03- Tritora

82 39 7
                                    

Anna masih memejamkan matanya walau mereka sudah sampai tujuan. Hal yang dilakukan laki-laki itu terlalu mengejutkan Anna. Anna merasa kakinya tidak dapat berpijak dari apapun, ia khawatir tiba-tiba saja akan jatuh, maka dari itu Anna berusaha memejamkan matanya sekuat tenaga. 

Laki-laki di dekapannya hanya tersenyum melihat Anna yang masih memejamkan matanya dengan wajah sedikit ketakutan. Anna yang sudah merasakan kakinya memijak sesuatu pun memberanikan diri untuk membuka matanya perlahan. Posisinya kini masih berada di dekapan laki-laki tampan itu.

Laki-laki yang menyadari Anna sudah membuka matanya, langsung melepaskan pelukannya dan Anna pun ikut refleks melepaskannya. Anna terlihat sedikit salah tingkah, namun tidak lama keadaanya terpecah ketika melihat yang ada di sekitarnya. Anna merasakan kakinya yang berpijak di atas rumput yang sangat lembut, selembut kapas. Terdapat banyak sekali pohon di sekelilingnya, seperti berada di tengah-tengah hutan, hanya saja pohon itu terasa janggal, pohon itu dapat bergoyang ke sana kemari mengikuti irama angin. Anna terkejut. Tidak, mungkin lebih tepatnya sedikit takut. Gadis itu mulai menyadari bahwa kini dirinya sudah tidak berada di dunia yang ditinggalinya. Laki-laki itu telah membawanya ke suatu tempat yang tidak pernah ia bayangkan. Tempat yang sangat jauh dari tempat tinggalnya.

"Siapa kau sebenarnya? dan..di mana kita berada?" tanya Anna sedikit ragu. Ia ingin memastikan siapa laki-laki yang membawanya ke tempat aneh ini.

Laki-laki itu tersenyum dengan rambutnya yang berterbangan karena angin, "Damino Vernard Maldish. Kau bisa memanggilku Damino, Anna,"

"Mari ikuti aku."

Laki-laki bernama Damino berjalan menuju pohon besar yang berada di hutan . Ia menyentuh pohon dengan menggunakan telapak tangannya. Cahaya putih menghiasi pohon itu hingga sebuah kotak besi tiba-tiba muncul dari balik pohon.

"Masuklah,"

"Apa itu?" tanya Anna yang semakin heran.

"Anggap saja seperti transportasi yang mengantarkanmu ke mana saja."

Transportasi? Bukankah terlihat aneh. Anna semakin dibuat bingung. Hal ini sudah di luar logikan nya.

Anna tetap diam. Bahkan saat Damino sudah masuk ke dalam kotak besi tersebut.

"Jika kau hanya diam seperti itu akan aku tinggal."

Mendengar gertakan dari Damino, Anna segera masuk ke dalam kotak besi yang hanya muat untuk tiga orang itu. Tentu saja ia tidak ingin tinggal di tengah-tengah hutan seorang diri. Bagaimana jika ada binatang buas yang menerkamnya? Atau lebih buruk lagi Ayah tirinya dapat menemukannya. Tidak. Hal itu tidak boleh terjadi. Ia lebih memilih untuk ikut bersama laki-laki yang kini berada di sampingnya.

"Berpeganglah pada sesuatu," Damino tersenyum.

Sesaat setelah itu, kotak besi melesat ke bawah bagaikan lift berkecepatan penuh. Anna yang belum sempat bersiap-siap, berpegangan pada sudut kotak dan berusaha menyeimbangkan tubuhnya karena guncangan dari kotak besi yang bergerak.

Anna sedikit terkejut ketika kota besi yang ia naiki semakin melebar, bahkan ia sudah tidak merasakan guncangan. Anna yang melihat Damino berjarak sedikit jauh darinya, langsung mendekat kepada laki-laki itu. Ia melirik ke arah Damino yang sedikit tersenyum. Tidak lama, setelah itu kembali memasang wajahnya yang dingin.

Tidak lama, Anna merasa bahwa kotak besi itu berhenti. Dan tak lama pintu terbuka secara otomatis. Damino langsung berjalan keluar dari kota besi itu, diikuti dengan Anna yang tampak ragu-ragu.

Anna yang mulai penasaran akan sesuatu, berusaha menyamai posisinya dengan Damino "Apa nama kotak besi itu? Maksudku, benda aneh yang tadi kita naiki,"

Your DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang