02- The Dark Sadness

88 54 15
                                    

Apakah takdir akan segera membawaku?


----------

Anna masih mengerjakan beberapa pekerjaan rumahnya walau waktu sudah larut malam. Anna tahu pasti bahwa jika keadaan rumahnya masih berantakan saat Jose pulang nanti, ia akan disiksa habis-habisan oleh pria kejam itu. Walau setiap hari dirinya selalu menghadapi siksaan, tetapi setidaknya hari ini ia hanya ingin tidur dengan tenang.

Anna memincing matanya ketika melihat Calvin yang bersenang-senang dengan ponselnya. Cih! Tidak tahu diri! umpat Anna yang tidak pernah lupa, fakta bahwa dirinya adalah pemilik rumah ini. Tetapi tetap saja ia sama sekali tidak punya kuasa apapun di rumahnya sendiri. 

Anna yang masih menggerutu tidak menyadari bahwa lantai yang diinjaknya sanat licin, hingga dirinya terjatuh ketika hampir sampai memegang ganggang keran di belakang halaman rumahnya. Gadis itu mengerang frustasi, ia mencoba bangun tetapi kakinya terasa nyeri. Alhasil ia hanya merutuki dirinya sendiri, kenapa kesialan selalu datang padanya disaat-saat seperti ini.

Anna tetap mencoba untuk bangun, dengan berpegangan pada ganggang keran. beberapa kali ia teraduh dan terjatuh lagi, membuat kakinya semakin terasa nyeri. pada cobaan terakhir, saat dirinya hendak mampu berdiri, bayangan hitam menyelimutinya bersamaan dengan suara yang sangat ia benci sontak membuatnya jatuh kembali.

"Kau sengaja memancingku, ya? Dengan berkeliaran tengah malam begini?" laki-laki itu mesejajarkan tubuhnya dengan Anna yang masih terduduk menahan kakinya yang mulai keram.

Anna mulai membalikkan badannya, lalu mundur perlahan dengan bantuan kedua tangannya, kakinya yang masih keram hanya terseok-seok dilantai. Lelaki itu semakin mendekatinya. Senyum lelaki itu sangat menakutkan, tatapannya menyelidiki seluruh tubuh Anna.

"Tidak perlu pedulikan aku! urus saja urusanmu!" bentak Anna dengan berani. Ia sama sekali tidak takut dengan Calvin.

Calvin sedikit terkejut ketika mendengar Anna membentaknya. Laki-laki itu mulai geram, lalu mencengkram pipi Anna dengan kuat. Anna berhasil dibuat takut dan terkejut, seandainya kedua kakinya baik-baik saja, ia pasti akan langsung menendang tubuh Calvin dengan kuat.

Calvin yang merasa puas melihat raut wajah Anna yang ketakutan, tersenyum miring. "Kau seharusnya lebih sopan terhadapku,"

"Kau tau kan, aku suka sekali wangi tubuhmu. Kurasa pamanku juga menyukainya, apa kau sudah melakukannya dengan pamanku?" tanya Calvin dengan tatapan penuh kebencian.

Anna menggelengkan kepalanya dengan tubuh yang mulai bergetar. Ia semakin ketakutan melihat sorot mata Calvin yang buas.

Calvin tersenyum miring, "Bagus, karena aku yang akan melakukannya."

Calvin melepas cengkraman tangannya dari pipi Anna secara kasang. Sementara Anna melotot memandang Calvin dengan terkejut. Calvin yang melihatnya mengelus pipi gadis itu dengan senyum penuh gairah. Tangan laki-laki itu dengan sigap melepaskan dua kancing atas baju Anna.

Seseorang tolong aku! Pekik gadis itu dalam hatinya. Ia tidak dapat melakukan apapun, tubuhnya sudah dikunci oleh Calvin sehingga tidak dapat melarikan diri.

"To..tolong jangan la..kukan itu.." lirih Anna dengan bibir bergetar.

"Aku sudah menantikan sejak lama," Calvin menghirup aroma rambut Anna yang sangat menggodanya. Anna tidak boleh diam saja. Ia harus mencari sesuatu, apapun yang ada di sekitarnya agar terbebas dari Calvin. 

Laaki-laki di hadapannya kini semakin buas, ia mulai mendekat pada leher jenjang Anna untuk menciumnya.

BRUK

Your DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang