07- Expertise

45 19 0
                                    

Anna merapihkan rambutnya yang dibiarkan tergerai indah. Ia mengambil anak panah yang ditaruh di atas meja riasnya. Anak panah itu terukir nama sang pemiliknya, Damino Vernard Maldish.

Hari ini Anna bersiap untuk kembali berlatih memanah. Hal ini sudah seperti rutinitasnya. Saat berada di Tritora ia mulai menyadari bahwa dirinya memiliki bakat untuk menjadi pemanah yang handal.

Anna berjalan beberapa langkah menuju pintu kamarnya. Gadis itu sudah mengenggam ganggang pintu dan bersiap untuk keluar dari kamarnya. Namun, tiba-tiba saja jendela kamarnya terbuka dengan sangat lebar. Anna menutup kembali pintu kamarnya yang sudah sedikit terbuka. Ia mulai berjalan menuju jendela kamarnya untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Gadis itu menyelidik ke arah luar jendela yang kosong. Hanya terdapat pemandangan Kota di sana. Tidak mau berlama-lama larut dalam pikirannya, Anna segera menutup kembali jendela kamarnya. 

Saat ia hendak menutup jendela kamarnya. Sebuah tangan menahannya, sontak membuat Anna reflek melepaskan dan sedikit bejalan mundur.

Beberapa detik Anna menatap tangan itu masing memegang ganggang jendela. Pemilik tangan itu tidak kunjung menampakkan dirinya. Anna yang sedikit penasaran mulai berjalan maju untuk melihatnya lebih dekat.

Anna sedikit terkejut ketika melihat siapa dibalik pemilik tangan itu.

"Kau.. terbang? Bagaimana bisa?" kata gadis dengan rambut berwarna cokelat yang tergerai indah. Ia melihat Damino melayang di hadapannya

Damino memperlihatkan bagaimana ia bisa terbang. Dengan menggunakan sapu terbang. Anna sempat lupa dengan fungsi alat itu.

"Naiklah, aku akan mengajakmu berkeliling kota," Damino menyuruh Anna untuk naik di belakangnya.

Anna menaruh peralatan memanahnya di meja. Ia lalu keluar dari jendela dengan hati-hati. Kedua tangannya memegang bahu Damino agar tidak jatuh.

Gadis itu sedikit ragu ketika ingin menaiki sapu terbang. Damino yang memperhatikannya, berusaha meyakinkan lewat tatapan matanya. Anna yang melihat itu mulai duduk di atas sapu terbang tanpa ragu.

"Kau siap?" tanya Damino yang dibalas anggukan oleh Anna.

Beberapa detik setelah Anna mengangguk, sapu terbang itu melesat dengan cepat. Anna spontan memejamkan matanya sambil memegang erat pakaian Damino.

Damino melirik Anna yang menutup matanya. Laki-laki itu tersenyum. "Kau boleh membuka mata,"

Anna yang mendengar ucapan Damino pun membuka matanya. Sapu terbang mulai berjalan lebih lambat. Anna menghela lega, jantungnya sempat berdegub kencang saat sapu itu tiba-tiba melesat cepat.

Anna mulai rileks melihat sekitarnya. Menaiki sapu terbang membuat Anna lebih jelas melihat pemandangan Tritora secara keseluruhan.

Bangunan-bangunan yang menjulang tinggi. Tidak berwarna cerah, hanya warna-warna tertentu saja seperti krem, cokelat, abu-abu dan hitam. Semua orang akan tertipu jika yang mereka lihat hanya bangunan kuno yang mungkin di dalamnya sudah penuh dengan kayu keropos dimakam rayap. Nyatanya bangunan itu terlihat sangat elegan dan kokoh di dalamnya, seperti istana.

"Pegangan, kita akan mendarat." Aba-aba dari Damino membuat Anna lagi-lagi reflek berpegangan erat padanya, kali ini ia tidak memejamkan matanya.

Damino mendarat ditengah-tengah alun-alun kota. Anna turun dari sapu itu ketika kakinya sudah dapat berpijak di rumput, begitu pun dengan Damino.

Anna menyukai rumput di Tritora. Berwarna hijau segar dan terasa lembut ketika di injak. Gadis itu bahkan beberapa kali melepaskan sepatunya untuk menikmati rumput-rumput yang menggelitik di kakinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Your DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang