1; omes bukan omesh

19.6K 146 85
                                        

cantika's

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cantika's

××

gue bersenandung saat sedang menyirami tanaman mama di halaman rumah sore hari. sejak tadi pagi, cuaca begitu panas. terik matahari seakan tidak peduli akan keluhan para penduduk kota jakarta.

dan satu-satunya hal yang membuat gue berminat keluar rumah di hari minggu ini, adalah menyiram tanaman.

"lihat kebunku, penuh dengan buaya, ada yang putih dan ada yang merayap," senandung gue dengan ceria.

gue sering mendengar adik laki-laki gue bernyanyi lagu kebunku dengan lirik yang diubah olehnya. karena sehari ia bisa menyanyikan lagu itu dua puluh kali, maka gue pun sudah hapal di luar kepala.

"setiap harimau, kusiram semua. mawar melatikus semuanya mampus!" gue cekikikan sendiri saat menyanyikan bagian terakhir.

"can! beliin susu kotak di warung. stoknya udah habis nih!" gerutu mama di depan pintu.

gue memutar bola mata kemudian mematikan keran air. "susu mama aja di perah sih."

mama menjitak kepala gue, "enak aja. udah layu begini papa kamu masih doyan tau," sewotnya.

"lah? iya?"

"iya. enak katanya," kata mama senyum-senyum.

gue yang lama-kelamaan muak, segera meraih uang lima puluh ribu di tangan mama kemudian melenggang pergi ke warung nek ipah.

saat sudah sampai, gue mengambil susu kotak dua puluh biji di kulkas dan mencari kantung plastik ukuran besar namun tak satupun gue jumpai. karena hanya ada yang ukuran sedang, maka gue terpaksa menjejalkan susu-susu itu.

sudah menjadi kebiasaan setiap kali gue ke warung. ya mengambil sendiri, memasukkan ke plastik sendiri, dan bayar sendiri. maklum, nek ipah sudah sangat tua dan tuli. tapi yang membuat gue salut adalah warga di sini tidak ada yang berniat jahat terhadapnya.

gue mendekati nek ipah yang sedang menonton acara upin-ipin lalu menoel-noel lengannya. nek ipah menoleh.

"nek, beli susu. ini uangnya." gue menyodorkan uang lima puluh ribu dan nek ipah hanya mengangguk.

saat mau kembali ke rumah, gue bertemu dengan kang dedi, anak nek ipah yang sedang mencuci sepeda ontelnya.

"beli susu lagi, neng?"

"iya kang, pulang dulu." gue mengangguk sopan.

setelah itu gue pun pulang ke rumah. dipertengahan jalan, gue melihat ada seekor anak kucing lucu yang terlihat kelaparan.

"utututu kaciannn, laper ya kamuuu," kata gue mendekati anak kucing tadi. gue menaruh sekantung susu gue di jalan kemudian menunduk, hendak mengambil anak kucing tadi.

"awas mbak, susunya jatuh!"

hah?!

gue refleks memegang kerah kaus yang memang agak longgar. gue menoleh ke arah kiri dan terlihat sosok seorang cowok beralis tebal yang sedang mengacungkan jari telunjuknya ke arah gue.

ke susu gue?

dua gunung estetik gue?!

"brengsek!" gue berdiri, masih memegang kerah kaus, "omes lo ya!"

si cowok tadi menggaruk pelipisnya. "nama saya calum, mbak. bukan omesh."

"halah! mau kalum kek, kulum kek emang dasarnya mesum!"

"awas mbak―"

"bacot!"

tai. kaki gue menyenggol sekantung susu kotak yang menyebabkan isinya berhamburan keluar. dengan kesal, gue memunguti susu-susu malang gue sambil terus memegang kerah kaus, takut kalau si omes tadi mencuri pandang ke susuku.

"sini mbak, saya bantuin."

gue refleks mundur, "eh awas lo ya! gak usah pegang susu gue!"

si omes tadi kembali memasang tampang bingung seraya menggaruk kepalanya. oh fuck! barusan bahasa gue ambigu banget!

"j-jangan sentuh susu kotak gue itu maksudnya!" teriak gue sekali lagi dengan canggung.

si omes atau yang namanya kulum itu sepertinya mengerti dan melangkah mundur ke belakang. lantas dengan cepat gue kembali memungut susu-susu kotak dan kembali memasukkannya ke kantung plastik. setelah selesai, gue berdiri dan melihat kulum masih setia berdiri di tempatnya.

"minggir," kata gue karena memang dia berdiri di tengah-tengah trotoar.

dia menepikan tubuhnya ke pinggir dan mempersilakan gue untuk lewat. dengan hati was-was karena takut di grepe, gue pun berlari kencang dengan bantuan flash yang sebelumnya sudah gue panggil.

"hih, omes," gumam gue terus-menerus dengan sesekali bergidik ngeri.

××

ngehehe gimana ? ga&ta sekali ya heheu

susu ; hoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang