengguyur kawasan perkotaan yang padat dengan pejalan kaki. Sekelompok manusia berhamburan kesana kemari seperti setawanan semut yang meninggalkan kelompoknya jika dilihat dari atas, mereka mencari tempat untuk berteduh. Gumpalan awan hitam telah menutupi seluruh sinar matahari, suara petir menggelegar memekakan telinga. Cuaca siang hari ini tampak buruk, tidak seperti biasanya. Lebih seperti tengah malam.

BLEDARR

Kilatan petir dengan di dampingi suara gemuruh nyaris menulikan telinga. Orang-orang menutup kedua telinga mereka, kemudian melihat ke arah petir yang menyambar salah satu tempat di kota. Hanya sekali, tidak ada sambaran petir seterusnya. Cuaca yang gelap gulita itu seketika mengeluarkan cahaya dari sinar matahari hingga langit tampak seperti keadaan semula. Penjalan kaki yang menyadarinya langsung melanjutkan perjalanannya, mereka hanya menganggap fenomena ini hujan biasa yang diiringi adanya petir.

Sementara di ruangan yang kedap suara itu tampak seorang gadis yang sedang menyeruput hot chocolate beberapa kali hisapan. Ia tidak mengetahui peristiwa di luar sana, tempat ini kedap suara ditambah lagi gadis itu yang mengenakan penyumpal telinga.

Iris mata hazel nya tidak sengaja melirik seorang laki-laki dengan jubah hitam dan rambutnya yang sedikit berantakan. Pengunjung yang berada di sana  memandang laki-laki itu dengan tatapan aneh. Laki-laki itu duduk di hadapannya hingga menampilkan matanya yang berwarna hijau kebiruan, membuat gadis di hadapannya sempat terpana selama beberapa detik.

"Hanna Dalisha?" suara bariton laki-laki itu tampak merdu di pendengarannya, dengan spontan Anna mengangguk tanpa mengalihkan pandangan dari laki-laki itu.

"Tidak salah lagi," laki-laki itu tersenyum miring. Senyum yang dapat membuat siapa saja terpesona.

"Aku sudah menunggumu sejak lama."

----------